Ta’if adalah sebuah kota tua sekitar 65 km di tenggara Mekah, Arab Saudi. Kota ini terletak di Dataran Tinggi Sarat, sekitar 5.000 kaki di atas permukaan laut. Sejak dulu, Ta’if merupakan tempat peristirahatan para aristokrat Mekah karena berudara sejuk. Karena subur, tanahnya menghasilkan kurma, anggur, semangka, persik, badam, kapas, dan madu.
Al-Qur’an menyebut Ta’if, antara lain pada surah az-Zukhruf (43) ayat 31, yang berarti: “Dan mereka berkata, ‘Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Ta’if) ini?’.” Dalam ayat itu, yang dimaksud dengan al-qaryataini adalah Mekah dan Ta’if.
Pada masa pra-Islam, Ta’if merupakan tempat tinggal Bani Saqif yang terdiri dari dua keluarga (suku), yaitu Bani Ahlaf dan Bani Malik. Bani Ahlaf menguasai bidang diplomasi, militer, dan penyembahan terhadap berhala Lat.
Dari bani ini lahir penyair-penyair piawai. Jika pada festival tahunan ‘Ukaz (pasar dekat Mekah; Suq ‘Ukaz) tampil penyair-penyair ulung, umumnya mereka berasal dari Bani Ahlaf. Adapun Bani Malik adalah penguasa bidang ekonomi dan pertanahan sebagai tuan-tuan tanah.
Ta’if disebut dalam sejarah Islam ketika Nabi SAW diboikot, diusir, dihina, dan disakiti kaum Quraisy Mekah. Peristiwa itu terjadi 2 tahun sebelum Hijrah. Nabi SAW pergi ke Ta’if dengan harapan mereka membantunya. Tetapi yang diterimanya adalah perlakuan yang tidak kalah buruknya dengan perlakuan kaum Quraisy Mekah.
Beberapa minggu setelah Fath al-Makkah (penaklukan Mekah tahun 8 H/630 M), beberapa kabilah musyrikin tidak mau menerima kekalahan. Mereka tidak mau berdamai dengan Rasulullah SAW, di antaranya Bani Hawazin, Bani Nasr, Bani Jusyam, dan Bani Saqif (penduduk Ta’if). Maka kaum muslimin menumpas mereka dalam Perang Hunain.
Para pembangkang yang dipimpin oleh Malik bin Auf itu kemudian lari ke Ta’if, tetapi kemudian dikejar kaum muslimin sampai menyerah. Sejak peristiwa itulah penduduk Ta’if menjadi pemeluk agama Islam.
Pada masa al-Khulafa’ ar-Rasyidun, penduduk Ta’if, yang dikenal dengan sebutan as-Saqafi di belakang namanya, tidak banyak memainkan peranan penting dalam sejarah. Tapi pada masa Bani Umayah, sejak Mu‘awiyah bin Abi Sufyan, banyak pemimpin pasukan yang bernama as-Saqafi di belakang namanya.
Di antaranya Ziyad bin Abihi, gubernur Basrah pada masa Mu‘awiyah dan seorang panglima yang sangat berpengaruh di belahan timur wilayah kekuasaan Mu‘awiyah. Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, seorang panglima pada masa Abdul Malik bin Marwan, juga berasal dari Bani Saqif.
Bagi Dinasti Abbasiyah, kota Ta’if merupakan kota bersejarah karena di sana terdapat kuburan Abdullah bin Abbas, yang dipandang sebagai Bapak Ilmu Tafsir, sebagai salah seorang nenek moyang keluarga Dinasti Abbasiyah, dan sebagai tokoh panutan bagi masyarakat Ta’if. Ibunda Khalifah al-Muqtadir (khalifah ke-18) dan permaisuri Khalifah Harun ar-Rasyid berasal dari Ta’if.
Ketika Mekah diperintah oleh Syarif Hasan pada tahun 1790-an, Ta’if dijadikan sebagai benteng pertahanan untuk menahan serangan kaum Wahabi yang berpusat di Nejd. Pada tahun 1802, Ta’if dikuasai kaum Wahabi dengan bantuan Muhammad bin Sa‘ud, salah seorang pemuka suku di Nejd.
Pada tahun 1813, Ta’if dikuasai kembali oleh orang-orang Mesir di bawah pimpinan Tusun Pasha. Tetapi pada tahun 1924 kota itu jatuh lagi ke tangan kaum Wahabi dan keturunan Ibnu Sa‘ud ketika melawan Syarif Husain bin Ali, bekas raja Hijaz. Sampai sekarang, kota itu dan seluruh wilayah Arab Saudi dikuasai oleh keturunan Ibnu Sa‘ud dengan paham keagamaannya Wahabi.
Ta’if kini lebih merupakan tempat peristirahatan para pangeran dan orang kaya Arab yang membangun istana dan vila-vila yang indah dan megah di sana.
Daftar Pustaka
Haekal, Muhammad Husain. hayah Muhammad. Cairo: Dar al-Ma‘arif, t.t.
Hisyam, Abu Muhammad Abdullah bin. Sirah Sayyidina Muhammad Rasulullah. Gottingen: H.F. Wustenfeld, 1855.
Lammers, H. “Ta’if,” First Encyclopaedia of Islam, 1913–1936. Leiden: E.J. Brill, 1987.
Mukmin, Mustafa. Qasamat al‑‘alam al‑Islami. Beirut: Dar al‑Fikr, 1974.
asy-Syalabi, Ahmad. Mausu’ah at-Tarikh al-Islami wa al-hadarah al-Islamiyyah. Cairo: an-Nahdah al-Misriyah, 1977.
at-Tabari, Abi Ja‘far Muhammad bin Jarir. Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk, ed. Barth dan Noldke. Leiden: E.J. Brill, 1936.
Atjeng Achmad Kusaeri