Nama lain lembaga pendidikan at-Tahiriyah adalah Lembaga Pendidikan Islam ad-Diniyah at-Tahiriyah (LPIAA). Lembaga pendidikan ini menyelenggarakan kegiatan pendidikan, baik formal maupun nonformal, baik agama maupun umum. Selain itu, at-Tahiriyah juga menyelenggarakan kegiatan dakwah dan sosial.
Nama lembaga pendidikan at-Tahiriyah diambil dari nama pendirinya, Haji Mohammad Tahir bin Haji Rahili. Kampus pusatnya terletak di Jalan Melayu Besar Nomor 68, Tebet, Jakarta Selatan. Cabangnya tersebar di beberapa tempat, yaitu di Cipinang Besar, Pejaten, Cakung, Ciracas, semuanya terletak di wilayah DKI Jakarta.
Pada 12 Rabiulawal 1370/21 Januari 1951 mulai dibuka madrasah diniyah di Kampung Melayu dengan nama Madrasah ad-Diniyah at-Tahiriyah. Tanggal tersebut menjadi hari kelahiran at-Tahiriyah. Pada tahun 1954 madrasah ini sudah mengeluarkan lulusannya, dan pada tahun 1957 murid kelas terakhir mengikuti ujian Sekolah Rakyat.
Pengembangan lembaga pendidikan terlihat secara pesat pada dekade ‘60-an. Pada tahun 1966 didirikan madrasah tsanawiyah; 1967 mulai dibuka pesantren pengkajian kitab kuning; 1968 didirikan Raudhatul Athfal (Taman Kanak-Kanak) dan dibuka majelis taklim untuk bapak-bapak (dua kali seminggu) dan ibu-ibu (seminggu sekali).
Pada tahun 1969 didirikan madrasah aliyah dan kursus bahasa Arab. Universitas Islam at-Tahiriyah (UIAT) mulai dibuka pada kuliah 1969. Mula-mula hanya dibuka dua fakultas, yakni Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah. Kemudian dibangun kampus baru di Jalan Melayu Kecil III/15 dengan sarana yang cukup memadai. Pada 1987 dibuka Fakultas Syariah, Ushuluddin, Hukum, Ekonomi, dan Teknik.
Untuk pengembangan dakwah, pada 1967 dibuka Radio at-Tahiriyah yang nonkomersial. Pada 1968 dibuka pula Balai Pengobatan at-Tahiriyah untuk melayani perawatan jemaah dan masyarakat sekitarnya.
Untuk melebarkan sayapnya, Lembaga Pendidikan Islam ad-Diniyah at-Tahiriyah membuka cabang di berbagai tempat di wilayah DKI Jakarta. Cabang itu dapat dibuka karena tersedia tanah wakaf dari para simpatisan.
Pada tahun 1972 dibuka cabang Cipinang Besar, yang menyelenggarakan madrasah ibtidaiyah. Pada tahun 1974 dibuka cabang di Pejaten, yang menyelenggarakan madrasah diniyah awaliyah, ibtidaiyah, dan tsanawiyah.
Pada tahun 1975 di Cakung dibuka madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah, Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), majelis taklim, dan kursus bahasa Arab. Pada tahun 1979 di Ciracas dibuka lagi madrasah diniyah awaliyah dan TK.
Untuk mengelola kegiatan yang semakin banyak, pada tahun 1968 dibentuk yayasan dengan nama Yayasan ad-Diniyah at-Tahiriyah, dengan Akta Notaris No. 45 tanggal 29 November 1968; pendiri utama ialah KH Mohammad Tahir bin Haji Rahili, Salbiyah Ramli, dan H Sitti Suryani Tahir.
Dalam akta pendirian yayasan itu disebutkan bahwa tujuan at-Tahiriyah adalah:
(1) membantu usaha pemerintah dalam membina dan mempertinggi kesejahteraan rakyat di bidang spiritual dengan membentuk manusia yang bertakwa kepada Allah SWT melalui ajaran agama Islam;
(2) mengembangkan dan meninggikan syiar Islam dalam masyarakat Indonesia sehingga pada setiap rumahtangga terasa kehidupan islami; serta
(3) membina, mengembangkan, dan meninggikan ilmu pendidikan dan pelajaran agama Islam untuk kepentingan semua lapisan masyarakat.
Lembaga Pendidikan at-Tahiriyah ini sudah dikenal di luar negeri, khususnya Timur Tengah. Sejak dekade ‘60-an telah datang sekitar dua puluh tokoh ulama pendidik dari Mekah, antara lain Mohammad Alwi Maliky (ulama besar Mekah),
Dr. Abdullah at-Turki (rektor Universitas Islam Ibnu Sa’ud Riyadh), Syekh Dr. Yusuf Qardawi (dekan Fakultas Syariah Universitas Qatar), Dr. Siddiq Abdul Azim Abu Hasar (dari Kuwait), dan Syekh Dr. Abdul Latif (rektor Universitas al-Azhar, Cairo).
Daftar Pustaka
Anwar, Rosehan, Drs., dan Drs. M. Idrus Marham Putra. Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan at-Tahiriyah 1951–1957. Jakarta: Panitia Ulang Tahun XXXVII Yayasan ad-Diniyah at-Tahiriyah, 1988.
Atjeng Achmad Kusaeri