Ibnu Majid adalah seorang navigator dan ahli navigasi Arab pada Abad Pertengahan. Ia hidup pada abad ke-9 H/15 M. Tahun lahir dan wafatnya tidak diketahui. Ia menyum bangkan banyak tulisan tentang ilmu navigasi ke dalam literatur Arab klasik. Nama lengkapnya adalah Sihabuddin Ahmad bin Majid bin Muhammad bin Amr ad-Duwaik bin Yusuf bin Hasan bin Husain bin Abi Ma‘lak as-Sa‘di bin Abi ar-Raka’ib an-Najdi.
Keluarga Ibnu Majid berasal dari sebuah daerah di tengah Gurun Nejd. Tetapi kakeknya kemudian memulai tradisi kebaharian di kalangan keluarganya.
Kakek dan ayahnya dikenal sebagai mualim (navigator) Laut Merah. Ayahnya kemudian merintis penulisan buku tentang navigasi berjudul al-hijaziyya (tentang alam Hijaz). Karya ayahnya ini mengilhami Ibnu Majid dalam melahirkan karyanya di kemudian hari.
Sebagai navigator, Ibnu Majid tidak hanya menjelajahi Laut Merah, melainkan juga Samudera Hindia. Oleh sebab itu, ia juga dikenal dengan julukan “navigator dari Samudera Hindia”. Navigator Turki yang bernama Sidi Ali Ra’is (w. 970 H/1562 M), pada pengantar kitabnya yang berjudul al-Muhit (Samudera), mengatakan bahwa dalam persinggahannya di pelabuhan Basrah, ia sempat mengumpulkan karya Ibnu Majid yang berjudul al-Fawa’id fi Usul ‘Ilm al-Bahr wa al-Qawa‘id (Pedoman Dasar tentang Ilmu Kelautan) dan hawiyah al-Ikhtisar fi Usul ‘Ilm al-Bihar (Rangkuman tentang Ilmu Bahari) serta beberapa buah karya Sulaiman al-Mahri (juga navigator Arab, hidup sekitar abad ke-10 H/16 M). Menurut Ra’is, sulit melakukan pelayaran di Samudera Hindia tanpa panduan kitab mereka.
Tidak berlebihan jika Ibnu Majid sendiri dengan bangga menamakan dirinya ar-Rabi‘ah ba‘da ats-tsalitsah (yang keempat setelah yang ketiga). Dalam kitabnya al-Fawa’id disebutkan bahwa yang dimaksud dengan yang pertama, kedua, dan ketiga adalah gurunya sendiri, yaitu Muhammad bin Sadan, Sahl bin Aban, dan Lais bin Kahlan. Ketiganya adalah navigator Arab, yang juga dikenal dengan julukan “Singa Laut”. Oleh sebab itu Ibnu Majid juga disebut “Penerus para Singa Laut” atau “Singa Laut Pemberang”.
Ibnu Majid cukup produktif menulis dalam bidangnya. Karyanya memberikan sumbangan yang cukup besar bagi dunia kebaharian Arab pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Sebelum ada karya Ibnu Majid, para pelaut Arab dan sekitarnya hanya berani mengarungi sebagian kecilkawasan samudera, yaitu Laut Merah dan pantai timur Afrika sampai ke Sofala (di pantai tenggara Afrika, dekat Madagascar). Mereka tidak berani mengarungi lebih jauh dari itu, karena takut terseret arus.
Pelayaran di kawasan itu untuk beberapa abad lamanya didasarkan kepada peta kuno karya Claudius Ptolemaeus (ahli geografi Mesir kuno; w. 178). Menurut peta tersebut, di sebelah selatan Sofala terdapat daratan yang membentang sampai ke daratan Cina di sebelah timur.
Yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik hanyalah sebuah selat yang sempit. Abul Rayhan al-Biruni (filsuf dan ilmuwan, w. 448 H/1048 M) kemudian menjadi orang Arab/muslim pertama yang mengemukakan teori bahwa ada laut bukan hanya selat yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik.
Ibnu Majid mengemukakan teori yang memperluas kawasan yang mungkin dilayari. Ia mengemukakan bahwa di sebelah selatan Sofala ada selat (al-madkhal) yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudera Atlantik di sebelah barat. Bahkan ia sendiri sempat melakukan ekspedisi pelayaran mengelilingi benua Afrika, mulai dari Laut Merah ke arah selatan, kemudian ke arah barat sampai ke Maroko, bahkan sampai ke Laut Tengah.
Ibnu Majid dikenal sebagai penemu kompas (penunjuk arah angin) dengan 32 arah mata angin. Kompasnya lebih mendetail daripada buatan orang Mesir dan Magribi (Maroko). Ketika Ibnu Majid pada suatu waktu bertemu dengan pelaut Portugis dan memperlihatkan kompas buatannya, mereka menyatakan belum pernah melihat kompas seperti itu sebelumnya.
Karena penemuannya di bidang navigasi, kalangan pelaut Arab sangat menghormatinya dan menyebutnya Syekh Majid. Untuk mengenangnya, setiap akan melakukan pelayaran jauh, mereka memanjatkan doa untuknya dengan membaca surah al-Fatihah.
Karya besar Ibnu Majid yang ada sampai sekarang antara lain adalah kedua kitab yang disebut di atas, yaitu al-Fawa’id fi Usul ‘Ilm al-Bahr wa al-Qawa‘id (terkenal dengan nama al-Fawa’id saja) dan hawiyah al-Ikhtisar fi Usul ‘Ilm al-Bihar (terkenal dengan sebutan hawiyah al-Ikhtisar).
Kitab al-Fawa’id ditulis dalam bentuk prosa. Kitab ini berisi gambaran 28 posisi bulan, gambaran posisi bintang yang dihubungkan dengan 38 titik pada kompas, gambaran rute perjalanan di Samudera Hindia, peta beberapa pelabuhan, peta garis pantai barat India, gambaran tentang luas 10 daratan dan atau pulau besar (Arab, Madagascar, Sumatera, Jawa, Taiwan, Sri Lanka, Zanzibar, Bahrein, dan Sokotra).
Buku tersebut juga memuat hasil penelitiannya tentang situasi pantai Asia dan Afrika, penjelasan tentang musim yang nyaman untuk pelayaran, dan gambaran detail tentang keadaan Laut Merah (tempat yang baik untuk buang sauh, tempat yang dangkal, dan batu karang yang perlu dihindari dalam pelayaran).
Kitab hawiyah al-Ikhtisar juga berbentuk prosa. Kitab ini memuat peta daratan yang berada di sekitar jalur pelayaran, gambaran tentang posisi bulan, rambu perjalanan, dan musim yang baik untuk melakukan pelayaran dengan perhitungan kalender Arab, Koptik, Bizantium, dan Persia.
Kitab ini juga memuat uraian tentang jarak bintang yang biasa dipakai sebagai pedoman pelayaran (diukur dari horison) dan bulan yang memungkinkan bintang tertentu tampak dari bumi, gambaran tentang keadaan daratan di sepanjang Samudera Hindia, Sumatera, Cina, dan Taiwan, gambaran tentang pelabuhan di sekeliling Samudera Hindia, dan gambaran tentang keadaan arus dan kedalaman laut, serta astronomi pelayaran.
Karyanya yang lain berbentuk tulisan singkat, baik berupa prosa maupun syair. Karyanya sangat banyak, tetapi isinya terkadang tumpang-tindih, sebagaimana dikemukakan dalam pengantar kitab al-Fawa’id; antara lain (1) al-Urjiza (syair tentang laut), yang disebut juga Mu‘arraba (syair tentang Arab), bertahun 890 H/1485 M; (2) Kiblat al-Islam fi Jami‘ ad-Dunya (Kiblat Umat Islam di seluruh Penjuru Dunia), 893 H/1488 M;
(3) Urjuzat Barr al-‘Arab fi Khalij Fars (syair tentang petunjuk pelayaran di pesisir Arab sampai Persia); (4) Urjuza fi Qismah al-Jamma ‘ala Banat Na‘s (syair tentang tata letak bintang yang dijadikan pedoman navigasi), 900 H/1494 M; (5) UrjØza atau Kanz al-Ma‘alima wa Takhiratihim fi ‘Ilm al-Majhulat fi al-Bahr wa an-Nujum wa al-Buruj (syair tentang peta langit dan rasi bintang zodiak);
(6) Urjuza fi an-Natakhat li Barr al-Hind wa Barr al-‘Arab (syair yang menunjukkan peta darat pantai barat India dan Arab pada posisi 25°–60° LU); (7) Urjuza Mimiyyat al-Abdal (syair tentang peta bintang di sebelah utara khatulistiwa); (8) Urjuza Mukhammasa (juga syair tentang peta bintang di utara khatulistiwa);
(9) syair tentang kalender Bizantium (bertahun 1475 atau 1489); (10) Urjuza atau daribat adh-dara’ib (syair tentang tata letak bintang yang dijadikan pedoman navigasi); (11) syair tentang gambaran berbagai posisi bulan dilihat dari bumi, yang didedikasikan untuk Khalifah Ali bin Abi Thalib (1475 atau 1489);
(12) al-Qasidah al-Makkiyyah (syair yang menggambarkan peta rute navigasi dari Jiddah ke berbagai tempat); (13) Urjuza atau Nadhirat al-Abdal; dan (14) al-Qasidah al-Ba’iyyah atau ¨ahabiyyah (882 H/1478 M), keduanya berisi syair tentang situasi laut yang selalu dilewati pelayaran, gambaran daerah tertentu dengan musim tertentu.
Karya tersebut didasarkan pada pengalaman Ibnu Majid sendiri selaku navigator dan dipadukan dengan teori navigasi yang diperoleh melalui kitab para pendahulunya, antara lain
(1) Kitab al-Mabadi wa al-Gayah fi ‘Ilm al-Miqat (Kitab Pengantar Lengkap tentang Waktu) karya ahli ilmu falak Abu Ali Hasan bin Umar al-Marakussi al-Magribi (w. 660 H/1262 M), (2) Kitab suwar al-Kawakib ats-sabitah (tentang posisi bintang) karya ahli ilmu falak Abdurrahman as-Sufi (w. 376 H/986 M),
(3) al-Ikhtisar asy Syahbatiyyah (Ringkasan tentang Penyembah Bintang), tanpa tahun dan nama pengarang, (4) kitab ilmu falak karya Ahmad bin Dawud Abu Hanifah ad-Dinawari (w. 282 H/895 M), (5) kitab ilmu falak karya Abu Ja‘far Muham-mad bin Muhammad bin al-Hasan Nasiruddin at-Tusi (w. 672 H/1274 M),
(6) Muzil al-Itsbat ‘an Musytabih al-Intisab (tentang ilmu hisab) karya Abu al-Majid bin Isma‘il bin Ibrahim al-Mausili (w. 344 H/955 M), (7) Kitab al-Musytarik (tentang penanggalan) karya Yaqut al-Hamawi (w. 626 H/1229 M), (8) Kitab al- Jugrafiya fi al-Aqalim as-Sab‘a (kitab ilmu bumi, ilmu falak) karya Abu Hasan Ali bin Sa‘id al-Magribi (w. 672 H/1274 M), dan (9) Kitab surah al-Ardh (Peta Bumi) karya Ibnu Hawqal (w. 365 H/975 M).
Daftar Pustaka
Ahmad, Nafis. Muslim Contribution to Geography. Lahore: Sh. Muhammad Ashraf, 1972.
Ahmad, S. Maqbul. “Ibnu Madjid,” The Encyclopaedia of Islam. Leiden: E.J. Brill, 1986.
Tibbetts, G.R. Arab Navigation in the Indian Ocean before the Coming of the Portuguese. London: Royal Asiatic Society, 1981.
Atjeng Achmad Kusaeri