Cina, Republik Rakyat (RRC)

Nama asli Republik Rakyat Cina adalah Zhonghua Renmin Gongheguo. Islam masuk ke Cina pada masa Dinasti Tang (618–907) melalui jalur darat dan laut. Kini umat Islam Cina bebas merayakan Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi. Pada masa Revolusi Kebudayaan (1966–1976), kebebasan beragama sempat terhenti.

Cina mengisi lembaran sejarah peradaban manusia sejak sekitar 6000–5000 SM. Sejak saat itu masyarakat Cina di tepi Sungai Kuning (Sungai Huang Ho; 4.600 km) mulai membuka lahan pertanian dan peternakan. Selama masa kekuasaan Dinasti Sung (kurang lebih 3.000 tahun lalu), masyarakat telah belajar cara menempa perunggu dan menggunakan peralatan besi. Keramik tembikar sudah diproduksi. Produksi kerajinan perak telah berkembang dengan baik. Bahkan teknik penatahan perak telah digunakan pertama kali di dunia pada masa itu.

Selama ribuan tahun Cina dikuasai oleh dinasti yang silih berganti dari waktu ke waktu. Sejak abad ke-21 SM sampai berdirinya RRC pada 1949, tercatat sembilan belas dinasti yang memerintah Cina. Dinasti terakhir yang memerintah Cina adalah Dinasti Qin (1644–1911). Salah satu raja Cina yang terkenal adalah Qin Shi Huang (Ying Zheng; memerintah 221–207 SM). Di bawah panji kekuasaannya, Qin Shi Huang berhasil menyatukan seluruh daratan Cina yang sangat heterogen dan terpecah-belah.

Dia juga berhasil membuat standarisasi penulisan; menetapkan ukuran berat; dan membangun sistem tata kota, Tembok Besar (Great Wall), kuburan besar, dan rumah peristirahatan agung di Xianyang, Lishan. Selain pencapaian peradaban secara fisik, Cina juga mempunyai banyak pemikir atau filsuf moral dan etika, antara lain Lao Tze (575–485 SM), Confusius (551–479 SM), Chuang Tzu (369–286 SM), dan Chang Tsai (1020–1077).

Sistem dinasti runtuh pada 1911 dalam sebuah revolusi rakyat, kemudian disusul dengan berdirinya Republik Cina yang dideklarasikan Dr. Sun Yat Sen (1866–1925). Dalam masa pemerintahan Republik Cina terjadi instabilitas politik akibat konflik bersaudara antara Kuo Min Tang (Partai Sun Yat Sen) dan Partai Komunis Cina yang antara lain didirikan Mao Zedong (1893–1976).

Pada awalnya kedua kelompok ini dapat bersatu dalam upaya mewujudkan Northern Expedition, yang dalam sejarah dikenal sebagai Great Revolution. Setelah Sun Yat Sen wafat, Kuo Min Tang di bawah pimpinan Jenderal Chiang Kaishek melancarkan kudeta pada 1927, membunuh para pengikut komunis dan rakyat revolusioner, serta mendirikan rezim Kuo Min Tang di Nanking.

Tindakan ini memicu pecahnya perang saudara yang berakhir pada 1949 dengan kemenangan di pihak Mao Zedong, yang segera diikuti dengan deklarasi negara komunis RRC pada 1 Oktober 1949 oleh ketua Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat Cina, Mao Zedong. Negara yang terletak di wilayah Asia Timur ini memiliki luas wilayah 9.600.000 km2 dan merupakan negara terluas ketiga di dunia (setelah Federasi Rusia dan Canada).

RRC terdiri dari 23 propinsi, 5 daerah otonom, dan 4 kota madya, dengan Beijing sebagai ibukota. Bahasa nasional adalah Putonghua (Mandarin), dan ada juga bahasa lokal yang masih dipakai beberapa suku, seperti bahasa Xiang dan Hakka.

Pada 2003-2012, kepala negara ialah Presiden Hu Jintao dan dibantu Wakil Presiden Zeng Qinghong. Adapun kepala pemerintahan ialah Perdana Menteri Wen Jiabao. Presiden dan wakil presiden dipilih oleh National People’s Congress (NPC) tiap lima tahun sekali.

Xi Jinping menggantikan Hu Jintao sebagai Presiden dan Sekjen Partai Komunis China pada 2012. NPC pada 2018 mengubah konstitusi negara untuk menghapus batas dua masa jabatan untuk memegang Kepresidenan China. Perubahan itu memungkinkan pemimpin saat ini, Xi Jinping, untuk tetap menjadi presiden China (dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis) untuk waktu yang tidak terbatas.

Islam di Cina. RRC tidak saja bersifat multietnik, tetapi juga multiagama. Agama pertama yang masuk ke Cina adalah Buddha pada abad ke-1. Buddha sudah populer di Cina pada abad ke-4 dan kini dianut sebagian besar penduduk. Hampir semua suku besar Cina menganut Buddha, seperti Tibet, Mongol, Lhoba, Moinba, Tu, Yugur (semua Buddha Tibet), Dai, Blang, dan Daeng (Buddha Theravada).

Ketika bermetamorfosis menjadi agama sekitar abad ke-2 SM, Taoisme menjadi kepercayaan Cina kuno yang juga memiliki banyak penganut. Sesungguhnya Taoisme adalah agama yang ajarannya bersumber dari filsafat Lao Tze yang sekaligus menjadi guru utama ajaran Tao. Agama Tao kini berkembang dan memiliki ribuan kuil dan puluhan ribu pendeta.

Agama Kristen dikenal di Cina beberapa saat setelah abad ke-7 dan semakin berkembang setelah Perang Opium pada 1840 antara Cina dan Inggris. Kini di Cina tercatat lebih dari 4 juta pemeluk Katolik. Protestan baru diperkenal­kan pada awal abad ke-19 dan sudah menyebar secara luas pasca-Perang Opium. Kini di Cina terdapat sekitar sepuluh juta penganut agama Protestan.

Pada masa kekuasaan Dinasti Tang telah terjadi kontak antara penguasa Cina dan Kerajaan Persia yang dipimpin Firuz, seorang muslim. Bahkan pemerintahan Dinasti Tang pernah mengutus langsung delegasinya menemui Khalifah Usman bin Affan (577–656) di Madinah. Sebagai balasannya, Khalifah Usman pada 25 Agustus 651 mengirim utusan pertamanya ke Cina menghadap Kaisar Yong Hui dari Dinasti Tang.

Melalui kontak dan pengiriman delegasi tersebut, Islam masuk ke Cina melalui jalur darat dan laut. Perjalanan darat dikenal dengan “jalur sutra” (silk road) yang membentang dari Arab sampai ke bagian barat laut Cina melalui Persia dan Afghanistan. Adapun perjalanan laut ditempuh dari Teluk Persia dan Laut Arab sampai ke pelabuhan Cina, seperti Guangzhou, Quanzhou, Hangzhou, dan Yangzhou melalui Teluk Benggala, Selat Malaka, dan Laut Cina Selatan.

Pada abad ke-7 dan 8 hubungan antara Cina dan dunia Arab terjalin erat sekali. Kerajaan Islam Arab sekurang-kurangnya 37 kali mengirim utusan ke Cina selama 147 tahun (651–798). Para pedagang Arab dan Persia yang berniaga ke Cina secara perseorangan umumnya beragama Islam. Para pedagang itu menetap dan kemudian menikah dengan wanita setempat.

Keturunan mereka menjadi cikal bakal penduduk muslim Cina yang selama generasi selanjutnya memeluk Islam. Pada kota pelabuhan, umat Islam mendirikan banyak masjid. Di daerah pesisir terdapat tiga masjid besar kuno: Masjid Huai Sheng (Masjid Kuang Ta ‘Masjid Singa’) di Guangzhou, yang didirikan pada abad ke-7; Masjid Qi Lin (Masjid Sheng Yo) di Quanzhou, yang didirikan pada 1009; dan Masjid Zhen Jiao (Masjid Phoenix) di Hangzhou, yang didirikan pada 1260–1281 (versi lain: 1314–1340).

Selain masjid tersebut, ada satu masjid yang dibangun pada masa Dinasti Tang, yaitu Masjid Niu Jie (Masjid Jalan Lembu) di Jalan Niu Jie, Beijing, yang dibangun pada 996. Di dalam masjid ini terdapat dua makam orang muslim asing, yaitu makam Ahmad (ulama dari Persia) dan makam Ali (ulama dari Bukhara), yang datang ke Cina untuk menyebarkan agama Islam.

Pada awal abad ke-13 banyak orang Islam dari Asia Tengah dan Barat menjadi tentara Mongol dalam ekspedisi ke Barat yang dipimpin Jengiz Khan. Pada umumnya mereka terdiri dari bangsa Xi Yu, yang oleh Dinasti Yuan (1206–1368) disebut bangsa Se Mu. Pada waktu itu bangsa Se Mu memiliki status sosial lebih tinggi daripada bangsa Han, meskipun lebih rendah daripada bangsa Mongol.

Banyak prajurit muslim ditempatkan di medan perang dan untuk mereka Dinasti Yuan membangun masjid di berbagai tempat, seperti Masjid Song Jiang di Shanghai yang dibangun selama 1341–1368. Pada tembok ruang besarnya terdapat ukiran emas ayat Al-Qur’an. Juga dibangun pada 1265–1274 Masjid Xian He (Masjid Bangau Suci) di Propinsi Yangzhou, yang kemudian hari dibangun kembali oleh Hasan, seorang ulama yang kemudian turut dalam pelayaran dagang Cheng Ho ke Asia Tenggara pada 1390.

Tokoh Cheng Ho konon merupakan keturunan ke-6 dari Sayidina Syamsuddin (1211–1279), seorang pejabat tinggi Dinasti Yuan yang telah berjasa besar dalam memimpin­ pembangunan dan penyebaran Islam di Propinsi Yunan. Pada masa Dinasti Yuan tidak sedikit pejabat tinggi memeluk agama Islam dan melalui mekanisme­ ini, Islam tersebar luas di Cina.

Kaisar Dinasti Ming (1368–1644) juga mementingkan para tokoh muslim. Mereka mendirikan masjid dan menghormati agama Islam. Sebagai contoh, Masjid Hua Jue (Masjid Dong Ta) di Xian dibangun pada awal kekuasaan Dinasti Ming. Juga Masjid Jing Jue di Nanking dibangun selama 1368–1398.

Masjid Dong Si di Beijing yang dibangun pada 1447 memiliki ruang salat dengan kapasitas 500 jemaah. Masjid Dong Guan di Xining, ibukota Propinsi Qinghai, dibangun selama 1368–1398. Meskipun banyak membangun­ masjid, atas nama akulturasi, dinasti ini melarang bangsa Hui yang muslim memakai pakaian, bahasa, dan nama marga bangsanya sendiri.

Sebagaimana kebijakan dinasti sebelumnya, para penguasa Dinasti Qing (1616–1619) pada mulanya juga menjalankan politik toleransi terhadap umat Islam. Tetapi sejak meletus pemberontakan bangsa Hui di Propinsi Shanxi dan Guangzhou pada 1789, para kaisar Dinasti Qing berbalik menindas umat Islam.

Sungguhpun umat Islam tertindas, pada pertengahan abad ke-19 umat Islam Cina berhasil menerjemahkan beberapa juz Al-Qur’an ke dalam bahasa Cina, misalnya Hai Ti Jie terjemahan Ma Zhiben. Kemudian muncul Bao Ming Zhen Jing Zhi Jie, yakni terjemahan Ma Fuchu selama 1858–1874.

Penerjemahan Al-Qur’an secara lengkap semakin semarak pada abad ke-20, misalnya Al-Qur’an terjemahan Li Tiezheng (Beijing, 1927), Al-Qur’an dalam bahasa Han terjemahan Ji Juemi dan kawan-kawannya (Shanghai, 1931), Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an karya Wang Wenqing (Wang Jingzhai) yang diterbitkan di Beijing (1932) dan Shanghai (1946), Terjemah Al-Qur’an serta Asbab an-Nuzul-nya karya Liu Jingbiao (Bei-jing, 1943), Terjemah Al-Qur’an Berbentuk Lirik karya Zhang Bingduo (Shanghai, 1946), dan Makna Penting Al-Qur’an terjemahan Yang Zhongming/Yang Jingxiu (Beijing, 1947).

Penerbitan Al-Qur’an dengan berbagai versinya masih terus berjalan, misalnya Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an karya Shi Zhizhou yang terbit di Taipei (1958) kemudian dicetak kembali di Hongkong (1975). Aktivitas penerbitan Al-Qur’an secara perseorangan juga bermunculan, misalnya ada dua publikasi tentang Al-Qur’an, Terjemah Al-Qur’an karya Ma Jian (Beijing, 1981) dan Terjemahan Al-Qur’an secara Lirik oleh Lin Song (Beijing, 1988).

Ketika RRC berdiri pada 1949, konstitusi dan undang-undang negara ini menjamin kebebasan beragama penduduknya sehingga Cina menjadi tempat yang sangat subur bagi berkembangnya berbagai macam keyakinan dan agama. Pada 1953 sebuah organisasi Islam nasional, Asosiasi Islam Tiongkok, didirikan atas sponsor para tokoh umat Islam Cina ternama, seperti H Burhan Syahidi, H Syekh Nur Muhammad Ta Puseng, dan H Ma Jian.

Pada 1955 organisasi ini membangun Madrasah Islam Tiongkok di Beijing dengan misi khusus mendidik imam masjid yang tersebar di berbagai propinsi. Organisasi ini juga mendorong­ penulisan, penerjemahan ke dalam bahasa Mandarin,­ serta penerbitan buku keislaman. Salah satu buku yang sangat berbobot ialah Kumpulan Catatan Kuno tentang Bangsa Hui yang terdiri dari 9 volume dan 55 jilid.

Buku ini merekam bangsa Hui dan perkembangan agama Islam sepanjang masa. Selama 1981–1982 Asosiasi Islam Tiongkok juga berhasil mencetak Al-Qur’an edisi bahasa Arab dari Mesir sejumlah 160.000 eksemplar. Mendirikan serta memugar masjid adalah aktivitas lain organisasi ini, seperti Masjid Dan Guan (1981) di Ningsia, ibukota daerah otonom bangsa Hui.

Pada 1955–1990 asosiasi ini memberangkatkan sekitar 11.000 jemaah haji, dan sejak 1993 jemaah haji Cina berjumlah lebih dari 5.000 orang tiap tahun. Selain itu, asosiasi ini juga menjalin persahabatan dengan umat Islam di negara lain.

Di Cina penganut agama Islam juga merayakan hari raya *Idul Fitri, *Idul Adha, dan *Maulid Nabi. Politik kebebasan beragama sempat terhenti ketika terjadi Revolusi Kebudayaan pada tahun 1966–1976, tetapi sesudah tahun 1976 semua kegiatan keagamaan di Cina kembali normal. Pada 1979 delegasi muslim Cina, yang diwakili H Kemaluddin Bai Shouyi, diundang menghadiri simposium agama Islam di Aljazair dan memberikan presentasi tentang Islam di Cina.

Dewasa ini penduduk Cina berjumlah sekitar 1.448.766.205 (data 2022). Mayoritas penduduk adalah suku bangsa Han (92%) dan sisanya (8%) terbagi dalam 55 bangsa minoritas. Sepuluh dari 55 bangsa minoritas tersebut beragama Islam. Suku-suku bangsa tersebut adalah Hui, Uigur, Kazakh, Kirghiz, Tatar, Uzbek, Tajik, Dongxiang, Salar, dan Bonan.

Meskipun umat Islam berada pada suku minoritas, RRC merealisasikan otonomi daerah bagi suku bangsa minoritas tersebut. Dalam kongres rakyat, Majelis Permusyawaratan Politik dan pemerintah di berbagai tingkat mengakomodasi wakil atau kader umat Islam. Akomodasi struktur negara terhadap umat Islam bisa terjadi antara lain karena umat Islam berhasil menjalankan politik asimilasi dengan ideologi komunis Cina.

Para aktivis politik Islam Cina dari suku Hui sangat aktif di partai komunis, namun tetap menjalankan ibadah sehari-hari. Di antara mereka bahkan ada yang tercatat sebagai penganut tarekat. Mereka mengatakan,­ “Kami meletakkan komunisme di kepala kami, dan kami meresapi Islam di hati kami.” Akan tetapi di luar mereka yang dapat beradaptasi dengan kultur politik setempat, ada pula sekelompok muslim Cina yang sampai kini melakukan gerakan oposisi, yang kemudian terkenal dengan nama Basmachi (Freeman’s Movement).

Daftar Pustaka

Gladney, Dru C. “The Hui, Islam, and The State: A Sufi  Community in China’s Northwest Center,” Muslims in Central Asia: Expressions of Identity and Change, ed. Jo-Ann Gross. Durham and London: Duke University Press, 1992.
de Graaf, H.J. Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI: Antara Historisitas dan Mitos, terj. al-Fajri. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998.
Rafiq Khan, M. Islam in China. Delhi: National Academy, 1963.
Sukisman, W.D. Sejarah Cina Kontemporer. Jakarta: Pradnyaparamita, 1993.
Thayib, Anshari. Islam di Cina. Surabaya: Amar Press, 1991.
Voll, John Obert. “Soviet Central Asia and China: Integration or Isolation of Muslims Societies,” Islam in Asia: Religion, Politics, and Society, ed. John L.
Esposito. New York and Oxford: Oxford University Press, 1987.
Wijayakusuma, Hembing. Muslim Tionghoa Cheng Ho: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2000.
https://www.worldometers.info/world-population/china-population/, diakses pada 17 Maret 2022.

Din Wahid

Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)