Indonesia Islamiyah Makkah, Madrasah

Madrasah Indonesia Islamiyah Makkah didirikan dengan izin resmi Raja Abdul Aziz bin Sa‘ud pada 1346 H/1926 M oleh kaum mukimin dari Indonesia di Mekah. Pendirinya adalah Syekh Janan Muhammad Tayyib (1300 H/1882 M–1365 H/1945 M), ulama dari Minangkabau dan orang Indonesia pertama peraih gelar akademis dari Universitas al-Azhar, Cairo. Mereka juga mendirikan Madrasah Dar al-‘Ulum ad-Diniyyah.

Madrasah Indonesia Islamiyah Makkah terletak di Qararah, sebuah daerah yang termasuk dalam kawasan yang dikenal sebagai Barhah (Tanah) Minangkabau. Madrasah ini menduduki salah satu bangunan yang dimiliki Syekh Muhammad Nur Salim Khalidi (dermawan yang memiliki banyak gedung di Mekah).

Kelahiran Madrasah Indonesia Islamiyah Makkah berkaitan dengan pembentukan Majelis Permusyawaratan Ulama Indonesia (Majlis Syura Indunisiyyah­ fi Umur ad-Din) beberapa bulan sebelumnya. Pembentukan majelis yang mendapat dukungan penuh Amir Faisal bin Abdul Aziz ini bertujuan untuk menghadapi penyebaran akidah keagamaan Ahmadiyah Qadiani (Ahmadiyah) yang dipandang sesat di Indonesia.

Majelis ini diketuai oleh Janan Muhammad Tayyib dan terdiri dari:

(1) Lajnah Radd asy-Syubuhat (Komite anti-Syubhat) yang dipimpin oleh Angku Makhdum Tanungbalingkung, dan Angku Ja‘far Abdullah Pariaman sebagai sekretaris;

(2) Lajnah Ta‘lim (Komite Pengajaran) yang diketuai oleh Angku Haji Rasul Telur Pariaman, dan Angku Abdul Jalil al-Muqaddisi sebagai sekretaris; dan

(3) Lajnah Kutub Khanah (Komite Perpustakaan) yang diketuai oleh Munawar Khalil Semarang.

Dalam kegiatannya, Komite anti-Syubhat yang beranggotakan 20 orang mampu bertahan selama 9 tahun dan dapat memutuskan beberapa masalah agama. Di samping itu, komite ini juga menerbitkan Kitab Petuah Kedustaan Mirza Ghulam Ahmad, buku yang berisi pemikiran Mirza Ghulam Ahmad. Adapun Komite Pengajaran berhasil mendirikan Madrasah Indonesia yang mampu menyelenggarakan pendidikan agama dan umum bagi anak-anak mukimin dari Asia Tenggara.

Kepemimpinan pengurus madrasah pertama kali dipegang Syekh Janan Muhammad Tayyib sendiri sampai ia wafat, kemudian digantikan oleh Syekh Mustafa Indragiri dan selanjutnya oleh Syekh Abdul Jalil al-Muqaddasi sampai ditutupnya madrasah tersebut.

Pada awalnya, Madrasah Indonesia Islamiyah Makkah memberikan pengajaran untuk tingkat aliyah selama 6 tahun. Kemudian masa belajar dipersingkat menjadi 5 tahun. Kurikulum madrasah tidak hanya berisi mata pelajaran agama, tetapi juga mencakup sejarah, matematika, ilmu ukur, ilmu pendidikan, bahasa, dan kebudayaan Indonesia.

Ijazah madrasah ini diakui oleh Universitas al-Azhar. Lulusannya dapat memasuki salah satu di antara tiga fakultas di al-Azhar, yaitu Fakultas Hukum Islam dan Hukum Umum, Fakultas Teologi, dan Fakultas Bahasa Arab.

Sebagian lulusan madrasah ini melanjutkan pendidikannya ke Jami‘ah Islamiyah di New Delhi, dan Jami‘ah Islamiyah Latifiyah di Hyderabad, India. Akan tetapi, lebih banyak yang langsung pulang ke negeri asalnya untuk menjadi guru, mubalig, atau pejabat agama.

Murid Madrasah Indonesia Islamiyah Makkah membentuk organisasi yang disebut Usrah at-Tullab (Keluarga Pelajar). Dalam bidang pendidikan, organisasi ini membantu madrasah menyelenggarakan pelajaran membaca huruf Latin dan bahasa Indonesia bagi anak-anak mukimin.

Selain itu, organisasi pelajar ini mengumpulkan dana yang digunakan terutama untuk pembelian buku bagi murid yang tidak mampu. Pada masa Perang Dunia II, organisasi ini aktif menghimpun dana dari jemaah haji dan dermawan lainnya untuk dikirim ke Indonesia guna membantu revolusi dan perjuangan mencapai kemerdekaan.

Pembiayaan pendidikan madrasah ini terutama didapat melalui sumbangan jemaah haji serta para mukimin. Selain itu, madrasah ini pernah menerima bantuan keuangan dari Rabithah al-‘alam al-Islami (Liga Dunia Islam).

Setiap tahun, madrasah ini menyelenggarakan haflah (perayaan atau wisuda) bagi para lulusannya dengan pemberian syahadah (ijazah) secara resmi. Acara ini biasanya diselenggarakan pada musim haji, sehingga dapat dihadiri para jemaah haji dan kaum mukimin Indonesia.

Madrasah yang telah berdiri selama 44 tahun ini akhirnya ditutup pada 1390 H/1970 M, terutama karena mengalami kemerosotan jumlah murid setelah pemerintah pada saat itu mulai mendirikan banyak sekolah negeri di Mekah. Menurut sejarawan Khairuddin az-Zarkali, madrasah ini memiliki peran penting dalam kebangkitan pengajaran dan keilmuan di Arab Saudi, khususnya pada masa Perang Dunia II.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. “Ulama Indonesia di Haramain: Pasang Surut Sebuah Wacana Intelektual Keagamaan,” Ulumul Qur’an, Vol. III, No. 3, 1992.

Habasj. Perayaan Madrasah Indonesia di Makkah al-Mukarramah. Mekah: t.p., 1967.

“Madrasah Indunisiyyah bi Makkah al-Mukarramah Awwal Madrasah Ahliyyah fi ‘Ahd as-Sa‘udi,” al-Madinah, Ramadan 1410 H/1990 M.

Muadimi, Faisal Abdullah. at-Ta‘lim al-Ahli li al-Banin fi Makkah al-Mukarramah. Mekah: Matbu‘ah Nadi Makkah as-Saqafi, 1405 H/1985 M.

Tayyib, Anwar Janan. Awwal Madrasah Indunisiyyah Islamiyyah fi Makkah al-Mukarramah. Mekah: t.p., 1409 H/1988 M.

az-Zarkali, Khairuddin. Syibh Jazirah al-‘Arab fi ‘Ahd ‘Abd al-‘Aziz. Vol. II. Beirut: Dar al-‘Ilm li al-Malayiyyin, 1397 H/1977 M.

Azyumardi azra