Intifadah adalah sebuah gerakan perlawanan masyarakat muslim Palestina terhadap penjajahan Israel di daerah pendudukan, terutama Jalur Gaza, untuk melepaskan diri dari penindasan Zionis Yahudi, menuntut hak mereka yang hilang selama ini, dan mewujudkan sebuah negara muslim Palestina. Gerakan ini diprakarsai oleh Syekh Ahmad Yasin, seorang pemimpin spiritual muslim Palestina.
Gerakan intifadah tidak terlepas dari Hamas (Harakah Muqawamah Islamiyyah), gerakan muslim Palestina di bawah pimpinan Syekh Ahmad Yasin (w. 2004), yang didirikan pada 1937 dan telah memberikan perintah kepada rakyat Palestina untuk memulai intifadah pada Desember 1987.
Gerakan Hamas ini adalah salah satu kekuatan inti militer Gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang dipimpin oleh Syekh Hasan al-Banna (Cairo, 1906-12 Februari 1949). Karenanya perjuangan rakyat Palestina, khususnya intifadah, mempunyai kaitan dengan perjuangan Ikhwanul Muslimin.
Penyebab langsung munculnya gerakan intifadah adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada 8 Desember 1987. Ketika itu, para buruh Palestina baru pulang dari tempat kerjanya. Tiba-tiba muncul sebuah truk berisikan tentara Israel, melaju ke arah jalan raya dan menghantam mobil yang dikendarai orang Palestina tersebut.
Dalam peristiwa ini tentara Israel melukai 9 orang dan menewaskan 4 orang Palestina. Tiga dari empat buruh yang terluka kemudian meninggal di rumah sakit. Jenazah muslim Palestina tersebut dibawa oleh para pemuda ke pemakaman dengan diiringi sekitar 100.000 orang.
Awal gerakan intifadah mulai setelah selesai upacara pemakaman. Kaum muslimin yang terdiri dari berbagai lapisan menyerang para serdadu Israel dengan batu dan bom bensin (molotov). Rasa takut telah sirna; yang ada hanyalah kekuatan jiwa dan kesatuan akidah yang akhirnya berakar kuat dalam sanubari sebagian kaum muslimin Palestina.
Sistem perjuangan intifadah melibatkan semua lapisan masyarakat yang dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama, yang diberi nama al-Majmu‘ah al-Muraqibah, adalah kelompok pengintai, bertugas menyelidiki kedatangan tentara Israel; kelompok ini biasanya terdiri dari kaum remaja.
Kelompok kedua, yang diberi nama al-Majmu‘ah al-Mutadarrijah, adalah kelompok pengumpan, bertugas memancing tentara Israel agar memasuki perkampungan orang Palestina.
Kelompok ketiga adalah al-Majmu‘ah ar-Ramiyah, yaitu kelompok pelempar, bertugas melempar tentara Israel setelah memasuki perkampungan Palestina; kelompok ini menggunakan miqlah, alat pelempar berisi batu, telur busuk, dan bom molotov.
Kelompok keempat adalah al-Majmu‘ah al-Musyagilah (kelompok pembuat kerusuhan) dan al-Majmu‘ah al-Ish’ab (kelompok penyelamat).
Dua kelompok yang disebut terakhir baru beraksi apabila terjadi penangkapan terhadap warga Palestina. Masjid al-Aqsa di Yerusalem sering kali digunakan sebagai tempat musyawarah kaum muslimin, untuk menyusun strategi perlawanan menghadapi tentara pendudukan Israel.
Kegigihan kelompok gerakan intifadah dalam perjuangannya disebabkan beberapa faktor, antara lain:
(1) dorongan semangat untuk mempertahankan tanah air mereka yang hilang;
(2) kekompakan warga rakyat Palestina dan kerapian perjuangan mereka;
(3) motivasi yang sangat kuat dari pemimpinnya, baik berdasarkan ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi SAW maupun slogan perjuangan yang sering diucapkan.
Pada mulanya kaum Yahudi tidak mengacuhkan gerakan intifadah ini. Namun, kemudian mereka semakin memperhitungkannya, karena memiliki dampak yang sangat besar bagi negara dan pemerintah Israel, antara lain:
(1) pemerintah Israel terpaksa melipatgandakan anggaran militernya karena gerakan intifadah ini;
(2) pemerintah Israel sangat dirugikan karena intifadah menyerukan kepada para pekerja Palestina agar mengadakan mogok kerja; dan
(3) perekonomian Israel pada sektor industri pariwisata sangat menurun.
Dalam sejarah konflik Palestina vs Israel, gerakan Intifadah ini terjadi dua kali, yakni Intifadah I pada 1987–1993 dan Intifadah II atau Intifadah al-Aqsa sejak tahun 2000. Intifadah I dimulai pada 9 Desember 1987, sedangkan Intifadah II terjadi pada 28 September 2000.
Pemicunya adalah kedatangan Perdana Menteri Israel kala itu, Ariel Sharon, ke Temple Mount dan dikawal oleh ratusan polisi. Temple Mount adalah Bukit Bait Suci yang berlokasi di Kota Lama Yerusalem. Kawasan ini dianggap sebagai tempat sakral dan dimuliakan oleh tiga penganut agama Samawi, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam.
Kehadiran Ariel Sharon mengundang kemarahan rakyat Palestina, yang menganggap Israel akan mencaplok Temple Mount sebagai wilayah milik Zionis Yahudi. Pasalnya, di kawasan tersebut terdapat Masjid Al-Aqsa yang amat dihormati oleh kaum muslim. Ratusan warga Palestina melakukan demonstrasi yang berujung kerusuhan.
Rangkaian konflik beberapa kali terjadi sejak saat itu. Setidaknya selama periode 2000 hingga 2007, menurut data dari The Israeli Information Center for Human Rights in the Occupied Territories, korban tewas diperkirakan mencapai 4.219 orang dari Palestina dan 1.024 orang Israel.
DAFTAR PUSTAKA
Rais, Amin. “Intifadah vs Intifadah,” Tempo, 22 Juli 1989.
Syah, Maruan. “Syekh Ahmad Yasin Pelopor Gerakan Intifadah,” Pelita, 6 Oktober 1991.
https://tirto.id/apa-itu-intifada-i-dan-ii-dalam-sejarah-konflik-palestina-israel-gf8J, diakdses pada 15 Maret 2022.
Syahrin Harahap
Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)