Baramikah disebut juga Barmak, yakni nama sebuah keluarga Persia keturunan Barmak, pendeta agung (sadin) Kuil Api Agama Majusi di Balkh (Afghanistan utara). Mereka masuk Islam sekitar tahun 670. Keluarga ini secara turun-temurun memangku jabatan wazir (jabatan perdana menteri dan menteri dalam negeri) Dinasti Abbasiyah selama lebih dari 50 tahun (750–803).
Yang pertama di antara Baramikah, yakni Khalid bin Barmak (putra Barmak), memegang jabatan wazir selama masa pemerintahan Abu Abbas as-Saffah (khalifah ke-1 Dinasti Abbasiyah; 133 H/750 M–137 H/754 M) dan Abu Ja‘far al-Mansur (khalifah ke-2; 137 H/754 M–159 H/775 M). As-Saffah (naik takhta 750) mengangkat Khalid bin Barmak sebagai wazir.
Pada masa Khalifah al-Mansur, Khalid juga memegang tugas pengawasan keuangan. Ia juga yang diberi tugas untuk membangun ibukota baru, Baghdad, yaitu pada waktu ia menjadi menteri keuangan pada masa Khalifah al-Mansur. Di samping pandai dalam bidang administrasi, Khalid bin Barmak juga seorang tentara yang sangat berani dan cerdik. Pada masa mudanya, ia ikut berperang di bawah pimpinan Abu Muslim dan Qahtabah.
Pada usia lanjut, ia juga ikut dalam peperangan melawan Romawi Timur. Pada masa inilah ia dapat memperkaya dirinya sebagaimana kebiasaan para pejabat tinggi lainnya. Setelah Khalifah al-Mansur wafat, ia diangkat menjadi gubernur Mosul.
Yahya, anak Khalid bin Barmak, pada mulanya memegang jabatan gubernur Azerbaijan. Pada masa al-Mahdi (khalifah ke-3; 159 H/775 M–169 H/785 M), ia dipanggil kembali ke Baghdad dan diberi kepercayaan untuk mendidik Harun ar-Rasyid. Ia seorang alim yang terkenal, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun dalam bidang moral.
Sebagai kehormatan dan balasan terhadap jasa-jasanya, pada 777, ketika Harun diangkat menjadi gubernur wilayah barat yang meliputi Armenia dan Azerbaijan, Yahya diangkatnya menjadi kepala arsip umum. Ketika Harun dinobatkan menjadi khalifah, Yahya bin Khalid juga diangkatnya sebagai wazir, dan kedua anaknya, Fadl dan Ja‘far bin Yahya, diangkat pula menjadi gubernur.
Pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid, hampir seluruh urusan pemerintahan diserahkan kepada Yahya yang secara cermat menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin. Kedua orang anaknya tersebut menjadi tangan kanannya dalam menjalankan tugas kenegaraan itu. Bagi keluarga Baramikah, masalah yang berhubungan dengan administrasi bukan lagi merupakan hal asing karena hal itu sudah lama ditangani sejak sebelum mereka masuk Islam.
Selama tujuh belas tahun Yahya dan kedua anaknya tersebut mengabdikan diri mereka kepada Harun ar-Rasysid (786–809) dan sungguh-sungguh bekerja sebagai pegawai pemerintah. Demikian juga halnya pada masa kekuasaan khalifah sebelumnya, al-Mahdi, merekalah yang memegang administrasi pemerintahan.
Yahya terkenal karena kebijaksanaan, jiwa mulia, dan bahasanya yang sangat baik. Sebagai orang Persia, ia sangat senang kepada filsafat. Para sarjana pemikir bebas dan ilmuwan selalu mengadakan pertemuan ilmiah di rumahnya. Ia juga sangat berhati-hati dalam melakukan hal-hal yang bersifat suci secara umum.
Ketika Khalifah al-Hadi (785–786) mencoba memaksa Harun untuk menolak hak-haknya sebagai pengganti khalifah, Yahya memegang teguh kepercayaannya kepada Harun. Ia bersedia mengorbankan hak kebebasannya untuk sementara karena dukungannya terhadap Harun tersebut.
Sejarah gemilang keluarga yang banyak berjasa bagi kemajuan Dinasti Abbasiyah ini berakhir secara tragis; hampir seluruh anggota keluarganya mendapat hukuman yang keras. Ja‘far mendapat hukuman mati, Yahya dan Fadl dimasukkan ke dalam penjara dan mereka mengakhiri hayatnya di sana, dan anggota keluarga yang lain dikejar-kejar dan dilenyapkan.
Hassan Ibrahim Hassan (1892–1968), seorang sejarawan muslim terkenal di Mesir, mengatakan bahwa para ahli sejarah dan biografi Arab berbeda pendapat tentang faktor yang mendorong Harun ar-Rasyid menjatuhkan hukuman berat kepada keluarga Baramikah.
Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) adanya hubungan antara Ja‘far bin Yahya dan saudara perempuan Harun ar-Rasyid, yaitu al-Abbasa; (2) adanya kecenderungan keluarga Baramikah kepada pemuja dan pengikut Ali (Syiah); (3) mereka menjalankan kekuasaan secara absolut dalam menentukan pemerintahan, mengumpulkan kekayaan negara, dan mengikat rakyat supaya lebih mengikuti mereka.
Akan tetapi, yang paling menentukan di antaranya adalah kecenderungan keluarga ini kepada Syiah. Walaupun demikian, Harun ar-Rasyid tetap tidak senang kepada siapa pun yang menjelek-jelekkan keluarga Baramikah.
Daftar Pustaka
Lombard, Maurice. L’Islam Dans sa Premiere Grandeur, atau The Golden Age of Islam, terj. Joan Spencer. Amsterdam: North-Holland Publishing Company, 1975.
Nicholson, Reynold A. A Literary History of the Arabs. Cambridge: Cambridge University Press, 1969.
Saunders, J.J. A History of Medieval Islam. London: Routledge and Kegan Paul, 1972.
Watt, W. Montgomery. Muslim Intellectual. Edinburgh: Edinburgh University Press, 1971.
Miftah Adebayo Uthman