Syurahbil bin Sa‘ad adalah perawi hadis dari generasi tabiin, sejarawan muslim generasi pertama, dan penulis as-sirah (riwayat hidup Nabi SAW) serta al-magazi (perang yang dipimpin Nabi SAW). Nama lengkapnya adalah Syurahbil bin Sa‘ad al-Hazmi al-Madini. Ia adalah maula (hamba bebas) seorang Ansar dari Bani Khatamah di Madinah. Kelahiran dan masa mudanya tidak banyak diketahui.
Keterangan tentang sejarah dan hadis yang terdapat dalam karyanya diperoleh dari para ahli dan perawi hadis, seperti Zaid bin Sabit, Abi Sa‘id al-Khudri (w. 84 H/703 M), Abu Hurairah, Abu Rafi‘, Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Uwaim bin Sa’idah, Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin Umar bin Khattab.
Banyak ahli hadis (sebagian juga menjadi sejarawan) meriwayatkan hadis darinya, antara lain Yahya bin Sa’id al-Ansari (guru Imam Malik dari golongan tabiin), Ibnu Ishaq (w. 768), Abu az-Zana’, Ammarah bin Gazyah, Nazr bin Khalifah, Imam Malik, dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Akan tetapi, riwayatnya tidak begitu dipercayai sebagai mana riwayat ahli hadis dan sejarawan lain, seperti Aban bin Usman bin Affan (w. 105 H/723 M) dan Urwah bin Zubair (w. 92 H/710 M). Penilaian seperti itu muncul karena dalam usianya yang lanjut ia terserang penyakit tua, pikun, di samping hidup dalam kemiskinan. Oleh karena itulah riwayatnya dinilai kurang autentik.
Ibnu Ishaq dan al-Waqidi tidak menerima riwayatnya. Bahkan Ibnu Sa‘ad meriwayatkan darinya suatu informasi tentang perpindahan Nabi SAW dari Quba ke Madinah, padahal, dalam hal yang terakhir ini, Ibnu Sa‘ad tidak mencantumkan perawi yang mempunyai otoritas dalam sanadnya.
Oleh karena itulah, Yahya Ibnu Ma‘in, seorang kritikus hadis yang sangat ketat, menilai bahwa hadis yang diri wayatkan Ibnu Sa‘ad tidak bernilai sama sekali, atau paling tidak hadis itu tidak bisa dijadikan hujah. Namun, kritik an-Nasa’i dan Abu Dawud tidak sepedas kritik Ibnu Ma‘in. Mereka mengatakan bahwa hadis yang diriwayatkan Ibnu Sa‘ad lemah, tetapi darinya dapat diambil iktibar (bahan pengajaran) meskipun tidak bisa dijadikan hujah. Artinya, dalam masalah tertentu (misalnya, masalah akhlak) hadisnya bisa dijadikan acuan moral.
Ibnu Sa‘ad memang lebih dikenal sebagai sejarawan daripada sebagai ahli hadis. Dalam hal ini, ia bersama Aban bin Usman bin Affan dan Urwah bin Zubair termasuk generasi pertama sejarawan muslim yang memainkan peran penting dalam menumbuhkan dan memperkaya bahan sejarah yang melahirkan sebuah aliran penulisan sejarah (historiografi) Islam di Madinah, yang dikenal dengan nama Aliran Madinah, pada abad ke-2 H, di samping dua aliran lainnya, yaitu Aliran Yaman dan Aliran Irak.
Aliran Madinah adalah aliran ilmiah sejarah yang dikembangkan para ahli hadis, banyak memperhatikan biografi Nabi SAW (as-sirah) serta perang Nabi SAW (al-magazi), mengikuti pola ilmu hadis, dan sangat memperhatikan sanad. Aliran Yaman berisi banyak cerita khayal dan dongeng Arab. Adapun Aliran Irak sangat memperhatikan sejarah para khalifah.
Dalam perkembangan selanjutnya, materi yang dibahas Aliran Madinah berkembang meliputi masa empat khalifah besar (al-Khulafa’ ar-Rasyidun) dan Bani Umayah (keturunan Umayah bin Abdul Syams). Tokoh generasi kedua Aliran Madinah yang memperluas cakupan penulisan as-sirah dan al-magazi ini adalah Abdullah bin Abu Bakar (w. 135 H/752 M), Asim bin Umar bin Qatadah (w. 120 H/737 M), dan Muhammad bin Syihab az-Zuhri (w. 124 H/741 M).
Akan tetapi, informasi yang mereka tuangkan dalam beberapa kumpulan tulisan mereka masih bersifat sporadis. Informasi tentang as-sirah dan al-magazi itu kemudian disusun para sejarawan, antara lain Ibnu Ishaq, Muhammad Ibnu Sa‘d (w. 230 H/844 M), dan Abu Ja‘far Muhammad bin Jarir at-Tabari (225 H/839 M–310 H/923 M).
Penulisan as-sirah pertama oleh aliran Madinah mengilhami munculnya penulisan biografi dalam historiografi Islam dengan tema ketokohan yang berbeda-beda, seperti tokoh ilmu fikih, ilmu hadis, ilmu tafsir, ilmu kedokteran, penyair, khalifah, kadi, dan menteri.
Sebagai seorang sejarawan muslim generasi pertama yang menulis riwayat hidup dan perang Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, Ibnu Sa‘ad dinilai sebagai yang paling tahu tentang perang Nabi SAW, orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah bersama Nabi Muhammad SAW, dan orang yang terlibat di dalam Perang Badar dan Perang Uhud. Tidak ada yang melebihinya dalam hal ini.
Ia juga menulis nama para sahabat yang ikut hijrah pada 615 ke Habasyah (Abessinia; kini Ethiopia) dan para sahabat yang ikut hijrah bersama Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah. Meskipun karyanya tidak ditemukan lagi, kandungannya dilestarikan para sejarawan yang mengutipnya.
Nama para sahabat yang berpartisipasi dalam hijrah ke Habasyah, hijrah ke Madinah, Perang Badar, dan Perang Uhud, oleh para sejarawan disebut Qawa’im bi Asma’ al-sahabah al-ladzina Syaraku fi al-Ahdats al-Kubra (Daftar Nama Sahabat yang Berpartisipasi dalam Peristiwa Besar).
Daftar Pustaka
al-Asqalani, Ibnu Hajar. Tahdzib at-Tahdzib. Beirut: Dar al-Fikr, 1984.
Kasyif, Sayidah Ismail. Masadir at-Tarikh al-Islami wa Manahij al-Bahts fih. Cairo: Maktabah al-Khanji, 1976.
Salim, as-Sayid Abdul Aziz. at-Tarikh wa al-Mu’arrikhun al-‘Arab. Beirut: Dar an-Nahdhah al-‘Arabiyah, 1986.
Badri Yatim