Basmalah adalah ucapan Bismi Allah ar-Rahman ar-Rahim (dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang), bisa disingkat dengan Bismillah (dengan nama Allah). Dalam Al-Qur’an ada 114 basmalah; 113 di awal setiap surah dan satu di tengah, yakni surah an-Naml (27) ayat 30. Satu surah tidak dimulai dengan basmalah, yaitu surah at-Taubah (9).
Ulama sepakat bahwa basmalah yang ada di dalam surah an-Naml termasuk ayat Al-Qur’an. Tetapi mereka berbeda pendapat tentang kedudukan basmalah yang ada di awal surah al-Fatihah (Ummul Kitab) dan awal setiap surah. Pada garis besarnya perbedaan pendapat tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Mazhab Maliki berpendapat bahwa basmalah itu tidak termasuk ayat dalam surah al-Fatihah dan surah lainnya, tetapi salah satu ayat dari surah an-Naml. Pendapat ini berdasarkan atas: (a) hadis riwayat Muslim dari Aisyah binti Abu Bakar RA: “Rasulullah memulai salat dengan takbir dan membaca al-Hamd li Allah Rabb al-‘Alamin (segala puji bagi Tuhan seru sekalian alam)” dan (b) hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas: “Saya salat bermakmum kepada Nabi SAW, Abu Bakar, Umar, dan Usman. Mereka memulai bacaan dengan al-Hamd li Allah Rabb al-‘Alamin.” Adapun menurut riwayat Muslim, hadis tersebut menyebutkan: “Tidak membaca Bismi Allah ar-Rahman ar-Rahim, baik di awal bacaan maupun di akhir bacaan.”
(2) Mazhab Hanafi berpendapat bahwa basmalah itu termasuk ayat sempurna dari Al-Qur’an yang diturunkan untuk memisahkan tiap-tiap surah, tetapi tidak termasuk ayat dari surah al-Fatihah. Hal ini antara lain didasarkan pada hadis riwayat Ibnu Abbas yang berarti: “Rasulullah tidak mengetahui pemisah surah sehingga turun kepadanya Bismi Allah ar-Rahman ar-Rahim.”
(3) Mazhab Syafi‘i berpendapat bahwa basmalah terasuk ayat dari surah al-Fatihah dan termasuk ayat dari setiap surah. Pendapat ini didasarkan atas hadis Nabi SAW: “Apabila kamu membaca al-Hamd li Allah Rabb al-‘Alamin, maka bacalah Bismi Allah ar-Rahman ar-Rahim sebab surah al-Fatihah adalah induk Al-Qur’an, induk Alkitab, dan Sab‘u al-Matsani (tujuh yang berulang-ulang; karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat), sedangkan Bismi Allah ar-Rahman ar-Rahim adalah salah satu di antara ayatnya” (HR. Daruqutni dari Abu Hurairah).
Selain itu juga hadis yang diriwayatkan Ibnu Abbas: “Sesungguhnya Rasulullah memulai setiap perbuatan dengan membaca Bismi Allah ar-Rahman ar-Rahim.” Mazhab ini juga mendasarkan pendiriannya pada kenyataan yang ada dalam mushaf (Al-Qur’an), yaitu pada awal surah al-Fatihah tertulis Bismi Allah ar-Rahman ar-Rahim. Begitu juga pada setiap awal surah, selain surah al-Bara’ah (at-Taubah), tertulis basmalah, padahal susunan dan urutan ayat Al-Qur’an itu bukan diciptakan baru, tetapi nukilan yang mutawatir dari generasi ke generasi sejak para sahabat, tabiin, dan atba‘ at-tabi‘in (generasi sesudah tabiin).
Basmalah disunahkan untuk dibaca pada setiap perbuatan baik yang akan dilakukan. Dengan bacaan tersebut, yang merupakan pernyataan bahwa perbuatan itu dilakukan hanya karena Allah SWT, nilai perbuatan akan berubah dari hanya perbuatan biasa menjadi perbuatan ibadah, karena perbuatan tersebut dilakukan benar-benar untuk Allah SWT. Ketentuan ini didasarkan atas hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah: “Setiap perbuatan yang baik yang tidak dimulai dengan Bismi Allah ar-Rahman ar-Rahim adalah kurang berkah.” Selain itu juga firman Allah SWT dalam surah al-An‘am
6) ayat 118 yang berarti: “Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.”
Terjadi perbedaan pendapat di antara fukaha (ahli fikih) tentang hukum membaca basmalah di dalam salat.
(1) Menurut Imam Malik, basmalah tidak boleh dibaca dalam salat fardu, baik secara nyaring maupun pelan, baik sewaktu memulai membaca surah al-Fatihah maupun sewaktu memulai membaca surah lainnya. Basmalah hanya boleh dibaca dalam salat sunah.
(2) Menurut Imam Syafi‘i, orang yang melakukan salat wajib membaca basmalah, baik secara nyaring (jahr) pada salat yang bacaannya nyaring atau secara pelan (sirr) pada salat yang bacaannya pelan. (3) Menurut Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi) dan Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali), orang yang sedang salat boleh membaca basmalah dengan suara yang pelan ketika membaca surah al-Fatihah pada setiap rakaat salat.
Daftar Pustaka
Abduh, Muhammad. Tafsir Al-Qur’an al-Manar. Beirut: Dar al-Ma‘arif, t.t.
Ibnu Kasir, al-Hafidz Imaduddin Abu al-Fida’ Isma’il. Tafsir Al-Qur’an al-‘Azim. Beirut: ‘Alam al-Kitab, 1405 H/1985 M.
Ibnu Rusyd. Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid. Cairo: Syarikah Maktabah wa Matba‘ah Mustafa al-Babi al-Halabi wa Auladuh, 1981 M.
al-Jaziri, Abdurrahman. al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib al-Arba’ah. Beirut: Dar al-Fikr, 1972.
al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maragi. Cairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974.
as-Sabuni, Muhammad Ali. Rawa’i al-Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min Al-Qur’an. Damascus: Maktabah al-Ghazali, 1980.
as-San’ani, Muhammad bin Isma’il al-Kahlani. Subul as-Salam. Riyadh: Jami’ah Ibnu Su’ud al-Islamiyah, 1408 H/1987 M.
Ridlo Masduki