Arasy

(Ar.: al-‘arasy)

Takhta atau singgasana Tuhan disebut ‘arasy. Kata dasar (masdar)-nya dalam bahasa Arab adalah ‘arasya-ya‘risyu-‘arsy, yang berarti “bangunan, singgasana, istana, atau takhta”. Dalam Al-Qur’an terdapat banyak kata ‘arasy, misalnya, surah al-A‘raf (7) ayat 137, at-Taubah (9) ayat 129, Yunus (10) ayat 3, al-Mu’minun (23) ayat 86 dan 87, dan an-Naml (27) ayat 26.

Mengenai pengertian arasy, dalam tafsir ad-Durr al-Manshur fi Tafsir bi al-Ma’shur (yang penjelasannya didasarkan atas hadis dan riwayat para sahabat) karya Jalaluddin as-Suyuti disebutkan bahwa ada hadis yang diriwayatkan Ibnu Abi Khatim dari Wahhab bin Munabbih, yang menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan arasy dan kursi (kedudukan) dari cahaya-Nya. Arasy itu melekat pada kursi. Para malaikat berada di tengah kursi.

Di sekeliling arasy itu terdapat empat sungai, yaitu sungai yang berisikan cahaya berkilauan, sungai yang berisikan api menyala kemerah­merahan, sungai yang berisikan salju putih berkilauan, dan sungai yang berisi air. Para malaikat berdiri di tiap sungai itu sambil membaca tasbih (subhana Allah = Maha Suci Allah) kepada Allah SWT. Di arasy terdapat lisan atau bahasa sebanyak lisan makhluk seluruhnya. Setiap lisan bertasbih kepada Allah SWT dengan bahasanya.

Abu asy-Syaikh meriwayatkan hadis dari asy-Sya‘bi, Rasulullah SAW bersabda, “Arasy itu terbuat dari batu permata (yakut) merah. Satu malaikat di antara malaikat memandang arasy dan keagungannya. Kemudian Allah memberi wahyu kepada malaikat itu: ‘Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau memiliki kekuatan setara dengan tujuh ribu malaikat.

Setiap malaikat itu memiliki tujuh puluh ribu sayap, maka terbanglah engkau.’ Lalu terbanglah malaikat itu dengan kekuatan dan sayap yang diberikan Allah itu ke arah mana saja yang dikehendaki Allah. Kemudian malaikat itu berhenti dan memandang ke arah arasy; ia merasakan seakan tidak beranjak dari tempat terbangnya semula. Ini menunjukkan betapa besar dan luasnya arasy Allah itu.”

Diriwayatkan pula oleh Abu asy-Syaikh dari Hammad, Rasulullah SAW bersabda, “Allah menciptakan arasy dari permata zamrud hijau dan diciptakan baginya tiang penopang dari batu permata (yakut) merah. Di arsy terdapat seribu bahasa (lisan). Di bumi diciptakan seribu umat. Setiap umat bertasbih kepada Allah dengan bahasa arasy.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Khatim dari Ibnu Abbas, berkata Ibnu Abbas,

“Tidak akan ada yang mampu mengetahui berapa ukuran arasy kecuali yang menciptakannya. Langit dibandingkan dengan arasy ibarat kubah di atas padang Sahara nan luas.”

Dalam tafsir al-Manar, ketika menafsirkan surah at-Taubah (9) ayat 129 disebutkan bahwa arasy itu adalah pusat pengendalian segala persoalan makhluk Allah SWT seluruhnya. Hal ini sesuai dengan bunyi surah Yunus (10) ayat 3 yang berarti: “…kemudian Dia bersemayam di atas arasy (singgasana) untuk mengatur segala urusan.”

Arasy merupakan salah satu persoalan yang diperbincangkan para mutakalim (ahli ilmu kalam), yakni apakah arasy itu bersifat fisik/materiil atau nonfisik/immateriil. Golongan Mujassimah (golongan yang menganut paham antropomorfisme) meyakini bahwa arasy Tuhan bersifat fisik/ materiil. Bagi golongan Muktazilah, kata arasy di dalam Al-Qur’an itu harus ditafsirkan kembali dan harus dipahami sebagai makna metaforis (majasi).

Arasy bukanlah fisik/materiil karena ia tempat bersemayamnya Tuhan yang immateriil; arasy harus diartikan sebagai kemahakuasaan Tuhan. Adapun golongan Asy‘ariyah berpendapat, karena Al-Qur’an menyebutkan adanya arasy dalam arti takhta atau singgasana, maka harus diyakini keberadaannya. Akan tetapi bagaimana wujud takhta atau singgasana Tuhan itu, akal manusia yang mempunyai keterbatasan tidak akan mampu mendefinisikan bagaimana bentuknya. Golongan ini membatasi diri dengan bila kaif (tanpa definisi).

Daftar Pustaka

al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maragi. Cairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1974.
Nasution, Harun. Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa-Analisa Perbandingan. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986.
al-Qurtubi, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Ansari. Tafsir al-Qurtubi al-Jami‘ li Ahkam Al-Qur’an. Cairo: Dar asy-Sya’b, t.t.
Qutb, Sayid. Tafsir fi zilal Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Ihya’ at-Turas al-‘Arabi, t.t.
Rida, Mohammad Rasyid. Tafsir Al-Qur’an al-Hakim al-Manar. Cairo: Dar al-Manar, 1953.
as-Suyuti, Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar. ad-Durr al-Mantsur fi at-Tafsir bi al-Ma’tsur. Beirut: Dar al-Fikr, 1983.
at-Tabari, Abi Ja‘far Muhammad bin Jarir. Jami‘ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayi Al-Qur’an. Cairo: Isa al-Babi al-Halabi, 1954.

Atjeng Achmad Kusaeri