Hassan Hanafi adalah seorang filsuf hukum Islam, pemikir Islam, dan guru besar Fakultas Filsafat Universitas Cairo, Mesir. Ia dikenal karena ide Kiri Islam yang dicetuskannya pada 1981. Kiri Islam adalah sebuah gagasan untuk membangkitkan kembali peradaban Islam melalui pemurnian ajaran tauhid dan penentangan dominasi kultur Barat.
Hassan Hanafi memperoleh gelar doktor dari Universitas Sorbonne, Paris, Perancis, pada 1966. Disertasinya yang berjudul Essai sur la Méthode d’Exégése (Esai tentang Metode Penafsiran) setebal 900 halaman memperoleh hadiah sebagai karya tulis terbaik di Mesir pada 1971. Sekembalinya dari Paris (1966), ia segera ditugaskan mengajar mata kuliah filsafat di Fakultas Sastra Jurusan Filsafat Universitas Cairo, Mesir.
Pada 1981 Hassan Hanafi meluncurkan jurnal berkalanya al-Yasar al-Islami: Kitabat fi an-Nahdah al-Islamiyyah (Kiri Islam: Beberapa Esai tentang Kebangkitan Islam). Esai pertama jurnal itu berjudul “Madza Ya‘ni al-Yasar al-Islami” (Apa Arti Kiri Islam) yang memuat pemikiran Hassan Hanafi tentang beberapa isu penting yang berkaitan dengan kebangkitan Islam.
Kebangkitan Islam menurutnya dapat diwujudkan dengan menekankan perlunya tiga hal: (1) rasionalisme untuk revitalisasi khazanah Islam klasik, (2) perlawanan terhadap kebudayaan Barat, dan (3) analisis atas realitas dunia Islam.
Jurnal berkala ini hanya sempat terbit sekali karena pemerintah Mesir melarangnya. Meskipun hanya terbit sekali, kemunculannya yang sekilas itu tidak dapat menghapus begitu saja makna kehadiran gagasan Kiri Islam yang dilontarkannya. Gagasan Kiri Islam Hassan Hanafi sejak itu bergulir bagai bola salju yang semakin lama semakin membesar.
Banyak pemikir, baik dari kalangan Islam maupun non-Islam, tergoda oleh pesona gagasannya. Kazuo Shimogaki, pengamat Timur Tengah dari Universitas Jepang, melakukan telaah kritis terhadap gagasan Kiri Islam dan menuliskannya dalam sebuah buku yang berjudul Between Modernity and Postmodernity: the Islamic Left and Dr. Hassan Hanafi’s Thought (Antara Modernisme dan Postmodernisme: Gagasan Kiri Islam dan Pemikiran Dr. Hassan Hanafi).
Jurnal al-Yasar al-Islami oleh banyak pengamat dinilai sebagai kelanjutan al-‘Urwah al-Wuthqa (Ikatan yang Kokoh) yang diterbitkan Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh pada 1884 di Paris, dilihat dari segi keterkaitannya dengan gagasan melawan kolonialisme dan upaya mengatasi keterbelakangan umat.
Gagasan Kiri Islam ini tidak lain merupakan respons Hassan Hanafi atas tantangan Barat yang muncul dalam bentuk imperialisme, zionisme, dan kapitalisme. Menurutnya, dunia Islam berada di bawah dominasi imperialisme kultural Barat. Karena itu, tugas umat Islam adalah berjuang melawan dominasi itu.
Meskipun ia menyerap ilmu, metodologi, dan pemikiran Barat, konsep Kiri Islam yang dibawanya tidak terpengaruh oleh Barat. Bahkan, tujuan Kiri Islam menurut Hassan Hanafi adalah untuk mengembalikan Barat pada batas alamiahnya dan mengakhiri mitos yang meyakini Barat sebagai pusat peradaban dunia.
Bagi Hassan Hanafi, penggunaan nama “kiri” sangat penting karena dalam citra akademik, “kiri” memiliki konotasi perlawanan dan kritisisme. Hassan Hanafi dengan tegas menyatakan bahwa Kiri Islam adalah hasil nyata dari Revolusi Islam Iran yang merupakan salah satu respons Islam terhadap Barat.
Kiri Islam juga merupakan resultan dari gerakan kaum muslimin di Afghanistan, Melayu, Filipina, Pakistan, dan revolusi Aljazair untuk memunculkan Islam sebagai khazanah nasional, yang memelihara otentisitas dan kreativitas kaum muslimin, memperjuangkan kepentingan mereka, dan mendinamisasi rakyat muslim di setiap tempat.
Karena itu, esensi Kiri Islam adalah pencurahan segala potensi untuk menghadapi puncak problematika zaman ini, berupa imperialisme, zionisme, dan kapitalisme yang merupakan ancaman eksternal, serta kemiskinan, ketertindasan, dan keterbelakangan yang merupakan ancaman internal.
Gagasan tentang Kiri Islam telah mencuatkan nama Hassan Hanafi ke dunia intelektual Islam kontemporer. Ia kemudian banyak diundang di forum internasional untuk menyampaikan pemikirannya mengenai kebangkitan Islam, antara lain menyampaikan makalah “Min al-‘Aqidah ila ath-taurah” (Dari Akidah ke Revolusi) pada seminar tentang Islam di Cordoba, Spanyol, 1985; “Ideologi Pembangunan” pada konvensi tahunan ke-23 International Studies Association, Cincinnati, Ohio, USA, 1982; “Tasawuf dan Pembangunan” pada seminar UNESCO, 1985; dan “Revolusi Transendensi” pada seminar di Tokyo, Jepang, 1987.
Kontribusi Hassan Hanafi dalam dunia pendidikan terbukti dari sejumlah karya yang dihasilkannya, seperti: (1) Qadaya Mu‘asirah (Problema Kehidupan Modern), Beirut, 1982; (2) The Education of Human Race, Translation and Introduction (Pendidikan Manusia, suatu Pengantar), Cairo 1977; (3) Religious Challenge and Culture Domination (Tantangan Keagamaan dan Dominasi Kebudayaan), Cairo, 1977;
(4) Tradition and Modernism (Tradisi dan Modernisme), Cairo, 1980; (5) al-Juzur at-Tarikhiyyah li Azmah al-hurriyyah wa ad-Dimuqratiyyah fi Wijdanina al-Mu‘asir (Pulau yang Bersejarah bagi Krisis Kebebasan dan Demokrasi dalam Sukacita kita pada Masa Kini), Cairo, 1979; (6) Mysticism and Development (Mistisisme dan Pembangunan), Cairo, 1986; (7) Limadza Gaba Mabhas al-Insan fi Turas al-Qadim (Mengapa Tidak Tampak Pembahasan mengenai Manusia pada Kitab Klasik), Cairo, 1981;
(8) The Relevance of the Islamic Alternative in Egypt (Relevansi Alternatif Islam di Mesir), Cairo, 1982; (9) Hal Yajuz Sar‘an as-sulh ma‘a Bani Isra’il (Bolehkah Kita Segera Mengadakan Perjanjian Damai dengan Bani Israil), Cairo, 1981; (10) al-Muslimun fi asiya (Muslimin di Asia), Cairo 1981; (11) al-‘Aql wa an-Naql (Akal dan Wahyu), Cairo, 1981;
(12) Min al-‘Aqidah ila ath-taurah: Muhawalah li I‘adah Bina’ ‘Ilm Ushul ad-Din (Dari Akidah Sampai Revolusi, suatu Upaya Membangun Kembali Ilmu Usuluddin), Beirut, 1985; (14) Min al-‘Aqidah ila ath-taurah: Muhawalah li I‘adat Bina’ ‘Ilm Ushul ad-Din (Dari Doktrin ke Revolusi: Upaya Membangun Kembali Ilmu Ushuluddin), Cairo, 1988; (15) Religion, Ideology, and Development, 1993; dan (16) hukm al-Fikri wa al-Wathan (Kegelisahan Pemikiran dan Kebangsaan), 2001.
Menurut Hasan Hanafi, salah satu bentuk imperialisme Barat adalah orientalisme (kajian ketimuran) tentang dunia Islam. Dunia Islam bertugas untuk menghilangkan Eropasentrisme serta mitos Eropa global lain. Dalam kerangka ini, menurut Hanafi, perlu dipelajari perkembangan pemikiran serta peradaban Barat. Untuk tujuan ini diperlukan suatu ilmu sosial baru, yaitu oksidentalisme (kajian kebaratan) sebagai tandingan orientalisme Eropa.
Hassan Hanafi menjelaskan kajian oksidentalisme dalam bukunya yang berjudul Muqqadimah fi ‘Ilm al-Istigrab (Pengantar Ilmu Oksidentalisme), Cairo, 1991. Disiplin oksidentalismenya tersebut berlawanan dengan orientalisme. Tujuannya adalah membendung pembaratan dan rekonstruksi kritis budaya Barat yang memperlihatkan keterbatasan dan kepicikannya.
Ia memandang warisan Barat sebagai produk sejarah ketika wahyu Tuhan tidak lagi sentral, tidak seperti warisan Islam yang sangat didasarkan pada wahyu Tuhan yang terekam dalam Al-Qur’an, sumber segala aspek peradaban dan sejarah Islam.
Isi tulisan Hassan Hanafi membawa kita pada suatu gambaran tentang kerangka metodologi dan post-modernisme Islam. Pemikirannya beranjak dari ajaran yang paling mendasar dalam Islam, yaitu tauhid. Menurutnya, hal pertama yang harus dilakukan untuk membangun kembali peradaban Islam adalah pembangunan kembali semangat tauhid karena tauhid merupakan asal seluruh pengetahuan.
Menurutnya, Islam bukan berarti tunduk atau menghamba, melainkan lebih merupakan revolusi transendental terhadap struktur kesadaran individu, tatanan sosial, dan sejarah yang dinamis. Dari pemikiran Hassan Hanafi tersebut tergambar peranannya sebagai pemikir revolusioner, sekaligus seorang reformis tradisi intelektual Islam klasik.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Hassan. Agama, Ideologi, dan Pembangunan, terj. Jakarta: P3M, 1991.
____________. ad-Din wa ath-taurah fi al-Misr 1952–1981. Cairo: al-Maktabah al-Madbuli, 1987.
____________. Qadaya Mu‘asirah fi Fikrina al-Mu‘asir. Beirut: Dar at-Tanwir li at-Tiba‘ah an-Nasyr, I983.
Shimogaki, Kazuo. Kiri Islam Antara Modernitas dan Postmodernitas: Telaah Kritis Atas Pemikiran Hassan Hanafi, terj. Yogyakarta: LKIS, 1994.
Thib Raya