Sa’adoeddin Jambek adalah seorang guru serta ahli ilmu hisab dan rukyat. Ia adalah putra Syekh Muhammad Jamil Jambek (1860–1947), pelopor pembaruan Islam di Minang-kabau, ulama besar, dan ahli ilmu falak.
Pendidikan formal pertama diperolehnya melalui HIS (Hollands Inlandsche School) hingga tamat 1924. Kemudian ia melanjutkan ke sekolah guru Kweekschool.
Setelah tamat dari Kweekschool (1927), ia melanjutkan pendidikannya ke Hogere Kweekschool (HKS), Bandung, Jawa Barat, dan memperoleh ijazah 1930. Kemudian, selama 4 tahun (1930–1934) ia mengabdikan diri sebagai guru Gouvernements Schakel-school di Perbaungan, Palembang.
Setelah menjalani tugas sebagai guru di Palembang, ia berusaha melanjutkan pendidikannya. Ia mengajukan permohonan untuk dipindahtugaskan ke Jakarta agar dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Di Jakarta ia bekerja sebagai guru Gouvernements HIS no. I selama setahun.
Kemudian pada 1935 ia melanjutkan pendidikan ke Indische Hoofdacte (Diploma Pendidikan) di Bandung sam pai memperoleh ijazah 1937. Pada tahun yang sama, ia juga memperoleh ijazah bahasa Jerman dan Perancis.
Setelah mengikuti pendidikan di Bandung, ia kembali menjalankan tugas sebagai guru Gouvernements HIS di Simpang Tiga (Sumatera Timur). Sebagai seorang guru, ia tidak pernah berhenti mengembangkan kariernya di bidang pendidikan. Kariernya terus meningkat, dari guru sekolah dasar sampai menjadi dosen dan terakhir menjadi pegawai tinggi Departeman Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta.
Ia mulai tertarik mempelajari ilmu hisab pada 1929. Ia belajar tentang ilmu hisab dari Syekh Taher Jalaluddin, ahli ilmu falak dari Malaysia yang mengajar di al-Jami‘ah Islamiyah Padang 1939. Pertemuannya dengan Syekh Taher Jalaluddin membekas dalam pribadinya dan merupakan awal pembentukan keahliannya dalam bidang hitung-menghitung penanggalan.
Untuk memperdalam pengetahuannya, ia kemudian mengikuti kursus Legere Akte Ilmu Pasti di Yogyakarta 1941–1942 serta mengikuti kuliah ilmu pasti alam dan astronomi pada FIPIA (Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam) di Bandung 1954–1955.
Keahliannya dalam ilmu pasti dan ilmu falak dikembangkan melalui tugas yang dilaksanakannya di beberapa tempat. Ia pernah menjadi lektor kepala dalam mata kuliah ilmu pasti pada PTPG (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru) di Batusangkar, Sumatera Barat (1955–1956).
Kemudian ia memberi kuliah ilmu falak sebagai dosen tidak tetap di Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1959–1961), Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Jakarta, dan pada Fakultas Ushuluddin Universitas Ibnu Chaldun di Jakarta (1961). Ia juga menjadi dosen ilmu pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan dosen ilmu falak di Fakultas Syariah IAIN Jakarta (1959–1977).
Sebagai ahli ilmu falak, ia banyak menulis tentang ilmu hisab. Karyanya yang pertama kali ditulis adalah Waktu dan Djadwal, berisi penjelasan populer mengenai perjalanan bumi, bulan, dan matahari (Tintamas, Jakarta, 1953). Pada tahun yang sama ia juga menerbitkan buku al-Manak Djamiliyah.
Kemudian pada 1956 ia menulis buku Arah Qiblat. Buku ini berisi tentang cara menentukan arah kiblat dengan menghitung peredaran matahari serta derajat garis lintang dan garis bujur letak suatu kota tertentu.
Ia juga menulis buku pelajaran untuk sekolah dasar berjudul Marilah Berhitung. Buku ini ditulis berseri 10 jilid bersama H M. Arifin Temyang (Bandoroto, 1957). Karya berikutnya adalah Menghisab Awal Waktu Shalat yang diterbitkan oleh Biro Kemahasiswaan IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1967.
Pada tahun yang sama, ia juga menulis buku Natijah Umum. Tahun berikutnya ia menulis buku Perbandingan Tarich, Membuat Djadwal-Djadwal untuk Memindahkan Penanggalan Tarich Masehi kepada Penanggalan Tarich Hijriyah dan Tarich Jawa, serta Sebaliknya (Tintamas, Jakarta). Tahun 1974 ia menerbitkan dua buku berjudul Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa dan Shalat dan Puasa di Daerah Kutub.
Buku Hisab Awal Bulan (Tintamas, Jakarta, 1976) meru pakan karya terakhirnya. Dalam buku yang berisi tentang ilmu hisab ini, dikemukakan teori menghitung gerak bumi, bulan, dan matahari. Dikemukakan bahwa satu bulan sekali matahari dan bulan berkedudukan pada lingkaran bujur langit yang sama. Keadaan ini dinamakan ijtimak (ijtima’).
Inilah yang menjadi patokan dalam menentukan awal bulan Kamariah. Pada situasi ijtimak biasanya terdapat jarak di antara bulan dan matahari yang besarnya dapat mencapai 5°. Adakalanya bulan berkedudukan di sebelah selatan matahari dan ada-kalanya di sebelah utara matahari.
Hanya sekali-sekali bulan dan matahari berkedudukan tepat pada tempat yang sama, keduanya berimpit, yaitu apabila terjadi gerhana matahari. Bulan baru (syahr) berdasarkan penanggalan Kamariah mulai dihitung apabila bulan (qamar) sudah berkedudukan di sebelah timur matahari.
Dalam buku ini juga dikemukakan cara menghitung awal bulan dengan menggunakan hisab, yaitu: 1) menghisab dengan teliti saat matahari terbenam, 2) menentukan data-data bulan yang diperlukan, 3) menghisab tinggi bulan, dan 4) melakukan koreksi terhadap tinggi bulan. Beberapa cara menghitung garis batas terbenamnya bulan dan cara menentukan jadwal waktu salat berdasarkan atas perhitungan peredaran matahari, bulan, dan bumi, juga dibahas dalam buku tersebut.
Sa’adoeddin Jambek juga menulis buku keagamaan yang bersifat pendidikan. Pada 1955 ia menulis Pendidikan Keagamaan dan 1965 ia menulis buku Mensyukuri Nikmat.
Pada 1972 Jambek diangkat menjadi ketua Lembaga Rukyat dan Hisab. Selanjutnya pada 8 November 1980 lembaga ini membangun laboratorium Ilmu Hisab di Ciputat. Untuk mengenang jasa Sa’adoeddin Jambek dalam bidang ilmu falak, laboratorium tersebut diberi nama Laboratorium Sa’adoeddin Jambek.
DAFTAR PUSTAKA
Daya, Burhanuddin. Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam: Kasus Sumatra Thawalib. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990.
HAMKA. Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera. Jakarta: Umminda, 1982.
Islamic Center Sumatera Barat. Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatra Barat. Padang: t.p., 1981.
Jambek, Sa’adoeddin. Arah Qiblat. Jakarta: Tintamas, 1960.
–––––––. Hisab Awal Bulan. Jakarta: Tintamas, 1976.
Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900–1942. Jakarta: LP3ES, 1980.
Schrieke, B. Pergolakan Agama di Sumatera Barat, terj. Soegarda Poerbakawatja. Jakarta: Bhratara, 1973.
Husmiaty Hasyim