Gunung atau bukit dengan ketinggian sekitar 370 m di sebelah timur Mekah dekat Masjidilharam disebut Jabal Abu Qubais atau Jabal Qubais. Bukit ini berhadapan dengan Jabal Quayqian (sekitar 420 m) di barat. Berbagai peristiwa di seputar cerita Mekah dan Nabi Muhammad SAW dikaitkan dengan bukit ini.
Jabal Abu Qubais disebut dalam as-Sirah an-Nabawiyyah (buku pertama tentang sejarah Nabi Muhammad SAW) sebagai tempat ziarah pada masa Jahiliah. Di masa Islam, Jabal Qubais ini hanya disebut dalam hubungannya dengan penduduk Mekah, termasuk Abu Quhafah (ayah Abu Bakar as-Siddiq), yang naik ke bukit ini dan tempat ketinggian lainnya untuk menonton dan menyaksikan pasuÂkan Islam yang memasuki Mekah pada hari penaklukan Mekah (Fath al-Makkah).
Dalam al-Munjid (Penolong) karangan Louis Ma’luf disebutkan bahwa Jabal Abu Qubais pernah dijadikan tempat pelontaran manjaniq (alat pelontar batu dalam peperangan) oleh Hasin bin Numayr untuk ditembakkan ke pasukan Abdullah bin Zubair yang bertahan di Ka’bah. Tembakan dengan manjaniq ini menyebabkan tirai atau kiswah Ka’bah terbakar.
Cerita yang disebutkan dalam as-Sirah an-Nabawiyyah dan hayah Muhammad (KehiÂdupan Muhammad SAW) oleh Dr. Haekal mengenai Jabal Abu Qubais pada umumnya di hubungkan dengan riwayat Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi rasul. Disebutkan pula, bahwa nama bukit itu diambil dari nama seorang penduduk dari Bani Jurhum, yaitu Qubais bin Syalikh, yang tewas di atas gunung itu.
Dalam hubungannya dengan Nabi Muhammad SAW, disebutkan bahwa ia pernah dibawa kakeknya, Abdul Muthalib, ke puncak Jabal Qubais untuk berdoa meminta hujan. Muhammad pada waktu itu masih kecil dan Mekah dilanda kemarau panjang.
Seorang wanita, Raqiqah binti Abi Saifi bin Hasyim, dalam tidurnya bermimpi mendengar suara yang mengatakan bahwa dari kaum Quraisy akan muncul seorang nabi. Suara dalam mimpi itu juga memberinya petunjuk bagaimana cara meminta hujan agar dikabulkan Tuhan, yaitu penduduk harus meminta pimpinan mereka, yakni Abdul Muthalib, agar membawa cucunya dan beberapa orang penduduk untuk berdoa bersaÂma-sama.
Terlebih dahulu mereka harus bersuci, mencium Hajar Aswad (batu hitam pada Ka’bah) dan bertawaf (mengelilingi Ka’bah) sebanyak tujuh kali. Mimpi ini diceritakan Raqiqah kepada penduduk Mekah dan mereka melaksanakan peÂtunjuk mimpi itu.
DeÂngan dipimpin Abdul Muthalib mereka membersihkan diri, mencium Hajar Aswad, dan bertawaf, keÂmudian semuanya mendaki Jabal Abu Qubais. Abdul Muthalib sambil meng gendong cucunya, Muhammad, berdoa meminta hujan dengan diaminkan oleh segenap yang hadir di puncak bukit itu. Tak lama setelah itu hujan pun turun dengan lebatnya.
Peristiwa lain yang dihubungkan dengan Jabal Abu Qubais adalah peristiwa hilf al-Fudhul. SeÂorang pria dari Bani Zubaid dizalimi Asif bin Wail, bangsawan Mekah, yang tidak mau membayar harga barang dagangan yang dibawa pria itu.
Orang ini mendatangi beberapa pemuka Quraisy untuk meminta pertolongan, tetapi tidak ada seorang pun yang bersedia menolongnya. Karena keÂcewa, keesokan paginya ia naik ke puncak Jabal Abu Qubais dan meneriakkan keluhannya bahwa ia dizalimi dan berharap ada orang yang dapat menolongnya menghadapi orang yang menzaliÂminya.
Seruan orang itu disambut Zubair bin Abdul Muthalib, paman Nabi SAW. Ia lalu memanggil tokoh Bani Hasyim dan mengÂadakan rapat di rumah Ibnu Jud’an yang membuahkan perjanjian hilf al-Fudul yang bertujuan untuk mengambil tindakan terhadap Asif bin Wail, sampai ia membayar harga barang yang dibelinya dari orang yang mengadu itu.
Jabal Abu Qubais juga muncul dalam mimpi Atiqah binti Abdul Muthalib (bibi Nabi SAW) di Mekah, 3 hari sebelum Perang Badar. Ia bermimpi melihat seorang penunggang unta datang ke Mekah, kemudian masuk ke Masjidilharam dengan diikuti orang banyak dan naik ke atap Ka’bah serta berteriak memperingatkan penduduk akan datangnya bencana 3 hari mendatangÂ.
Dari sana, ia turun dan kemudian naik ke Jabal Abu Qubais. Di puncak bukit ini ia kembali memperingatkan orang banyak akan datangnya musibah. Setelah itu, ia mengambil batu besar dan melemparkannya. Setelah sampai ke bawah Jabal Abu Qubais, batu itu terpecah-pecah menjadi pecahan kecil yang bergerak memasuki semua rumah di Mekah.
Sewaktu Nabi SAW melaksanakan umrah kaÂda (Haji) setahun setelah Perjanjian Hudaibiyah, banyak penduduk Mekah yang menyingkir dan naik ke Jabal Abu Qubais dan tempat keÂtinggian lainnya untuk menyaksikan Nabi SAW dan sekitar dua ribu orang pengikutnya melaksanakan umrah.
Daftar Pustaka
Haekal, Muhammad Husain. hayah Muhammad. Cairo: Matba‘ah as-Sunnah al-Muhammadiyah, 1968.
Ibnu Hisyam, Abdul Malik bin Hisyam al-Himyari. as-Sirah an-Nabawiyyah. Cairo: Mustafa al-Babi al-Halami, 1355 H/1936 M.
Ma’luf, Louis. al-Munjid fi al-Lugah wa al-‘Alam. Beirut: Dar al-Masyriq, 1986.
al-Matnawi, Ibrahim ‘Abd al-Fattah. as-Sirah an-Nabawiyyah: Tarikh wa Qur’an wa Sunnah, al-‘Ahd al-Makki. Cairo: Jami‘ah al-Azhar, t.t.
Wahhab, Muhammad bin Abdul. Mukhtasar Sirah ar-Rasul. Beirut: Darul Arabiyah, t.t.
M. Rusydi Khalid