Tajuddin as-Subki adalah seorang ulama terkemuka Mazhab Syafi‘i, ahli usul fikih, mufti, kadi, dan sejarawan.
Nama lengkapnya adalah Tajuddin Abdul Wahhab bin Ali bin Abdul Kafi as-Subki. Ia menulis puluhan karya ilmiah di dalam bidang usul fikih, sejarah, dan akidah.
Tajuddin as-Subki mengawali pendidikan dengan belajar berbagai disiplin ilmu fikih dan usul fikih dari ayahnya sendiri, Ali bin Abdul Kafi, di Madrasah asy-Syamiyyah al-Baraniyyah, sekolah agama yang dikelola langsung oleh ayahnya di Damascus.
Di samping itu, as-Subki belajar hadis dan ilmu hadis kepada Imam Abu al-Hajjaj ad-Dimasyqi al-Mazi, muhaddits (ulama ahli hadis) terkemuka di Damascus ketika itu; belajar sejarah kepada Abu Abdillah al-Fariqi ad-Dimasyqi yang lebih dikenal dengan sebutan Imam az-Zahabi (673 H/1274 M–748 H/1349 M); dan belajar bahasa Arab kepada Abdul Aziz Muhammad bin Jama‘ah bin Sakhr al-Kinani asy-Syafi‘i (667 H/1269 M–794 H/1392 M).
Berkat kesungguhannya dalam menuntut ilmu dan kecerdasan pikirannya, pada usia yang relatif muda (18 tahun) as-Subki telah berani mengeluarkan fatwa dalam berbagai masalah fikih, sekaligus dipercayai mengajar di Madrasah asy-Syamiyyah al-Baraniyyah.
Menurut Syekh Muhammad Mustafa al-Maraghi (1881–1945), ahli usul fikih dari Mesir, as-Subki mengajar di beberapa tempat, antara lain di Mesir dan Suriah (Damascus). Di Mesir ia mengajar di Masjid Ibnu Tulun, Madrasah asy-Syaikhuniyyah, dan Madrasah al-Aziziyyah.
Di Damascus, di samping mengajar di Madrasah asy-Syamiyyah al-Baraniyyah, as-Subki juga mengajar di Madrasah al-Adiliyyah al-Kubra, Madrasah al-Ghazaliyyah, Madrasah an-Nasiriyyah, dan Madrasah al-Uzrawiyyah.
Pada 756 H/1358 M (pada usia 29 tahun) ia diangkat menjadi kadi (hakim) di Damascus. Ketika memangku jabatan ini, ia mendapat cobaan berat dari pemerintahan Usmani Turki (Kerajaan Ottoman) yang berkuasa ketika itu. Ia dipenjarakan karena menentang kebijakan penguasa dalam masalah peradilan.
Menurut Imam as-Subki, seorang kadi di peradilan mempunyai hak dan ijtihad tersendiri dalam memutuskan suatu perkara tanpa campur tangan para penguasa. Menurut Ibnu Qadi Syuhbah, ahli fikih dan sejarawan Mesir, Usmani Turki telah membuat kodifikasi hukum perdata yang dikenal dengan nama Majallah al-Ahkam al-‘Adliyyah, yang disusun menurut Mazhab Hanafi. Padahal Imam as-Subki sendiri adalah pemuka Mazhab Syafi‘i.
Para kadi dari kelompok ulama Hanafi di zamannya melihat as-Subki menyelesaikan perkara tanpa mengikuti Majallah al-Ahkam al-‘Adliyyah dan mengadukannya kepada penguasa Usmani Turki. Akan tetapi as-Subki tetap teguh pada pendiriannya dan bersedia diberhentikan dari jabatannya.
Sikap inilah yang menjebloskannya ke penjara. Namun, setelah as-Subki keluar dari penjara, ulama Hanafi tersebut minta maaf atas tindakan mereka sebelumnya. Di Damascus ia mempergunakan sisa hidupnya sebagai seorang pengajar dan penulis beberapa buku.
Di samping mengajarkan ilmunya kepada para muridnya dan bertugas sebagai kadi di Damascus, ia juga berhasil menyusun karya ilmiah dalam bidang usul fikih, sejarah, dan akidah.
Adil Ahmad Abdul Mawjud dan Ali Muhammad Iwad, keduanya ahli usul fikih di Mesir, menyatakan bahwa karya ilmiah as-Subki yang dapat dilacak berjumlah 23 buah, sebagian telah dicetak dan sebagian lainnya masih berbentuk manuskrip. Karya tersebut antara lain sebagai berikut:
(1) Syarh Mukhtasar Ibn al-Hajib, yang diberinya nama Raf‘ al-Hajib ‘an Mukhtasar Ibn al-Hajib (2 jilid), memuat pembahasan usul fikih dan merupakan penjelasan dari buku usul fikih Ibnu Hajib (570 H/1147 M–646 H/1284 M);
(2) Syarh Minhaj al-Ushul, yang diberinya nama Syarh al-Minhaj li al-Baidhawi fi al-Ushul, juga berbicara tentang usul fikih dan merupakan komentar terhadap kitab usul fikih Minhaj al-Wusul ila ‘Ilm al-Ushul yang disusun Imam al-Baidawi (w. 685 H/1282 M);
(3) al-Asybah wa an-Naza’ir (2 jilid), yang membahas kaidah fikih dalam Mazhab Syafi‘i, dikomentari Adil Ahmad Abdul Mawjud dan Ali Muhammad Iwad, dan diterbitkan pertama kali oleh Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, 1411 H/1991 M;
(4) Tabaqat al-Fuqaha’, yang memuat uraian tentang sejarah ulama fikih, terdiri atas tiga tingkatan: Tabaqat al-Fuqaha’ al-Kubra, Tabaqat al-Fuqaha’ al-Wustha, dan Tabaqat al-Fuqaha’ as-Sugra;
(5) at-Tashih fi al-Ushul, yang membahas permasalahan usul fikih;
(6) Jam‘ al-Jawami‘, yang membahas usul fikih, merupakan kitab usul fikih standar dalam Mazhab Syafi‘i, kemudian disyarah sendiri oleh as-Subki dengan judul Man‘ al-Mawani‘, dan dikomentari lagi oleh Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli (ahli usul fikih Mazhab Syafi‘i, 791 H/1389 M–864 H/1459 M) dengan judul Hasyiyah al-Bannani (2 jilid);
(7) Tabyin al-Ahkam fi Tahlil al-Ha’id, kitab fikih yang menguraikan berbagai persoalan menyangkut wanita haid;
(8) Audah al-Masalik fi al-Manasik, kitab fikih yang membahas persoalan manasik (tata cara) ibadah haji;
(9) as-Saif al-Masyhur fi Syarh ‘Aqidah Abi Mansur al-Maturidi, buku akidah yang menguraikan prinsip teologi Imam Abu Mansur Muhammad al-Maturidi (w. 333 H/944 M);
(10) Mu‘id an-Ni‘am wa Mubid an-Niqam, yang membahas persoalan akidah;
(11) Manaqib asy-Syaikh Abi Bakr Ibn Qawwam, yang menguraikan biografi Syekh Abi Bakr bin Qawwam, seorang ulama Mazhab Syafi‘i terkemuka di zamannya;
(12) Ahadits Raf‘ al-Yadain, yang menguraikan hadis yang berkaitan dengan mengangkat tangan waktu iktidal (berdiri tegak setelah rukuk) dalam salat;
(13) Fatawa, yang memuat fatwa Imam as-Subki dalam berbagai masalah fikih;
(14) al-Minhaj fi al-Ushul, kitab yang membahas permasalahan usul fikih; dan
(15) Raf’ al-Hubah fi Wad‘ at-Taubah, yang menguraikan beberapa persoalan yang berhubungan dengan konsep tobat.
Adil Ahmad Abdul Mawjud dan Ali Muhammad Iwad melihat bahwa Imam as-Subki lebih menonjol di bidang usul fikih dibandingkan dengan bidang ilmu lainnya.
Menurut mereka, seluruh kitab usul fikih Imam as-Subki menjadi buku standar dalam istinbath (menggali) hukum Mazbah Syafi‘i, dan kitabnya al-Asybah wa an-Naza’ir di bidang kaidah fikih merupakan rujukan utama di samping kitab kaidah fikih Mazhab Syafi‘i yang disusun Imam Jalaluddin as-Suyuti (849 H/1445 M–911 H/1505 M, salah seorang tokoh Mazhab Syafi‘i).
Daftar Pustaka
al-Maraghi, Abdullah Mustafa. al-Fath al-Mubin fi Tabaqat al-Usuliyyin. Cairo: Muhammad Amin Damj wa Syuraka’uh, 1394 H/1974 M.
as-Subki, Tajuddin Abdul Wahhab bin Ali. al-Asybah wa an-Naza’ir. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1411 H/1991 M.
–––––––. Hasyiyah al-Bannani. Beirut: Dar al-Fikr, 1982.
Nasrun Haroen