Ad-Dinawari adalah seorang ulama dari Dinawar, Persia. Ia memiliki banyak keahlian dalam berbagai bidang ilmu, seperti teknik, bahasa (terutama gramatika), sastra, astronomi, matematika, tumbuhan, tafsir, dan sejarah. Nama lengkapnya adalah Abu Hanifah Ahmad bin Dawud bin Watan ad-Dinawari an-Nahwi.
Tidak diketahui tentang masa kecil ad-Dinawari. Ia banyak belajar kepada ilmuwan di Basrah dan Kufah. Dalam bidang bahasa, ia banyak belajar kepada seorang guru besar bahasa Arab bernama Ya‘kub bin Ishak as-Sikkit al-Baghdadi an-Nahwi, pengarang Kitab Islah al-Manqiq (Buku Pembaruan Logika).
Dalam bukunya yang berjudul Lectures on Arabic Historians, Margoliouth dengan mengutip pendapat Abu Hayyan at-Tauhidi (w. 400 H/1010 M; filsuf, sufi, dan ahli ilmu-ilmu keagamaan), berpendapat bahwa ad-Dinawari memadukan pemikiran filsafat dan kemampuan penyajian bahasa orang Arab.
Ia banyak meninggalkan karya bermanfaat, antara lain Kitab al-Akhbar aq-tiwal (Buku Sejarah Panjang), sebuah ringkasan tentang sejarah; Kitab al-Qiblah wa az-Zawal (Buku Kiblat dan Pergeseran Matahari) tentang astronomi; Kitab al-Anwa’ (Kitab Tumbuhan); Kitab Tafsir Al-Qur’an, 13 jilid.
Yang lainnya Kitab ma talhan fih al-‘Ammah (Buku tentang Sesuatu yang Banyak Dikelirukan Orang); Kitab asy-Syi‘r wa asy-Syu‘ara’ (Buku Syair dan Penyair); Kitab al-Fasahah (Buku Kefasihan); Kitab al-Bahts fi hisab al-Hind (Buku Kajian tentang Hitungan India); Kitab al-Jabr wa al-Muqabalah (Buku Aljabar dan Perbandingan); dan Kitab al-Buldan (Buku Negeri-Negeri). Para sejarawan sangat memuji karyanya.
Ibnu Nadim, seorang sejarawan, menyebutkan bahwa berita yang diriwayatkan dan diceritakan ad-Dinawari dapat dipercaya. Al-Khatib al-Baghdadi, sejarawan terkenal, dalam bukunya Siyar al-A‘lam an-Nubala’ (Biografi Tokoh-Tokoh Terkenal), berpendapat bahwa ad-Dinawari adalah seorang yang dapat dipercaya, pengarang buku nahu, bahasa, teknik, dan lain-lain, seorang yang berwawasan luas, menguasai banyak ilmu. Sebagian orang menyebutnya juga sebagai seorang ulama besar Mazhab Hanafi.
Kitab al-Akhbar at-tiwal (Buku Sejarah Panjang), sebuah ringkasan tentang sejarah, sudah diterbitkan di Cairo, Mesir, disunting oleh Abdul Mun‘im Amir, dan diterbitkan dalam serial Turatsuna (Pusaka Kita), di bawah pengawasan al-Wizarah as-Saqafiyyah (Kementerian Kebudayaan), 1960.
Dalam kitab ini, ia pertama-tama bercerita tentang kisah anak-anak Adam AS. Setelah jumlah mereka banyak, mereka menyebar di atas dunia. Kemudian dalam perkembangannya muncul perseli sihan di antara mereka. Setelah itu, ia melanjutkan sejarah manusia ini dengan menyebutkan sejarah para nabi, sampai ke Nabi Ismail AS, secara ringkas.
Kemudian ia memasuki pembahasan tentang sejarah bangsa Persia, dengan memfokuskan pada sejarah para raja dengan menyebutkan para penguasa yang semasa dengan mereka di Semenanjung Arabia dan di negeri Romawi. Ad-Dinawari juga menulis sejarah riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, baik pada masa di Mekah maupun di Madinah, yang ditulisnya dengan ringkas.
Setelah membahas sejarah Nabi Muhammad SAW, ia sama sekali tidak membahas sejarah politik Islam pada masa al-Khulafa’ ar-Rasyidun (empat khalifah besar: Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib) dan juga tidak mencantumkan peristiwa penting pada zaman mereka. Ia langsung membahas ekspansi Islam ke negeri Persia, tanpa menerangkan proses ekspansi Islam ke negeri lain, seperti Suriah, Mesir, dan Afrika Utara.
Dalam membicarakan ekspansi Islam ke Persia itu, ia secara terperinci menyebutkan urut-urutan peristiwa sampai terbunuhnya raja Persia yang terakhir, Khusra Yasdajird III, pada 30 H/651 M. Se telah itu, ia membahas secara singkat peristiwa pembaiatan Usman bin Affan sebagai khalifah ketiga dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah keempat.
Yang agak terperinci dibahasnya adalah peristiwa yang berhubungan dengan Perang Jamal, Perang Siffin, munculnya aliran Khawarij, terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, dibaiatnya Hasan bin Ali bin Abi Thalib, terbunuhnya Husein bin Ali bin Abi Thalib, kampanye Abdullah bin Zubair, pemberontakan Mukhtar bin Abi Ubaid (w. 67 H/687 M; pengikut Husein bin Ali bin Abi Thalib), pemberontakan al-As‘ad (w. 75 H/704 M) yang sempat menduduki kota Basrah, beberapa pemberontakan Khawarij, sejarah pemerintahan Bani Umayah, dan munculnya gerakan Abbasiyah sampai jatuhnya Bani Umayah.
Kemudian ia memasuki pembahasan sejarah para khalifah Bani Abbas sampai wafatnya al-Mu‘tasim bin ar-Rasyid pada 227 H/842 M. Sampai batas inilah yang dibahasnya dalam karya sejarahnya itu.
Ad-Dinawari tidak menyebutkan sumber pengambilan (pengutipan) informasi sejarah yang ditulisnya dalam kitabnya itu, karena berbeda dengan para sejarawan semasa dengannya, ia tidak menggunakan metode isnad (periwayatan), dan tidak pula menyebutkan buku yang dikutipnya.
Ia hanya mengatakan di awal tulisannya: “Saya mendapatkan dari beberapa buku ilmiah tentang sejarah masa lalu”, kemudian ia langsung memaparkan peristiwa sejarah dengan metode naratif dengan bahasa yang jelas. Di setiap awal tema baru, ia menyebutkan “qalu” (mereka mengatakan). Tentu yang dimaksudkannya dengan itu adalah para ilmuwan yang bukunya menjadi sumber rujukan baginya.
Sesekali, ia juga menyebutkan nama sejarawan yang dikutipnya, seperti Ubaid bin Syariah al-Jurhumi (pengarang Kitab al-Muluk wa Akhbar al-Madhiyyin Buku tentang Sejarah dan Sejarah Masa Silam), Ibnu Kayyis an-Namri, al-Kalbi, al-Asma‘i, asy-Sya‘bi, dan al-Haisam bin Adi.
Ketika membahas sejarah Khalifah Harun ar-Rasyid, ad-Dinawari menghimpun peristiwa yang terjadi dan disusunnya berdasarkan tahun, sebuah metode penulisan sejarah yang dikenal dengan nama al-hauliyat atau at-Tarikh ‘ala as-Sinin. Dalam tahun tertentu, ia menyebutkan nama yang meninggal pada tahun bersangkutan.
Metode yang digunakannya dalam menulis sejarah ini adalah meringkas dan mengambil intisari (peristiwa tertentu) dari kitab sejarah sebelumnya, terutama sejarah daulah islamiah.
Oleh karena itulah karyanya ini disebut dengan al-Akhbar at-Tiwal (Sejarah Panjang), sebuah karya yang menghimpun berita yang telah diramu sedemikian rupa dalam bentuk intisari, bukan sebuah karya sejarah yang menyeluruh yang menyebutkan sumber periwayatan secara terperinci dalam bentuk isnad.
Dari berita yang dituangkan dalam bukunya ini, ada indikasi bahwa ia juga memasukkan isra’iliyyat (berita Yahudi), sumber-sumber Persia, dan hikayat asal Irak dan Iran.
Menurut as-Silmi, seorang sejarawan kontemporer, melalui penelaahan terhadap Kitab al-Akhbar aq-Tiwal ini, tampak bahwa ad-Dinawari memiliki semangat kebangsaan Persia dan kecenderungan pemikiran Syiah. Sehubungan dengan itu, banyak sekali informasi yang berhubungan dengan fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan.
Dalam hal ini, ad-Dinawari merupakan pemula dalam menulis sejarah dalam bentuk ini. Akan tetapi, karena singkat sekali, pengaruhnya tidak begitu besar dalam penulisan sejarah pada masa berikutnya. Hal itu terbukti dengan sedikitnya para sejarawan sesudahnya yang mengutip kitabnya ini.
Daftar Pustaka
Duri, Abdul Aziz. The Rise of Historical Writing among the Arabs. Princeton: Princeton University Press, 1983.
Margoliouth, D.S. Lectures on Arabic Historians. New Delhi: Idarah-i Adabiyat-i Delli, 1977.
as-Silmi, Muhammad Shamil al-‘Alyani. Manhaj Kitabah at-Tarikh al-Islami.
Riyadh: Dar Thibah li an-Nasyr wa at-Tauzi‘, 1986.
Usman, Muhammad Fathi. al-Madkhal ila at-Tarikh al-Islami. Beirut: Dar an-Nafa’is, 1988.
az-Zarkali, Khairuddin. al-A‘lam, Qamus Tarajum li Asyhur ar-Rijal wa an-Nisa’ min al-‘Arab wa al-Musta‘ribin wa al-Mustasyrikin. t.tp.: Matba‘ah Kustansumas wa Syuraka’uh, 1954.
Badri Yatim