Barbar

Istilah “barbar” mencakup suku-suku di Afrika Utara sebelum kedatangan bangsa Arab. Orang Barbar tersebar di Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, Mesir, Mauritania, Mali, dan Niger. Mereka suka tinggal di gunung dan gurun. Pada mulanya mereka menolak invasi Arab pada abad ke-7, tapi akhirnya masuk Islam. Orang Barbar penting dalam penaklukan Spanyol pada abad ke-8.

Orang Barbar berkenalan dengan Islam setelah tentara Islam memasuki dan mengalahkan wilayah Afrika utara pada 670 di bawah pimpinan Uqbah bin Nafi. Pada tahun itu mereka mendirikan kota Qairawan sebagai markas operasi tentara Islam. Sejak saat itu Islam telah sampai di Afrika utara yang penduduknya terdiri dari orang Barbar.

Disiplin dan ketinggian akhlak yang diperlihatkan pasukan Islam selama masa penaklukan Afrika utara sampai ke wilayah barat (Magribi) telah menimbulkan rasa simpati di kalangan penduduk asli. Karena itu suku besar dari orang Barbar di sana tertarik untuk memeluk agama Islam. Bahkan sebagiannya langsung menggabungkan diri dengan tentara Islam.

Padahal sebelum kedatangan pasukan Islam, orang Barbar itu telah lama berada di bawah dominasi bangsa Roma dan kemudian bangsa Visigoth, tetapi mereka tetap pada keyakinan animisnya. Pada masa selanjutnya mereka bahkan menjadi penopang kekuatan pasukan Islam dalam memperluas wilayahnya dengan menaklukkan bangsa Spanyol, Portugal, kemudian melintasi Pegunungan Pirenia dan maju terus ke arah utara Perancis sampai ke kota Tours dan Poitiers.

Di Afrika barat daya, datang dan berkembangnya Islam di kalangan orang Barbar terjadi melalui kegiatan tasawuf. Pada abad ke-6 H/12 M Dinasti al-Muwahhidun (Almohad) di bawah Mahdi Ibnu Tumart menggantikan dinasti sebelumnya, al-Murabitun (Almoravids), yang telah memimpin gerakan jihad islamisasi pada abad ke-5 H/11 M.

Dengan perantaraan pemimpin kerohanian Mahdi Ibnu Tumart, pergerakan al-Muwahhidun berhubungan dengan pergerakan sufi. Semangat keagamaan mereka yang kuat telah mendatangkan pengaruh terhadap perkembangan Islam yang pertama kali di kalangan orang Barbar.

Empat abad kemudian, pemimpin sufi menggerakkan perlawanan terhadap tekanan Spanyol dan Portugis di Maroko. Namun orang Barbar yang tetap berpegang pada kepercayaan dan kebiasaan lamanya memberikan suatu sifat khas pada Islam Barbar, yaitu maraboutism (pemujaan wali). Dalam salah satu bagian kitabnya, Muqaddimah, Ibnu Khaldun memuji watak dan sifat orang Barbar.

Sebagian orang Barbar menganut agama Yahudi yang tersebar di wilayah Afrika utara sebelum mereka menganut agama Islam. Orang Barbar pertama kali berkenalan dengan Islam dalam bidang kalam melalui ajaran Ahlusunah. Tetapi, karena kecenderungan mereka yang ingin bebas, mereka kemudian menjadi pengikut Khawarij dan sebagian lagi menganut Syiah. Dalam bidang fikih, mereka pada umum-nya menganut Mazhab Maliki hingga saat ini.

Daftar Pustaka

al-Fandi, Muhammad Sabit. Da’irah al-Ma‘arif al-Islamiyyah. Cairo: Dar asy-Sya‘b, t.t.
Ibnu Khaldun. Muqaddimah Ibnu Khaldun, terj. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986.
Sou’ib, H M. Joesoef. Sejarah Daulah Umayyah di Damascus. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

Asmaran As