Adam, Nabi

Manusia pertama yang diutus Allah SWT sebagai nabi, rasul, dan khalifah, adalah Adam. Ia ditugaskan untuk mengatur segenap makhluk di muka bumi. Derajat Adam lebih tinggi dari malaikat dan jin. Ia disebut sebanyak 25 kali dalam Al-Qur’an.

Adam diciptakan dari tanah, kemudian Allah SWT meniupkan roh kepadanya. Setelah Adam tercipta dengan sempurna, Allah SWT memerintahkan para malaikat dan iblis untuk bersujud di hadapannya sebagai penghormatan. Iblis menolak perintah itu karena ia, yang diciptakan dari api, merasa derajatnya lebih tinggi dibandingkan dengan Adam yang terbuat dari tanah.

Sebagai ganjaran atas penolakan itu, Allah SWT mengusir iblis dari surga dan melaknatnya hingga hari kiamat. Iblis bersumpah untuk senantiasa menyesatkan Adam serta keturunannya sebagai pembalasan bagi Adam yang telah menyebabkannya diusir Allah SWT dari surga.

Semula Adam tinggal seorang diri di surga. Kemudian Allah SWT menjadikan Hawa sebagai istri Adam. Iblis tak henti-hentinya menggoda Adam dan Hawa untuk memakan buah khuldi, satu-satunya buah yang dilarang Allah SWT di surga. Suatu saat Adam dan Hawa lengah, buah khuldi yang terlarang itu mereka makan.

Setelah Adam dan Hawa makan buah itu, Allah SWT berfirman, “Turunlah kamu sekalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan kamu mempunyai tempat mencari kehidupan di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan. Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati…” (QS.7:24–25).

Walaupun Adam dan Hawa menyatakan­ bertobat dan kemudian Allah SWT menerima tobatnya, keduanya harus keluar dari surga ke bumi. Kisah pencip­taan Adam dan pembangkangan iblis dinyatakan dalam surah al-Baqarah (2) ayat 30–38 dan surah al-A‘raf (7) ayat 11–25.

Di bumi, Adam dan Hawa bekerja keras dan memiliki keturunan. Turunan pertama pasangan tersebut adalah anak kembar, yakni Qabil (laki-laki) dan Iqlima (perem­puan). Sesudah itu lahir pula anak kembar kedua, Habil (laki-laki) dan Labuda (perempuan). Setelah keempat anaknya dewasa, Nabi Adam AS memperoleh petunjuk agar menikahkan Qabil dengan Labuda dan Habil dengan Iqlima.

Namun Qabil menolak hal tersebut karena Iqlima lebih cantik dibandingkan Labuda. Akhirnya Nabi Adam AS memutuskan agar Habil dan Qabil berkurban. Barangsiapa yang diterima kurbannya, dialah yang berhak menentukan pilihan jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayanginya, sedangkan Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya. Allah SWT menerima kurban Habil.

Qabil sangat tidak puas dengan kejadian tersebut dan atas hasutan iblis, ia membunuh Habil. Peristiwa itu merupakan pembunuhan pertama dalam sejarah manusia. Setelah saudaranya tewas, Qabil merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan dengan jenazah saudaranya itu.

Allah SWT tidak ingin mayat hamba-Nya yang saleh disia-siakan, lalu memberikan contoh kepada Qabil tentang cara yang harus dilakukannya terhadap mayat saudaranya. Qabil akhirnya mengubur jenazah Habil dengan meniru perilaku burung gagak yang menggali tanah untuk menguburkan mayat lawannya yang kalah dalam pertarungan. Kisah ini diceritakan dalam­ surah al-Ma’idah (5) ayat 27–32.

Riwayat Nabi Adam AS dalam Al-Qur’an diceritakan dalam delapan surah: surah al-Baqarah (2) ayat 29–39, surah al-Ma’idah (5) ayat 31–35, surah al-A’raf (7) ayat 11–12, surah al-Hijr (15) ayat 28–43, surah al-Isra’ (17) ayat 61–65, surah Taha (20) ayat 116–117, surah Tsad (38) ayat 71–75, dan surah Fussilat (41) ayat 9–12.

Daftar Pustaka

Arifin, Bey. Rangkaian Cerita dalam Al-Qur’an. Bandung: al-Ma‘arif, 1986.
an‑Naisaburi, Abu Ishak Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim. Qasas al‑Anbiya’. Singapura: Sulainian Nar’i, t.t.
as-Sa’labi, al-Imam bin Ishaq Ahmad bin Ibrahim. Qisas al-Anbiya’ al-Musamma bi al-‘Ara’is. Beirut: asy-Sya‘biyah, t.t.
Nasaruddin Umar