Abu Bakar Atjeh adalah seorang ulama dan pengarang Indonesia yang menulis banyak buku tentang agama Islam, filsafat, tasawuf, sejarah, dan budaya Aceh. Kata “Atjeh” yang melekat pada namanya diberikan oleh Presiden Soekarno pada 1960, yang mengagumi keluasan ilmunya.
Ayah Abu Bakar Atjeh bernama Syekh Abdurrahman, imam Masjid Raya Kutaraja dan keturunan Kadi Sultan di Aceh Barat. Ia belajar mengaji Al-Qur’an pada ayahnya dan mempelajari ajaran Islam dari beberapa teungku di kampungnya. Ia mengawali pendidikan formalnya dari sekolah dasar Volksschool di Meulaboh, kemudian melanjutkannya ke Kweekschool Islamiyah (Sekolah Guru Islam) di Sumatera Barat.
Setelah itu, ia pindah ke Jakarta dan di sini ia mempelajari beberapa bahasaasing melalui kursus. Ia menguasai bahasa Arab, Belanda, dan Inggris, serta memahami bahasa Jepang, Perancis, dan Jerman. Ia juga mengerti beberapa bahasa daerah seperti bahasa Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, dan Gayo. Ia pernah menuntut ilmu di Mekah, namun tidak lama.
Pada masa sebelum kemerdekaan, zaman pendudukan Jepang, dan zaman setelah proklamasi, ia banyak melaku kan kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan. Kegiatan itu meliputi antara lain mendirikan Muhammadiyah di Kutaraja (1924), bekerja sebagai pegawai rendahan, kemudian menjadi pegawai senior.
Pada zaman Hindia Belanda ia menjadi pustakawan dan editor pada Kantor Urusan Dalam Negeri (1930–1941). Di masa pendudukan Jepang, ia menjadi pimpinan asrama dan pegawai perpustakaan pada Shomubu Nito Syoki (1944), di samping menjadi guru pada Latihan Kursus Kiai. Setelah proklamasi kemerdekaan ia menjadi pegawai pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (1945). Kemudian ia menjabat kepala Perpustakaan Islam Kementerian Agama di Yogyakarta (1946), anggota pimpinan Partai Masyumi di Yogyakarta (1946), dan menjadi pegawai tinggi pada Departemen (Kementerian) Agama Republik Indonesia (1947–1955).
Pada 1950, ia menjadi pemimpin redaksi Mimbar Agama, majalah resmi Departemen Agama. Pada 1948 bersama menteri Agama pada waktu itu, KH Masykur, ia memelopori gagasan penulisan Al-Qur’an Pusaka. Al-Qur’an tersebut berukuran 65 x 120 cm dan kini disimpan di Masjid Baitur Rahim, Istana Negara, Jakarta.
Abu Bakar Atjeh juga tercatat sebagai anggota pengurus penulisan sejarah untuk Monumen Nasional; anggota panitia pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta; pencetus berdirinya Masjid Agung al-Azhar di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan; pendiri Perpustakaan Kutub Khanah Iskandar Muda di Banda Aceh (1949–1950); dan pendiri serta pengurus Perpustakaan Islam di Jakarta yang kemudian dipindahkan ke Yogyakarta.
Sebagai ulama dan cendekiawan Abu Bakar Atjeh aktif memberikan pengajian agama di masjid-masjid, menjadi penceramah agama Islam pada Pusroh (Pusat Rohani) Angkatan Bersenjata RI Jakarta, dan menjadi dosen pada beberapa perguruan tinggi di Jakarta seperti IAIN, Universitas Ibnu Khaldun, dan Universitas Islam Jakarta. Pada tanggal 30 Januari 1967 ia menerima gelar doktor honoris causa dalam bidang Ilmu Agama Islam dari Universitas Islam Jakarta.
Sebagai pejabat tinggi Departemen Agama RI ia berkesempatan mengunjungi beberapa negara, seperti Filipina, Pakistan, Jepang (dalam rangka urusan mencetak Al-Qur’an), Arab Saudi (sebagai anggota delegasi Indonesia ke kongres Islam), dan Mesir (sebagai anggota rombongan menteri Luar Negeri). Pada hari tua sampai wafatnya, ia menjadi ikhwan Tarekat Kadiriyah Naqsyabandiyah yang berpusat di Suralaya.
Karya tulisnya yang diterbitkan meliputi antara lain Sejarah Al-Qur’an, cet. II, 1951, dan cet. VI, 1989; Sejarah Ka’bah dan Manasik Haji, cet. III, 1963; Sejarah Hidup KH A. Wahid Hasjim dan Karangan Tersiar, 1957; Sejarah Masjid dan Amal Ibadah di Dalamnya, 1955; Mutiara Akhlaq, 1959; Ahlus Sunnah Wal Jamaah: Keyakinan dan I’tiqad, 1969; Sejarah Filsafat Islam, cet. II, 1982, cet. III, 1989; Pengantar Ilmu Tarekat, cet. I, 1963 dan cet. V, 1988; Perbandingan Mazhab Syi’ah, Rasionalisme dalam Islam, cet. I, 1965, dan cet. II, 1980; Gerakan Salafiyah di Indonesia, 1970;
Perbandingan Mazhab Salaf, Islam dalam Masa Murni, 1970, cet. II, 1986; Wasiat Ibnu Arabi: Kupasan Hakikat dan Ma’rifat dalam Tasawuf Islam, 1976; Ilmu Fiqh Islam dalam Lima Madzhab, 1977; Pendidikan Sufi: Sebuah Upaya Mendidik Akhlaq Manusia, cet. II, 1985; Potret Dakwah Muhammad SAW dan Para Sahabatnya, 1986; Sekitar Masuknya Islam ke Indonesia, 1982; Toleransi Nabi Muhammad dan Para Sahabatnya, cet. II, 1984; Lee Sabooh Nang, buku bacaan anak-anak dalam bahasa Aceh; dan Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf.
Daftar Pustaka