Daud bin Abdullah al-Fatani adalah seorang ahli fikih, tasawuf, dan ilmu kalam. Ia dikenal pula sebagai syekh mursyid (pembimbing rohani) Tarekat Syattariyah. Nama Syekh Nama Daud al-Fatani senantiasa disebut pada awal zikir tarekat tersebut untuk menerima “pahala” surah al-Fatihah dari pembacanya.
Daud al-Fatani adalah putra Syekh Abdullah bin Syekh Idris al-Fatani, seorang ulama yang banyak berkecimpung dalam pendidikan agama di Pattani, Thailand selatan. Ibunya adalah Wan Fatimah binti Tok Banda Wan Su bin Tok Kaya Rakna Diraja, keturunan raja Champa yang mempunyai pertalian darah dengan bangsawan Kerajaan Bone karena ayahnya, Andi Ali Datok Maharajalela, berasal dari Bone, Sulawesi Selatan. Tetapi ada pula yang mengatakan Andi Ali ini berasal dari India karena ia biasa menyebut di belakang namanya “al-Malabari”.
Pada mulanya Daud al-Fatani belajar di pondok pesantren yang didirikan orangtuanya. Kemudian untuk menambah pengetahuannya, ia belajar pada beberapa pondok pesantren lain di Pattani. Setelah tamat, ia menjadi pengajar di pondok pesantren ayahnya. Akan tetapi dalam menjalani tugas itu, ia merasa ilmu pengetahuan yang dimilikinya masih kurang. Oleh sebab itu, sekitar 1150 H/1737 M ia pergi ke Mekah untuk ibadah haji dan belajar.
Di Mekah, ia belajar selama 30 tahun bersama beberapa pelajar dari Asia Tenggara, antara lain Syekh Muhammad Ar-syad al-Banjari (1122 H/1710 M–1227 H/1812 M), kemudian menjadi ulama terkenal di Kalimantan Selatan dan Abdus
Samad al-Palimbani (1116 H/1704 M–1203 H/1788 M), ulama terkenal asal Palembang. Gurunya antara lain Syekh Muhammad Saleh bin Abdul Rahman al-Fatani, ulama yang juga berasal dari Pattani dan mengajar di Masjidilharam; Syekh Ataillah bin Ahmad al-Azhari (w. 1161 H/1748 M), ahli fikih Mazhab Syafi‘i; Syekh Abdullah asy-Syarqawi (w. 1227 H/1812 M), mantan Syekh al-Azhar, Cairo, Mesir; Syekh Muhammad Saleh bin Ibrahim, mufti Mazhab Syafi‘i di Mekah; dan Syekh Muhammad As’ad (versi lain: Muhammad Sa‘ad), tokoh Tarekat Syattariyah.
Ia juga ke Madinah untuk belajar antara lain kepada Syekh al-Islam Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi (w. 1194 H/1780 M), ahli fikih Mazhab Syafi‘i, dan Syekh Abdul Karim as-Samani al-Madani, putra dari pendiri Tarekat Samaniyah.
Setelah bertambah ilmu pengetahuannya, ia kemudian mengajar. Di antara muridnya yang masyhur ialah Syekh Zainuddin al-Asyi, ulama asal Aceh; Syekh Muhammad Zainuddin bin Muhammad al-Badawi as-Sumbawi, ulama asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, penulis kitab Siraj al-Huda (Pelita Petunjuk).
Murid lainnya Syekh Ahmad Khatib Sambasi, ulama asal Kalimantan Barat, seorang mursyid (pembimbing rohani) dalam Tarekat Kadiriyah Naqsyabandiyah yang kemudian tarekatnya itu dikembangkan lagi oleh muridnya, Syekh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad (ayah dari Sahibul Wafa‘ Tajul Arifin atau Abah Anom).
Syekh Daud al-Fatani adalah salah seorang dari dua tokoh Tarekat Syattariyah yang dikenal secara internasional; tokoh lain adalah Syekh Abdur Rauf Singkel.
Menurut Abdul Hamid bin Abdul Qadir Sena dalam bukunya Risalah Bahasan Niat Sembahyang, Daud al-Fatani telah menulis 101 karya. Akan tetapi yang ditemukan baru 61 karya yang mencakup ilmu kalam, fikih, dan tasawuf.
Karyanya dalam bidang ilmu kalam antara lain ad-Durr as-Samin (Mutiara yang Berharga), yang diselesaikannya pada 17 Syawal 1232. Isinya tentang asas-asas akidah menurut Ahlusunah Waljamaah.
T.M. Uthman el-Muhammady mengulas tentang kitab ini,“Di antara ulama yang berjasa dalam bidang ini (ilmu kalam Asy‘ari) ialah Syekh Daud al-Fatani… dengan usahanya mengarang beberapa kitab dalam ilmu ini, seperti ad-Durr as-Samin yang terkenal itu dan yang dijadikan buku teks sampai sekarang.”
Bukunya yang lain dalam bidang ilmu kalam adalah Diya’ al-Murid fi Ma‘rifah Kalimah at-Tauhid (Sinar Pelajar tentang Pengenalan Kalimat Tauhid), suatu analisis tentang kalimat tauhid; Sifat Dua Puluh, berisi analisis tentang sifat Tuhan menurut aliran Asy‘ari; Ward az-zawahir (Bunga Mawar); Kifayah al-Mubtadi fi Ushul I‘tiqad al-Mursyidin (Kecukupan untuk Pemula tentang Dasar-Dasar Akidah Orang yang Mendapat Bimbingan), yang di dalamnya dibahas pula tentang fikih; dan ‘Iqdah al-Jawahir (Kalung Mutiara).
Dalam bidang fikih, bukunya antara lain Furu‘ al-Masa’il (Cabang-Cabang Permasalahan), yang ditulisnya pada 1254 H/1838 M–1257 H/1841 M, menguraikan beberapa permasalahan fikih.
Karyanya yang lain ialah Bugyah at-Tullab (Tuntutan Para Pelajar). Kitab ini merupakan kitab fikih yang cukup lengkap dalam masalah ibadah dalam bahasa Melayu, sama dengan kitab Sabil al-Muhtadin karya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Karya fikihnya yang lain di antaranya Hidayah al-Muta‘allim (Petunjuk Para Pelajar); al-Jawahir as-Saniyyah (Mutiara-Mutiara yang Berkilauan), di dalamnya juga membahas ilmu kalam; dan Kifayah al-Mubtadi’ (Kecukupan untuk Pemula).
Karyanya dalam bidang tasawuf di antaranya Manhal as-Safi (Tempat Minum yang Bersih), yang membahas tentang “martabat tujuh”, yakni tajali Tuhan dalam penciptaan alam. Dalam hal ini, ia menerima pemikiran tasawuf filosofis Ibnu Arabi mengenai paham wahdatul wujud, tetapi dengan menempatkannya sebagai ajaran untuk kaum khawas, sementara pemikiran tasawuf al-Ghazali ditempatkannya untuk pengetahuan dan diamalkan para mubtadi (pemula).
Di samping itu, ia menulis kitab Jam‘ al-Fawa’id (Kumpulan Faedah-Faedah). Kitab ini sebenarnya adalah kitab fikih, tetapi di dalamnya terdapat cerita-cerita sufi guna menerangkan faedah beramal. Kitab tasawufnya yang lain al-Qurbah ila Allah (Penghampiran Diri kepada Allah SWT), Tuhfah ar-Ragibin fi Suluk faruq al-Muttaqin (Cendera Mata Orang yang Gemar dalam Menempuh Jalan Orang yang Takwa), Risalah Syattariyyah, Naqsyabandiyyah wa Hama’iliyyah, dan lainnya.
Daud al-Fatani juga menerjemahkan beberapa karya berbahasa Arab, antara lain Minhaj al-‘abidin (Jalan Hidup Orang yang Beribaat), Bidayah al-Hidayah (Permulaan Petunjuk) –keduanya merupakan karya al-Ghazali– dan Kanz al-Minan (Simpanan Karunia) karya Abu Madyan.
Daud al-Fatani meninggal di Ta’if, Arab Saudi, dan dimakamkan di kota tersebut. Namun ketika terjadi penggusuran makam keramat oleh kaum Wahabi, makamnya yang dipandang keramat dipindahkan keluarganya ke tanah milik mereka di Mekah.
Daftar Pustaka
Abbas, Sirajuddin. Ulama Syafi‘i dan Kitab-Kitabnya dari Abad ke Abad. Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1975.
Abdullah, Muhammad Sagir. Munyat al-Musalli Syekh Daud al-Fatani, Pengetahuan Sembahyang Masyhur. Kuala Lumpur: Khazanah Fathaniyah, 1991.
–––––––. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara. Surabaya: al-Ikhlas, 1980.
–––––––. Syekh Daud bin Abdullah al-Fatani, Penulis Islam Produktif Asia Teng-gara. Solo: Ramadhani, 1987.
el-Muhammady, Muhammad Uthman. Peradaban dalam Islam. Kuala Lumpur: Pustaka Aman Press, t.t.
Yunasril Ali