Muazin pertama, budak dari Abessinia (Ethiopia), adalah Bilal bin Rabah. Ia dibeli Umayah bin Khalaf Jamhi al-Qurasyi, seorang pemuka musyrik Mekah dan penentang dakwah Islam. Nabi SAW melembagakan azan yang disuarakan Bilal. Ia dijuluki mu’adzdzin Rasulillah (juru azan Rasulullah). Kini Bilal menjadi panutan muazin di seluruh dunia Islam.
Ketika sedang melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan Umayah, Bilal bin Rabah mendapat berita bahwa telah datang seorang rasul yang diutus Allah SWT untuk memimpin umat manusia menuju jalan yang diridaiNya. Bilal bin Rabah merasa tertarik untuk mengikuti dakwah itu. Setelah diikutinya beberapa kali, ia menyatakan dirinya sebagai seorang muslim.
Umayah sangat marah mendengar berita itu. Ia menyiksa dan memaksa Bilal bin Rabah agar kembali kepada kepercayaan Jahiliah (menyembah berhala). Bilal bin Rabah dijemur di panas terik matahari dan kemudian di atas perutnya diletakkan batu besar.
Akan tetapi, siksaan itu tidak sedikitpun mampu mempengaruhi akidah baru yang diyakininya itu. Ketika penyiksaaan itu sedang berlangsung, ia dengan tegas menyatakan pendiriannya dan dengan suara terputus-putus mengucapkan kata-kata: “Ahad… Ahad… Ahad…” (Allah Maha Esa… Allah Maha Esa… Allah Maha Esa…).
Akhirnya Abu Bakar as-Siddiq membeli Bilal bin Rabah dari Umayah dan kemudian memerdekakannya. Rasulullah SAW merasa gembira dengan tindakan Abu Bakar. Sebagai penghormatan atas keimanannya yang kuat tersebut, Rasulullah SAW menunjuk Bilal bin Rabah sebagai muazin. Dialah yang selalu mengumandangkan suara azan setiap waktu salat fardu.
Bilal bin Rabah mengajukan usul kepada Rasulullah SAW untuk menambah kalimat ash-shalatu khairun minannaum (salat lebih baik daripada tidur) pada azan salat subuh dan Rasulullah SAW menerima usulannya tersebut. Tugas ini tetap dilaksanakannya sampai Rasulullah SAW meninggal dunia.
Setelah Nabi SAW wafat, Bilal bin Rabah pergi ke negeri Syam (Suriah). Di sana dia tetap mengumandangkan azan sebagai tanda masuknya waktu salat fardu di samping menyiarkan ajaran Islam. Azan terakhir dikumandangkannya ketika Khalifah Umar bin Khattab mengunjungi negeri Syam. Tidak lama setelah itu, Bilal bin Rabah wafat.
Daftar Pustaka
Haekal, Muhammad Husain. Hayah Muhammad. Cairo: Dar al-Ma‘arif, 1971.
Ibnu Hisyam, Abu Muhammad Abdullah. Sirah Sayyidina Muhammad Rasulullah. Gottingen: H.F. Wustenfeld, 1855.
Khalid, Khalid Muhammad. Rijal Haul ar-Rasul. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Zulfikri