Aligarh

Aligarh adalah gerakan lanjutan usaha pembaruan Sayid Ahmad Khan (1817–1898) di bidang pendidikan. Ia mendirikan gerakan ini pada 1875 di Aligarh, India, untuk meningkatkan pendidikan umat Islam. Gerakan ini muncul setelah Sayid Ahmad Khan (1898) wafat. Lembaga pendidikan ini berkembang dan namanya menjadi Mohammedan Anglo Oriental College (MAOC), kemudian Muslim University of Aligarh.

MAOC merupakan markas Gerakan Aligarh dengan potensinya yang telah berkembang menjadi sebuah institusi yang memainkan peran dalam mencarikan jalan keluar persoalan di bidang pendidikan, sosial, dan politik umat Islam di India. Dalam perkembangan selanjutnya, setelah menjadi perguruan tinggi, Gerakan Aligarh dapat menjadi salah satu pusat gerakan pembaruan Islam di India.

Penyampaian ilmu pada lembaga pendidikan MAOC ini didasarkan atas: (1) kebebasan dalam berpikir, (2) memberi tempat kepada sains dan kebudayaan Barat, (3) menganut paham keterbukaan, dan (4) keseimbangan dalam pengembangan moral dan pikiran, serta memperhatikan kegairahan belajar para siswa. Hal yang demikian akan dapat memenuhi apa yang diperlukan oleh umat Islam India, dan di sisi lain, sedikit atau banyak juga akan bisa memenuhi keperluan seluruh komunitas yang ada di India secara baik.

Gerakan Aligarh ini dipimpin secara silih berganti oleh para tokoh yang memperjuangkan nasib umat Islam India.

(1) Nawab Muhsin al-Mulk (1837–1907). Ia pernah menjadi pejabat di Hyderabad (1863). Pada 1839 ia menetap di Aligarh dan dipercayakan mengganti Sayid Ahmad Khan memimpin MAOC.

Nawab Muhsin al-Mulk membuka hubungan antara Aligarh dan ulama Deoband (India). Sikapnya merupakan kebijaksanaan baru yang mengubah garis keras yang diber-lakukan oleh Sayid Ahmad Khan yang enggan berkompromi dengan ulama di Deoband. Kebijaksanaan Nawab Muhsin al-Mulk ini dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk membentuk kelompok Islam India yang baru dalam usaha memajukan umat Islam India, khususnya di bidang pendidikan.

Dalam masa kepemimpinannya, Nawab Muhsin berhasil menaikkan persentase jumlah siswa apabila dibandingkan dengan MAOC sebelum dipimpinnya. Tahun 1900 MAOC mulai dimasuki siswa-siswa yang berasal dari luar India, antara lain Singapura dan Burma (Myanmar). Pada tahun itu pula Aligarh mendapat reputasi terbaik dari seluruh lembaga pendidikan yang ada, bahkan Aligarh mampu mengirim lulusannya ke beberapa perguruan tinggi. Pada 1902 Aligarh mampu meningkatkan lulusannya mencapai 116 orang dibandingkan 478 orang lulusan dari lima sekolah Islam lainnya di India. Pada 1907 jumlah siswa mencapai 800 orang dibanding dengan 343 orang pada tahun ia mulai memegang pimpinan.

Aktivitas Nawab Muhsin al-Mulk dan tokoh politisi sealiran lainnya bermarkas di Aligarh, karena itu Aligarh mempunyai beberapa fungsi, selain merupakan pusat kegiatan akademis, sekaligus sebagai tempat latihan semacam pengaderan di bidang politik. Tampaknya, hal inilah yang menyebabkan Beck dan Morrison, kepala sekolah MAOC, me­namakannya “The Development of Character”.

Nawab Muhsin al-Mulk dan kawan-kawannya berambisi mendidik pemuda muslim menurut pendidikan Barat guna mempertahankan prestise sosial mereka di tengah-tengah dua kekuatan sosial lainnya, Hindu dan Inggris.

(2) Vigar al-Mulk (1841–1917). Ia pengganti Nawab Muhsin al-Mulk sejak 1907. Vigar al-Mulk seorang ulama yang mempunyai pendirian dan pandangan yang keras terhadap agama. Pelaksanaan ibadah diperkuatnya di MAOC, terutama ibadah salat dan puasa. Persyaratan naik kelas adalah harus lulus ujian mata pelajaran agama. Kebijaksanaan ini membuat ulama India bertambah simpati pada MAOC; hal ini menguntungkan Gerakan Aligarh.

Pada mulanya, ia mengambil sikap politik mempertahankan kekuasaan Inggris demi kelestarian umat Islam India, yang jumlahnya hanya seperlima dari penduduk India. Pandangan politiknya dengan serta merta berpaling akibat di­batalkannya pembagian pemilihan Bengal oleh pemerintah Inggris. Vigar al-Mulk memandang pemerintah Inggris bukan lagi tempat menyandarkan nasib, malahan harus­ diusir dari India karena memusuhi umat Islam India. Dengan demikian, ketergantungan Aligarh terhadap Inggris menurun tajam. Setelah Aligarh dapat membaur serasi dengan ulama Deoband, kekuatan komunitas Islam India tampak semakin kuat.

(3) Salahuddin Khuda Bakhs. Ia seorang pengarang­ terke-nal yang banyak mempengaruhi Gerakan Aligarh. Di antara karangannya yang terkenal ialah Essays on Indian and Islamic dan Politics in Islam. Menurutnya, Al-Qur’an lebih banyak bersifat buku petunjuk spiritual dengan membawa norma yang harus dijadikan pegangan daripada merupakan buku hukum yang mengikat terusmenerus. Islam tidak menentang kemajuan. Ajaran Islam sederhana dan berpangkal pada kemahaesaan Tuhan dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.

Pandangan politiknya terlukis pada pemikirannya bahwa Islam memberi keleluasaan kepada umatnya dalam melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara. Umat Islam dalam menjalankan kewajiban agama tidak harus mengorbankan kesejahteraan materiilnya.

Pemikiran yang lain, yang juga banyak mempengaruhi Aligarh ialah: “Umat Islam dapat saja mengambil setiap yang baik dari Barat atau asing, tanpa ada larangan agama. Ajaran Islam tidak bertentangan dengan peradaban modern (Barat).” Pendapatnya ini tampaknya senada dengan pendapat penda hulunya Sayid Ahmad Khan, yaitu sama-sama menghendaki Westernisasi masyarakat Islam.

(4) Muhammad Syibli Nu’mani (1857–1914). Ia adalah keluaran madrasah. Pandangannya tidak seliberal Sayid Ahmad Khan dan Salahuddin Khuda Bakhs. Malahan setelah ia menyelesaikan pendidikannya di Aligarh, ia tidak lama mengabdi di sana. Ia meninggalkan Aligarh, kemudian memimpin Perguruan Tinggi Nadwat al-‘Ulama’ di Lucknow. Ia cenderung menentang liberalisme Aligarh dalam teologi. Namun demikian, ia memanfaatkan akal dalam memecahkan persoalan agama. Pemikiran modern dalam bentuk moderat diterimanya. Filsafat menurutnya tidak diharamkan, bahkan ulama pada masa klasik juga mempelajari filsafat. Ia berhasil mendidik muridnya, Abdul Karim Azad, yang menjadi tokoh pembaru abad ke-20.

Muhammad Syibli Nu’mani sebenarnya adalah tokoh Aligarh yang mengembangkan pemikiran Gerakan Aligarh dalam bentuk moderat. Menurutnya cara demikianlah yang paling benar dan cocok untuk komunitas Islam India.

Keberhasilan Gerakan Aligarh melalui MAOC dalam menempa tokoh pemikir muslim India ditunjang beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.

  1. Di bidang kurikulum. Kemajuan Gerakan Aligarh disebabkan adanya mata pelajaran umum, seperti ilmu alam, filsafat, humaniora, dan sebagainya.
  2. Bahasa Bahasa yang dipakai sebagai bahasa pengantar adalah bahasa Inggris. Hal ini didasari bahwa ilmu pengetahuan di Barat kebanyakan ditulis dalam bahasa Inggris. Aligarh pernah bekerjasama dengan Inggris. Karena itu, jalan yang paling dekat untuk mencapai ilmu pengetahuan dan peradaban Barat itu adalah dengan menguasai bahasa Inggris. Lebih jauh lagi, staf pengajar dan direktur pada MAOC adalah orang Inggris.

Kebanyakan pemimpin politik Muslim India pada dekade akhir abad ke-19 dan pertengahan pertama abad ke-20 adalah lulusan Aligarh. Aligarh berhasil mengangkat martabat umat Islam India yang pada mulanya tertinggal jauh dari umat Hindu. Aligarh melahirkan ide pembaruan di bidang keagamaan, sosial, dan politik di India, sehingga bisa dikatakan bahwa Aligarh adalah penggerak utama terwujudnya pembaruan Islam di India dan banyak jasanya dalam meluruskan jalan menuju kelahiran negara Pakistan.

Daftar Pustaka

Ikram, S.M. Muslim Civilization in India. New York: Colombia University Press, 1965.
Muhammad, Shah, ed. The Aligarh Movement; Basic Document. New Delhi: Meenakhan Prakashan, 1978.
Mujeel, M. The Indian Muslims. London: George Allen and Unwin Ltd., 1967.
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Prasad, S.K. Subedar Ishwari. Hindu Muslim Problems. Allahabad: Chugh Publications, 1974.
Zakaria, Rafiq. Rise of Muslim in India Politics. Bombay: Somalya Publication Pvt. Ltd., 1971.

Ahmadi Isa