Abu Sufyan Bin Haris

(w. Madi­nah,­ 20 H/641 M)

Abu Sufyan bin Haris adalah sepupu dan saudara sesusuan Nabi Muhammad SAW dari Halimah binti Abi Dua’ib as-Sa‘diyah, seorang wanita kaya dan terkemuka. Nama lengkapnya adalah Abu Sufyan bin Haris bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf al-Qurasyi al-Hasyimi. Ada juga yang menyebutnya al-Mugirah.

Abu Sufyan bin Haris lahir dari seorang wanita yang bernama Gaziyah binti Qais bin Tarif dari keturunan Fihr bin Malik. Ia disebut sebagai orang yang berperawakan mirip dengan Nabi SAW, selain dengan Ja‘far bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, dan Qusm bin Abbas. Ia tidak mempercayai Nabi SAW, bahkan memusuhinya ketika beliau mulai menyebarkan Islam. Ia mengobarkan permusuhan terhadap Nabi SAW dan pengikutnya selama 20 tahun, yaitu sampai menjelang penaklukan kota Mekah (8 H/630 M).

Ia dikenal sebagai penyair yang menggubah syair berisi caci maki terhadap Nabi SAW dan agama Islam. Karena itu, penyair Islam, Hassan bin Sabit, ditugaskan Nabi SAW untuk menjawab syair itu dengan menggubah syair balasan untuk membela Nabi SAW dan mengutuk kaum musyrik.

Dalam Perang Badar Abu Sufyan berada di pihak Quraisy, ikut memerangi pasukan Islam. Dalam perang ini Abu Lahab, paman Nabi SAW yang juga tokoh Quraisy, tidak ikut serta dan digantikan seseorang yang bernama As bin Hisyam. Sekembalinya dari peperangan, Abu Sufyan mendatangi Abu Lahab untuk menceritakan jalannya peperangan dan kekalahan kaum musyrikin Quraisy.

Diceritakannya betapa gagah perkasa dan beraninya pasukan Islam dalam pertempuran. Ia mengakui melihat pasukan malaikat yang berpakaian putih terjun ke tengah medan peperangan membantu Nabi SAW dan pasukan Islam.

Menjelang Fath al-Makkah (hari penaklukan Mekah), ia dengan ditemani putranya, Ja‘far, mendatangi Nabi SAW untuk menyatakan masuk Islam. Ia datang secara sembunyi-sembunyi karena takut dibunuh orang Islam yang membencinya. Nabi SAW menerima pernyataan Islamnya, dan meminta kepada semua pengikut Islam untuk menerimanya sebagai saudara seagama dan memaafkan kesalahannya.

Setelah itu, ia ikut memasuki kota Mekah dalam  Perang Hunain bersama Nabi SAW. Dalam Perang Hunain ia menahan tali kekang kuda Rasulullah SAW yang hendak menyerbu ke tengah medan pertempuran menghadapi pasukan Hawazin dan Saqif. Keberaniannya mendapat pujian dari Nabi SAW dengan berharap ia dapat menjadi pengganti Hamzah bin Abdul Muthalib. Rasulullah SAW mencintainya dan bersaksi bahwa ia kelak akan masuk surga. Ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, ia amat bersedih, dan kesedihan itu diungkapkannya dalam bentuk syair yang panjang.

Ia meninggal pada tahun 20 H/641 M di Madinah dan dimakamkan di pekuburan Baqi (dekat Masjid Madinah).

Daftar Pustaka

al-Asqalani, Ibnu Hajar. Kitab al-Isabah fi Tamyiz ad-Sahabah. Beirut: Dar al-Fikr, 1978.
Ibnu Abdul Barr. Kitab al-Isti‘ab fi Asma al-Ashab. Beirut: Dar al-Fikr, 1978.
Ibnu al-Asir. al-Kamil fi at-Tarikh. Beirut: Dar Sadir, 1965.
–––––––. Usd al-Gabah fi Ma‘rifah as-Sahabah. Cairo: asy-Sya‘b, t.t.
Khalid, Khalid Muhammad. Rijal haul ar-Rasul. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

M Rusydi Khalid