Berhala

Segala objek sembahan atau pujaan manusia selain Allah SWT disebut berhala. Berhala bisa berwujud konkret seperti api, matahari, serta patung, dan bisa juga abstrak, seperti ideologi yang diciptakan manusia. Dalam Al-Qur’an berhala atau patung disebut at-tsanam atau al-atsnam dalam bentuk jamak.

Dalam Al-Qur‘an surah an-Nisa’ (4) ayat 117 disebutkan: “Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka.”

Pada masa Jahiliah atau sebelum Islam, banyak orang Arab yang memuja berhala dengan cara mempersembahkan kurban ke hadapan berhala dan memohon pertolongan dan petunjuk dalam menghadapi suatu persoalan penting.

Disebutkan bahwa di sekitar Ka’bah mereka menempatkan lebih dari 360 berhala dalam berbagai macam bentuk; setiap kabilah atau keluarga mempunyai berhala sendiri yang mereka sembah dan agungkan.

Namun, di samping berhala kabilah biasanya mereka juga memiliki berhala keluarga yang disimpan di dalam rumah masing-masing dan disembah pada waktu dan kegiatan tertentu, seperti pada saat akan bepergian dan kembali dari bepergian.

Dari sekian banyak berhala, ada beberapa yang terkenal dan dipuja kebanyakan orang Arab, yaitu berhala yang bernama Hubal, Lata, Uzza, dan Manata. Hubal adalah berhala terbesar dan berbentuk manusia lelaki, ditempatkan di sebuah lubang dekat Ka’bah. Di lubang itu dikumpulkan barang yang dipersembahkan.

Ada dua versi mengenai asal-usul berhala Hu­bal. Versi pertama mengatakan bahwa berhala Hubal dibawa dari negeri Moab di Mesopotamia ke Mekah oleh Amr bin Luhay, seorang yang amat kaya dan terpandang di Mekah.

Ia pergi ke Mesopotamia untuk suatu urusan dan di negeri itu ia melihat Bani Amalek menyembah berhala. Ia lalu menanyakan kegunaan berhala itu. Mereka menjawab bahwa berhala itu dapat memberi pertolongan dan menurunkan hujan.

Mendengar penjelasan itu, Amr bin Luhay lalu meminta satu berhala untuk dibawa pulang sebagai sembahan masyarakat. Mereka memberikan berhala Hubal kepadanya. Setelah sampai di Mekah, ia meletakkan­ berhala itu di Ka’bah lalu menyuruh orang Arab menyembahnya.

Adapun versi kedua menyebutkan bahwa Hubal adalah berhala Bani Kinanah, yang juga disembah orang Quraisy. Berhala Hubal ditempatkan di Ka’bah oleh Khuzaimah bin Mudrikah sehingga disebut Hubal Khuzaimah. Disebutkan bahwa tangan kanan berhala Hubal itu pada mulanya patah. Kemudian kaum Quraisy menggantinya dengan tangan dari emas.

Berhala Lata, Uzza, dan Manata disebutkan dalam Al-Qur’an surah an-Najm (53) ayat 19–20. Ketiga berhala ini adalah berhala wanita. Lata dianggap­ sebagai simbol matahari. Ada yang berpendapat bahwa kata lata berasal dari bahasa Yunani leto, ibu Apollo (dewa matahari).

Lata dipuja kabilah Arab Badui, seperti Hawazin. Tempat pemujaan utamanya terdapat di Lembah Wajj, dekat Ta’if. Dalam syair Arab Jahiliah sering didapati sumpah “Demi Lata” dan kerap kali diucapkan bersama dengan nama Uzza dan Wadd. Disebutkan pula bahwa Abu Sufyan membawa berhala Lata dan Uzza dalam Perang Uhud.

Setelah pembebasan kota Mekah, berhala Lata dan tempat pemujaannya di Ta’if dihancurkan Mugirah bin Syu‘bah atas perintah Nabi Muhammad SAW.

Berhala Uzza terdapat di Mekah sebagai sembahan orang Quraisy dan juga terdapat di tempat lain yang didiami suku Khuza‘ah, Ganm, Kinanah, Saqif, dan Gatafan. Tempat pemujaan utamanya berada di lembah Nakhlah, di antara Ta’if dan Mekah.

Di luar Arab Saudi, Uzza disembah orang Lakhmid dari Gunung Hira, di sebelah timur laut kota Mekah. Tempat pemujaan berhala Uzza berupa pohon yang dikeramatkan dan diziarahi dengan mempersembahkan kurban. Berhala Uzza diletakkan di pohon itu.

Ada versi yang menyebutkan bahwa yang mula-mula menganjurkan menyembah Uzza adalah Zalim bin As’ad, seorang tokoh Quraisy pra-Islam. Ada pula yang berpendapat bahwa Amr bin Luhay yang memperkenalkan Uzza dan Lata kepada masyarakat.

Ia mengatakan bahwa Tuhan pada musim dingin bertempat pada berhala Lata dan pada musim panas bertempat pada berhala Uzza. Ia menganjurkan masyarakat untuk mengagungkan kedua berhala itu dan membuatkan rumah untuk keduanya.

Diceritakan bahwa orang Quraisy memuja berhala Uzza dan ingin kepercayaan ini berlanjut terus. Abu Uhaihah, tokoh Quraisy, pernah ditemui Abu Lahab sedang menangis tersedu-sedu ketika ia sakit.

Abu Lahab menanyakan, apakah ia menangis karena takut mati. Abu Uhaihah menjawab bahwa ia menangis karena ia takut sepeninggalnya Uzza tidak disembah lagi. Abu Uhaihah berhenti menangis setelah Abu Lahab berjanji akan tetap mempertahankan penyembahan berhala Uzza, sekalipun Abu Uhaihah meninggal dunia.

Berhala Uzza dijaga keturunan Bani Syaiban dan penjaga terakhir sebelum dihancurkan adalah Dubayah bin Harma. Tempat pemujaan Uzza dihancurkan Khalid bin Walid setelah Fath al-Makkah (pembebasan kota Mekah) atas perintah Nabi SAW.

Berhala ketiga yang disebut dalam Al-Qur’an adalah berhala Manata. Tempat pemujaan berhala ini berupa batu putih (ada yang menyebut batu hitam), terletak di kediaman Bani Huzail di Qudaid, tidak jauh dari Mekah, dekat sebuah bukit yang bernama Musyallal.

Berhala ini juga disembah banyak kabilah Arab, terutama kabilah Aus dan Khazraj di Yatsrib (nama Madinah sebelum periode Islam). Ada anggapan bahwa Manata adalah berhala tertua di antara ketiga berhala, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa Manata dan Lata adalah putri Uzza.

Tempat pemujaan berhala Manata dihancurkan setelah Fath al-Makkah atas perintah Nabi Muhammad SAW. Orang yang diutus untuk menghancurkan berhala Manata adalah Abu Sufyan bin Harb (Abu Sufyan); namun ada yang berpendapat bahwa Ali bin Abi Thaliblah yang diutus.

Ibnu al-Kalabi yang berpendapat demikian mengatakan bahwa Ali membersihkan harta benda yang terdapat pada tempat pemujaan Manata, antara lain dua bilah pedang yang bernama Mikhzam dan Rasub.

Kedua pedang ini pada mulanya milik raja Gassan, Haris bin Abi Syamr al-Gassani, yang dipersembahkan kepada berhala Manata. Ali bin Abi Thalib menyerahkan kedua pedang pada Nabi SAW dan kemudian Nabi SAW menghadiahkannya pada Ali.

Berhala lain yang juga disebut dalam as-Sirah an-Nabawiyyah (Peri Kehidupan Nabi) oleh Ibnu Hisyam adalah berhala Isaf dan Nailah yang diletakkan dekat sumur Zamzam, dekat Ka’bah. Orang Quraisy di masa Jahiliah melakukan penyembelihan kurban di hadapan berhala Isaf dan Nailah.

Dalam Al-Qur’an surah Nuh (71) ayat 23, disebutkan beberapa berhala yang disembah umat Nabi Nuh AS, yaitu berhala Wadd, Suwa, Yaghut, Ya’uq, dan Nasr. Berhala ini antara lain masih dipuja orang Arab di masa Jahiliah. Berhala Wadd yang berbentuk lelaki dipuja beberapa kabilah Yaman, antara lain suku Kalb di Daumat al-Jandal.

Berhala Suwa yang berbentuk wanita adalah sembahan orang Huzail. Yaghut, berhala berbentuk singa, dipuja kabilah Muzahhaj. Adapun Ya’uq yang berbentuk kuda disembah kabilah Hamadan dan Nasr yang berbentuk burung rajawali disembah orang Himyar.

Daftar Pustaka

Farukh, Umar. Tarikh al-Adab al-‘Arabi. Beirut: Dar al-‘Ilm li al-Malayiyin, 1981.

Gibb, Hamilton A.R., and J.H. Kramers, ed. Shorter Encyclopaedia of Islam. Leiden: E.J. Brill, 1974.

Haekal, Muhammad Husain. Hayah Muhammad. Cairo: Dar al-Ma‘arif, 1971.

Ibnu Hisyam, Abu Muhammad Abdullah. Sirah Sayyidina Muhammad Rasulullah. Gottingen: H.F. Wustenfeld, 1855.

Ibnu Kasir, al-Hafidz Imaduddin Abu al-Fida’ Isma’il. al-Bidayah wa an-Nihayah. Beirut: Dar al-Fikr, 1978.

Rida, Muhammad Rasyid. Tafsir Al-Qur’an al-Hakim (al-Manar). Cairo: Dar al-Manar, 1953.

as-Sabuni, Muhammad Ali. Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir. Beirut: Dar Al-Qur’an al-Karim, 1981.

Snouck Hurgronje, Christiaan. Het Mekkaansche Feest, atau Perayaan Mekah, terj. Supardi. Jakarta: INIS, 1989.

Ziyadah, Mahmud Muhammad. Dirasah fi at‑ Tarikh al‑Islami: al‑Arab Qabl al‑IsIam as‑Sirah an‑Nabawiyyah al‑Khilafah ar‑Rasyidah. Cairo: Dar at‑Ta’lif al‑Maliyah, 1969.

Rusydi Khalid