Nama “Black Muslims” dipakai untuk para pengikut gerakan religius nasionalis muslim kulit hitam di Amerika Serikat. Mereka memadukan keyakinan agama dengan protes sosial demi hak sipil mereka di masyarakat yang didominasi kulit putih. Black Muslims juga bertujuan mengorganisasi kepentingan muslim di bidang agama, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Pada 1976, Black Muslims diubah menjadi “Nation of Islam”, kemudian menjadi “The World Community of Islam in the West” (Komunitas Dunia Islam di Barat), dan diubah lagi menjadi “The American Muslim Mission” (Misi Muslim Amerika).
Nama Black Muslims lebih sering digunakan oleh masyarakat Amerika untuk anggota gerakan ini, sedangkan para anggotanya sendiri menolak sebutan ini. Black Muslims, bersama Black Panthers dan Black Power Movement yang tergabung dalam Black Militancy, ikut memperjuangkan persamaan hak sipil bagi masyarakat kulit hitam seperti yang diperoleh masyarakat kulit putih.
Gerakan Black Muslims didirikan di Detroit pada awal 1930-an oleh Wallace D. Fard (Wali Farad). Para pengikutnya meyakini bahwa ia datang ke Amerika Serikat dari Mekah, kota suci agama Islam. Ia dikenal sebagai “Prophet Fard”, “The Great Mahdi” atau “The Savior” (Juru Selamat).
Dalam waktu singkat, antara penampilannya di Detroit (1930) dan kehilangannya (Juni 1934), ia berhasil menarik pengikut sebanyak 8.000 orang. Para pengikutnya yakin bahwa Fard muncul untuk melepaskan ras kulit hitam dari apa yang ia sebut “white devils” (setan putih) yang telah memperbudak mereka.
Ia mengajarkan bahwa perjuangan dan pengorbanan kaum kulit hitam Amerika dengan mengenali diri sendiri akan membebaskan mereka dari penghinaan “setan putih” (bangsa Amerika kulit putih). Wali Farad menyusun dua buku pedoman bagi para pengikutnya, yaitu The Secret Ritual of Nation Islam (Ibadah Rahasia Umat Islam) dan Teachings for the Foundations of Islam in a Mathematical Way (Pelajaran Dasar Islam secara Matematis).
Ia mendirikan Universitas Islam (dengan pelajaran pokok agama Islam, matematika, dan astronomi), pusat latihan khusus bagi putri (Muslim Girls Training Class), dan Fruit of Islam (FOI), yakni semacam organisasi kepramukaan. Di sini para remaja pria Islam dilatih terutama dalam ilmu bela diri.
Setelah Wali Farad menghilang pada 1934, Elijah Muhammad (1897–1975), anak seorang pendeta Gereja Baptis yang lahir di Sandersville pada 7 Oktober 1897, tampil sebagai pemimpin gerakan ini selama 41 tahun (1934–1975). Nama aslinya adalah Elijah Poole. Ia meninggalkan tempat tinggalnya di Georgia ketika berusia 16 tahun dan menetap di Detroit.
Pada 1930 atau 1931 ia bertemu dengan W.D. Fard yang menyebut dirinya Master Farad Muhammad atau “The Prophet” (Nabi) dan sejak itu Elijah menjadi pengikut Farad serta mengubah namanya menjadi Elijah Muhammad.
Di bawah kepemimpinan Elijah Muhammad, gerakan ini berkembang pesat ke seluruh Amerika Serikat dan berhasil mendirikan beberapa buah masjid. Kemudian ia pindah ke Chicago dan mendirikan masjid serta menjadikannya pusat kegiatan gerakan Black Muslims.
Ia juga mendirikan banyak sekolah di beberapa kota, restoran, perusahaan penerbitan, dan beberapa toko sebagai upayanya meningkatkan taraf hidup para anggotanya dan membiayai kegiatan Black Muslims.
Elijah Muhammad menghendaki pemisahan antara masyarakat kulit hitam dan kulit putih dengan membentuk suatu negara atau teritorial bagi semua bangsa kulit hitam di Amerika Serikat. Ia mengajarkan kepada pengikutnya agar mencukupi kebutuhan sendiri dengan mendirikan sekolah dan berbagai macam bisnis.
Ia menekankan agar orang kulit hitam hidup hemat serta bersih, bekerja keras, tidak makan daging babi, dan tidak merokok serta minum-minuman beralkohol. Ia juga mengemukakan bahwa doktrin reformasi sosial menurut Islam harus dilaksanakan, setiap Black Man di Amerika harus menyatukan kembali dirinya dengan bangsanya dan menumbuh kan kepercayaan pada diri sendiri serta memisahkan diri dari masyarakat kulit putih. Dengan demikian maka ia dikenal sebagai anti-integrasi antarras di Amerika Serikat.
Salah seorang tokoh penting gerakan Black Muslims selama periode kepemimpinan Elijah Muhammad adalah Malcolm X (Malcolm Little), seorang tokoh nasionalis kulit hitam di Amerika Serikat dan pemimpin gerakan yang berusaha mempersatukan rakyat kulit hitam di seluruh dunia.
Tokoh penting lain gerakan ini adalah Muhammad Ali, juara dunia tinju kelas berat beberapa kali. Ia meletakkan sarung tinjunya dan beralih kepada dakwah dan banyak menyumbangkan dana untuk pembangunan masjid dan sekolah bagi anggota Black Muslims.
Setelah Elijah Muhammad meninggal (1975), Warith (awalnya: Wallace) Deen Muhammad, putra kelima Elijah Muhammad, terpilih menjadi pemimpin tertinggi Black Muslims. Pada fase ini, Warith membuat suatu perubahan radikal dalam tubuh gerakan ini.
Ia membuat perubahan sehingga dekat kepada masyarakat muslim lain di Amerika Serikat. Ia mengubah nama gerakan ini menjadi The World Community of Islam in the West, kemudian mengubahnya pula menjadi The American Muslim Mision.
Pada 1978 ia menerima gelar sebagai Chief Imam (spiritual leader), melepaskan hal yang nonreligius, dan menyerahkan kepepimpinan bisnis The American Muslim Mission kepada dewan yang beranggotakan 17 orang.
Dengan perubahan nama tersebut, ia menanamkan kepada para anggotanya agar berubah sikap dengan pengertian patriotisme baru, dan mendorong orang kulit hitam untuk menerima semangat Amerika. Ia juga menganjurkan “the religious unification of the world’s Muslims” (penyatuan religius muslim dunia).
Untuk tujuan ini ia melepaskan pernyataan dan paham yang menyimpang dari kebiasaan (unorthodox nations and expressions), termasuk penyebutan pemimpin sebagai nabi atau rasul pada masa sebelumnya, suatu paham yang merintangi masyarakat muslim lain untuk mengakui gerakan ini sebagai penganut Islam yang benar.
Perubahan yang dibawa Warith Deen Muhammad pada 1975 menyebabkan perpecahan gerakan ini, terutama di kalangan pengikut setianya. Misalnya saudara Elijah Muhammad, John Muhammad kemudian membentuk kelompok Nation of Islam di Detroit.
Kelompok lain dipimpin oleh Louis Farrakhan (l. 1933) yang tetap mempertahankan ajaran Elijah Muhammad, yaitu keyakinan dan doktrin separatis serta nasionalis kulit hitam. Gerakannya berbasis di Chicago. Dalam membangun gerakannya sejak 1978, Farrakhan melakukan perubahan, misalnya memperbolehkan anggotanya ikut pemilu dan mencalonkan diri untuk jabatan yang dipilih dalam pemilu.
Selain itu, ia juga menerbitkan surat kabar Final Call. Farrakhan menjadi tenar secara nasional karena berpartisipasi dalam kampanye calon presiden Jesse Jackson pada 1984. Ia membeli gedung markas lama di Chicago dan menamakannya Mosque Maryam.
Pusat kegiatannya tetap di Chicago. Black Muslims memiliki sejumlah sekolah dan masjid serta berbagai macam bisnis serta kode moral yang ketat. Anggota jemaah Black Muslims saat ini berjumlah antara 3–11 juta orang. Markas besarnya di Chicago memiliki Islamic Center. Kegiatan keagamaannya meliputi antara lain ceramah agama, salat Jumat, dan salat hari raya.
Kegiatan tersebut telah dapat diterima atau dihadiri oleh masyarakat muslim yang lain. Hal ini menghapuskan kesan negatif terhadap gerakan ini. Black Muslim juga berperan penting dalam mengembangkan Islam menjadi agama besar keempat dalam masyarakat Amerika setelah Protestan, Katolik, dan Yahudi. Saat ini, 90 persen dari jumlah mualaf di Amerika Serikat adalah kaum Afro-Amerika.
Daftar Pustaka
Bardolph, Richard. “Elijah Muhammad,” The World Book Encyclopaedia. Vol. 13. Chicago-London Sidney-Toronto: World Book, Inc., 1986.
Berboza, Steven. American Jihad: Islam After Malcolm X. New York: Bantam Doubleday, 1994.
Bijlefeld, Willem A. “Black Muslims,” Grolier Academic Encyclopaedia. Vol. 2. t.tp.: Grolier International, 1983.
Esposito, John L. The Oxford Encyclopaedia of the Modern Islamic World. New York: Oxford University Press, 1995.
Lincoln, C. Eric. “Black Muslims,” The World Book Encyclopaedia. Vol. 2. Chicago-London-Sidney-Toronto: World Book, Inc., 1986.
–––––––. “Malcom X,” The World Book Encyclopaedia. Vol. 2. Chicago–London– Sidney–Toronto: World Book, Inc., 1986.
J Suyuti Pulungan