Azerbaijan

Azerbaijan adalah negara republik muslim di pesisir barat Laut Kaspia, Transkauka­sia; mencakup daerah otonom Na-chicevan (Naxcivan) di selatan Armenia dan utara Iran; dan berbatasan dengan Armenia­ di barat, Georgia dan Rusia di utara, Laut Kaspia di timur, dan Iran di selatan­. Luas: 86.600 km2. Penduduk: 10.293.000 (data 2022). Kepadat­an­ penduduk: 123/km2. Ibukota: Baku.

Azerbaijan yang beriklim subtropis termasuk­ negeri yang cukup subur untuk pertanian gandum, anggur, dan buah-buahan lain, meskipun banyak petaninya yang tergolong miskin. Di seputar­ kota Baku dan Neftechala (di selatan Baku), dapat diproduksi minyak mentah sebanyak lebih dari 13 juta ton, dan ada gas alam sebanyak lebih dari 11 juta metrik ton.

Menurut data resmi, 34% minyak serta gas Uni Soviet ketika itu berasal dari Azerbaijan. Di samping itu juga telah digali tambang bijih besi, batu bara, bauksit, dan molibdenum. Di samping pusat pemerintahan serta kota industri, Baku juga berperan sebagai pelabuhan laut utama terpenting di kawasan ­Laut Kaspia.

Penduduk Azerbaijan terdiri dari mayoritas Azerbaijan (kelompok etnik Azeri) serta minoritas Armenia dan Rusia. Perbedaan etnik antara orang Azerbaijan dan Armenia menimbulkan masalah yang serius. Sejak Stalin menetapkan wilayah otonom Nagorno-Karabakh yang dihuni mayoritas Armenia berada di bawah pemerintahan Azerbaijan, konflik antara kedua kelompok etnik itu semakin marak.

Sejarah.

Ketika berada di bawah Kerajaan Sasaniyah (Persia), Azerbaijan memiliki kota tersohor (Ardabil, Geilan, dan Tabriz; kini ketiganya masuk di wilayah Iran) yang dihuni para penganut agama Kristen dan Zoroaster. Baru pada abad ke-7, setelah imperium tersebut berada di bawah kekuasaan politik Islam, Azerbaijan dijadi­kan salah satu daerah keamiran.

Ketika kekuasaan berada di tangan Dinasti Abbasiyah (750–1258), Azerbaijan merupakan wilayah otonom yang dipimpin para sultan (raja) dari beberapa dinasti, tetapi tetap di bawah control pemerintahan ­pusat (Baghdad). Dinasti itu mencakup antara lain Dinasti Sajiyah (881–931) dan Dinasti Atabeg (sampai 1227).

Pasukan Tartar yang dipimpin Hulagu Khan membumihanguskan kota Baghdad pada tahun 1258. Oleh Hulagu Khan, kendali politik pusat kekuasaan Islam di Baghdad dipindahkan ke Azerbaijan. Hulagu Khan sendiri ketika itu belum masuk Islam, tetapi keturunannya, tentaranya, dan penduduk daerah Asia Tengah hingga beberapa wilayah­ di Rusia serta Monggolia yang termasuk dalam kekuasaannya ­masuk Islam.

Sepeninggalnya, Azerbaijan tetap masuk imperium Islam Persia yang luas di bawah kendali sultan dari Dinasti Hulagu Khan (1259–1395), hingga akhirnya­ Timur Lenk menguasainya dan memindahkan pusat pemerintah­an ke Samarkand. Azerbaijan sesudah itu dipegang­ oleh Dinasti Agha Kiyunli­ (1395–1503), raja kecil berdarah Turki di bawah ­Dinasti Timur Lenk (1395–1500).

Pada permulaan abad ke-14 muncul kekuatan baru di sekitar kota Ardabil yang tidak sempat dihancurkan Timur Lenk. Kekuatan itu pada mulanya hanya tampak dalam kegiatan pengajian tarekat yang didirikan oleh Syekh Syafiuddin Ardab­elli (1252–1334), pendiri Dinasti Safawi.

Dinasti itu baru memiliki kekuatan yang berarti pada masa Syah Isma‘il Safawi, cucu Syafiuddin Ardabelli. Ia berhasil menghancurkan kekuatan Dinasti Agha Kiyunli setelah sebelumnya menobat­kan ­diri ­menjadi sultan pertama Kerajaan Safawi di kota Tabriz (1501).

Dinasti Safawi merupakan imperium Persia pertama yang secara resmi menyatakan diri sebagai penganut aliran Syiah. Karena itu, kaum muslimin Azerbaijan umumnya diidentifikasi sebagai penganut aliran Syiah dan lebih memiliki hubungan historis dengan kebudayaan Islam Persia daripada kebudayaan Turki.

Meskipun demikian, posisi geografisnya langsung berhubungan denganEropa, dan Azerbaijan termasuk dalam zona politik Eropa Timur. Karena itu, hubungan politiknya dengan Turki sangat mungkin terjalin melalui kerja sama regional antara negara Balkan. Turki adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Azerbaijan.

Hingga Perang Dunia I (1914–1918), Azerbaijan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Persia. Meskipun demikian, negeri tersebut selalu diperseng­ketakan dengan Kesultanan Usmani Turki. Kemudian Inggris dan Rusia turut mem­perebutkannya.

Pada tahun 1907, Iran di bawah­ kekuasaan Dinasti Qajar mengundangkan konstitusi yang menentukan bahwa Azerbaijan, salah satu teritori ­dalam wilayah Persia, merupakan ­daerah netral yang selama ini dipe­rebutkan antara Turki, Inggris, dan Rusia. Tetapi pada 1914, Turki menganeksasi wilayah itu, meskipun mendapat protes dari Jerman, sekutunya dalam Perang Dunia I.

Setelah melalui revolusi nasionalisme, pada 1918 Azerbaijan menyatakan kemerdekaannya dari kekuasaan Turki. Namun, setelah 2 tahun menjalani kemerdekaannya, pada 1920 Azerbaijan diserbu Tentara Merah. Pada tahun itu juga Azerbaijan dijadikan salah satu republic da­lam negara Uni Soviet.

Pada 30 Agustus 1991, Azerbaijan menyatakan kemerdekaan, menyusul gagalnya kudeta terhadap Presiden Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, yang dilancarkan Komite Keadaan Darurat yang dipimpin oleh Wakil Presiden Gennady Yanayev.

Sebagai tindak lanjut pernyataan kemerdekaannya, Presiden Ayaz Mutalibov, yang juga pemimpin tertinggi Partai Komunis Azerbaijan, meng­adakan pemilihan umum dengan mengajukan dirinya sebagai calon tunggal. Meskipun mendapat protes keras dari pihak oposisi, ia terpilih menjadi presiden. Setelah itu, ia membubarkan Partai Komunis Azerbaijan dan mengumumkan penyitaan semua harta partai.

Pada 21 Desember 1991, Azerbaijan bergabung dalam CIS (Commonwealth of Independent­ States, Persemakmuran Negara-Negara Merdeka), yaitu persemakmuran antara republik-republik di wilayah bekas Uni Soviet. Persemakmuran ini terbentuk atas prakarsa pemimpin Republik Federasi Rusia, Republik Belarusia, dan Republik Ukraina pada 8 Desember 1991, untuk menggantikan Uni Soviet.

Konflik antara Azerbaijan dan Armenia mengenai daerah enklaf Nagorno-Karabakh yang berpenduduk mayoritas Armenia tetap berkepanjangan, meskipun pernah ada gencatan senjata pada 1994.

Pada 2020, Azerbaijan yang kaya minyak telah mendefinisikan ulang dirinya, dari negara baru yang sedang berjuang untuk merdeka menjadi pemain energi regional utama. Kesepakatan dengan produsen energi internasional telah memungkinkan negara ini menggunakan pendapatan energinya, untuk menciptakan dana yang dikelola pemerintah yang terlibat dalam proyek-proyek internasional.

Azerbaijan juga telah menggunakan sumber dayanya untuk membangun kembali militernya. Ini dipandang sebagai prioritas pemerintah, ketika Azerbaijan berkonflik dengan Armenia dan bergulat dengan wilayah Nagorno-Karabakh yang mau memisahkan diri.

Pada 2022, Azerbaijan dipimpin oleh Ilham Aliyev, yang mengambil alih sebagai presiden dari ayahnya Heydar pada 2003. Ilham mengamankan masa jabatan terakhirnya pada 2018, dalam pemilihan yang menurut pengamat Barat tidak memenuhi standar demokrasi.

Pada 2016, sebuah referendum memperpanjang kekuasaan presiden – termasuk proposal kontroversial untuk menurunkan batas usia calon presiden. Pihak oposisi mengatakan, langkah itu bertujuan memperkuat kekuasaan keluarga Presiden Aliyev, dengan putranya yang berusia 19 tahun sebagai calon pewaris.

Di bawah pemerintahan Ilham Aliyev, Azerbaijan telah meningkatkan profil internasionalnya, termasuk menjadi tuan rumah Kontes Lagu Eurovision pada 2012 dan Baku European Games pada 2015. Azerbaijan juga mencetak kesuksesan militer besar pada akhir 2020, ketika merebut kembali wilayah di dan sekitar Nagorno-Karabakh.

Salah satu arti penting Azerbaijan dalam mem­perkaya khazanah peradaban Islam berkaitan dengan ­peranan seorang filsuf kaliber dunia yang lahir di sana, yaitu Nasiruddin at-Tusi (1201–1274). Di samping filsuf, at-Tusi adalah juga ahli astro­nomi dan matematika. Kemasyhurannya antara lain ditandai dengan banyaknya karya tulisnya.

Brockelmann, seorang orientalis dari Jerman, telah mendaftar­ 59 dari karya at-Tusi yang masih ada. Sementara itu, Ivanov, juga seorang orientalis, mengatakan bahwa ada sekitar 150 karya tulis at-Tusi. Daftar yang diberikan oleh Mudarris Ridwi (seorang ahli sejarah) memuat sekitar 130 judul, tidak termasuk 20 judul lain yang diragukan sebagai karya tulis at-Tusi.

At-Tusi lahir di kota Tus di daerah Khurasan (kini termasuk wilayah Iran). Ia muncul ketika kekayaan intelektual Islam di pusat peradaban Dinasti Abbasiyah diporakporandakan oleh kaum penakluk bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan.

Kota Maragheh (kini di Iran barat laut) serta Observatorium “Easad Khanah”,  karya monumental Dinasti Hulagu Khan, dibangun atas prakarsa at-Tusi, yang mendapat kepercayaan sebagai penasihat raja. Di observatorium ini, at-Tusi menyusun table astronominya yang disebut Ti al-Ilkhani.

Temuannya ini kemudian menjadi terkenal di seluruh Asia, bahkan sampai ke negeri Cina. Observatorium itu dilengkapi dengan ruang perpustakaan untuk menyimpan khazanah pengetahuan yang tak sempat dirusak ketika kekayaan kota Baghdad serta kota lainnya dirampas oleh bala tentara Tartar dalam masa penaklukannya. Menurut Ibnu Syakir (seorang ahli sejarah), perpustakaan tersebut berisi lebih dari 400.000 jilid buku.

Hubungan Azerbaijan dengan dunia Islam tersendat setelah negeri ini berada di bawah control ketat Uni Soviet yang berideologi sosialis komunis. Dengan alasan ideologis inilah semua agama berikut ­pahamnya dinyatakan sebagai terlarang, termasuk dalam hal pengembangan aktivitas agama Islam.

Bahasa Azeri yang dianggap berkaitan dengan kebudayaan Islam Persia diganti dengan bahasa Cyrillic (Rusia) sejak 1940. Karenanya, semua segi kehidupan keagamaan­ Islam menjadi putus. Sebagaimana dikatakan oleh Jebril bin Mikhail yang mengaku membawahi 250 masjid di Azerbaijan, sebagian besar kaum muslimin Azerbaijan waktu itu sudah tidak lagi memahami agamanya.

Meskipun demikian, karena kuatnya tradisi Islam melalui ikatan informal dalam tarekat yang tertanam sejak berabad-abad sebelumnya, Azerbaijan tetap mampu bertahan sebagai negara mayoritas muslim.

Daftar Pustaka

Amin, Ahmad. Duha al-Islam. Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1975.

Bek, Muhammad Khudari. Muhadarah Tarikh al-Umam al-Islamiyyah. Cairo: al-Maktabah at-Tijariyah al-Kubra, 1970.

von Grunebaum, Gustave E. Classical Islam: A History 600–1258. London: George Allen and Unwin Ltd., 1970.

Hasan, Hasan Ibrahim. Tarikh al-Islam. Cairo: Maktabah an-Nahdah al-Misriyah, 1967.

Shadily, Hassan, et al. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: IchtiarBaru Van Hoeve, 1989.

Stryzewska, BojenaGajene. Tarikh ad-Daulah al-Islamiyyah. Beirut: al-Maktab at-Tijari, t.t.

Syarif, M.M., ed. History of Muslim Philosophy atau Para Filosuf Muslim. Bandung:Mizan, 1989.

https://www.worldometers.info/world-population/azerbaijan-population/, diakses pada 10 Maret 2022.

https://www.bbc.com/news/world-europe-17043424, diakses pada 11 Maret 2022.

 Muhammad Hasyim

Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)