Assalamualaikum

(Arr: As-salamu 'alaikum)

Assalamualaikum adalah sebuah doa yang diucapkan oleh seorang mukmin untuk orang mukmin lain yang dijumpai atau ditinggalkan. Doa kepada Allah SWT berisi permohonan agar orang yang dijumpai atau ditinggalkan tersebut diberi keselamatan oleh Allah SWT.

Istilah as-salamu ‘alaikum (semoga Allah melimpahkan ke­sejahteraan atas kamu) juga biasa disebut salam. Kata “salam yang berarti “selamat, sejahtera, aman, dan sentosa”, merupakan kata dasar (masdar) dari kata kerja salima-yaslamu yang masih serumpun dengan kata “Islam” (aslama-yuslimu).

Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 146 kata “salam”,­ baik dalam bentuk kata kerja maupun kata benda, yang tersebar di beberapa surah dan ayat. Beberapa di antaranya ialah: salamun ‘alaikum (QS.6:54), fa sallimu (QS.24:61), dan wa as-salÎmu­ (QS.20:47).

Menurut hadis Nabi SAW dari Ibnu Mas‘ud, as-sallim adalah salah satu nama dari nama Allah SWT dan diperintahkan untuk disebarluaskan agar orang yang menerimanya mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan dari Zat as-Salam (Yang Maha Sejahtera).

Menurut hadis riwayat Bukhari dan Muslim, bunyi salam yang diajar­kan­ Allah SWT kepada Nabi Adam AS agar di­sampaikan kepada para malaikat adalah “assalamu ‘alaikum”. Para malaikat menjawab, “assalamu ‘alaika wa rahmat Allah” (semoga Allah memberikan­ keselamatan, kesejahteraan, dan rahmat-Nya kepadamu).

Menurut hadis, bunyi kalimat salam ada tiga macam, yaitu pendek, sedang, dan panjang. Ketiga­ salam itu adalah assalamu ‘alaikum,­ assalamu ‘alaikum­ wa rahmat Allah (semoga Allah memberikan keselamatan, kesejahteraan, dan pok orang mukmin kepada orang atau kelompok orang mukmin lainnya diatur dalam hadis­ Nabi SAW dari Abu Hurairah RA. Rasulullah­ SAW bersabda yang berarti:

“Hendaklah (lebih dahulu) memberi salam: orang yang kecil (muda) terhadap orang yang besar (tua), orang yang lewat (berjalan) terhadap orang yang duduk, orang yang jumlahnya sedikit kepada orang yang jumlahnya banyak, dan orang yang naik kendaraan kepada orang yang berjalan kaki” (HR. muttafaq ‘alaih).

Dalam hadis riwayat Ahmad dan al-Baihaqi dari Ali bin Abi Thalib RA dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sekelompok orang apabila lewat cukup satu orang saja yang memberi salam, dan satu orang saja yang menjawab.” Ucapan assalamualaikum itu pada dasarnya hanya diperuntukkan bagi orang mukmin (muslim).

Menurut sebagian ulama, salam tidak diperbolehkan ditujukan kepada orang non-Islam, terutama­ Yahudi dan Nasrani. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi SAW, antara lain hadis yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda; “Janganlah kamu mulai memberi salam kepada orang-orang Yahudi­ dan Nasrani.”

Selain itu dalam sahihain (hadis sahih menurut Bukhari dan Muslim) yang di­angkat dari Anas dikatakan: “Apabila ahli kitab memberi salam kepadamu, maka katakanlah: ‘wa ‘alaikum’ (dan atas kamu).”

Dalam sejarah, Nabi SAW juga tidak pernah menyampaikan salam kepada orang nonmuslim. Dalam surat yang dikirimkan kepada raja negara tetangganya untuk mengajak mereka­ masuk Islam, dalam pembukaan surat Nabi SAW selalu menggunakan kata salimun ‘ala man ittaba‘a al-huda (keselamatan semoga dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk) (HR. Bukhari­ dan Muslim).

Adapun saat yang tepat untuk menyampaikan salam kepada orang atau kelompok orang lain adalah sebagai berikut: (1) pada saat terjadi pertemuan, (2) saat memasuki dan meninggalkan­ majelis (pertemuan), (3) saat hendak masuk ke rumah, (4) saat hendak masuk ke pekuburan, dan (5) pada saat hendak menjumpai istri untuk melakukan hubungan badan (persetubuhan).

Pada saat mau memasuki rumah orang lain (yang bukan miliknya), seorang mukmin harus mengucapkan salam dan mendapatkan izin dari pemiliknya terlebih dahulu sebelum masuk. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT yang berarti:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya…” (QS.24:27).

Daftar Pustaka

al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. Sahih Al-Bukhori. Beirut: Dar al-Fikr, 1981.
Hanbal, Ahmad bin. Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Ibnu Hisyam. as-Sirah an-Nabawiyyah, edisi Mustafa as-Saqqa. Cairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1955.
Ibnu Kasir. Tafsir al-Qur’an al-‘Azim. Beirut: Dar al-Fikr, 1966.
Muslim, Imam. Sahih Muslim bi Syar al‑mam an‑Nawawi. Beirut: Dar Ihya’at‑Turas al‑’Arabi, 1404 H/1984 M.
at-Tirmizi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah. Sunan at-Tirmidzi. Beirut:Dar al-Fikr, 1978.

Ridlo Masduki