Badan Pembina Perpustakaan Masjid Indonesia

(BPPMI)

Lembaga swadaya masyarakat ini bergerak di bidang pembinaan perpustakaan masjid, musala, dan langgar di seluruh Indonesia. BPPMI didirikan pada 10 Syakban 1411/25 Februari 1991 di Jakarta. Perpustakaan masjid menjadi penting karena dapat memperluas pengetahuan­ agama dan ilmu pengetahuan lainnya.

BPPMI didirikan untuk memfungsikan tempat ibadah masjid, musala, dan langgar sebagai pusat informasi pembangunan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, di samping sebagai pusat ibadah umat Islam. BPPMI bertujuan untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pembangunan nasional dengan membina dan mengembangkan perpustakaan masjid sebagai bagian kegiatan ta‘mir al-masjid (memakmurkan masjid dengan kegiatan ibadah).

Pembentukan BPPMI dilatarbelakangi imbauan Presiden Soeharto (memerintah 1967–1998) pada pidato pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat nasional ke-16 di Yogyakarta pada 4 Februari 1991. Dalam pidatonya, Presiden Soeharto mengimbau umat Islam agar memfungsikan masjid sebaik-baiknya dalam rangka pembangunan, terutama untuk meningkatkan kecerdasan umat.

Dikatakannya pula bahwa pengembangan perpustakaan masjid menjadi penting karena dengan perpustakaan tersebut pengetahuan keagamaan sekaligus ilmu pengetahuan dapat diperluas.

Imbauan Presiden Soeharto disambut baik kaum muslim. Sehari setelah pidato tersebut, Dewan Masjid Indonesia mengeluarkan pernyataan yang isinya menyambut hangat pengembangan perpustakaan masjid dan mengharapkan partisipasi para penerbit untuk segera mewujudkannya. Pada 8 Februari 1991, para penerbit menyatakan dukungan terhadap imbauan Kepala Negara tersebut dan harapan Dewan Masjid Indonesia.

Untuk mewujudkan semua itu, Dewan Masjid Indonesia membentuk tim kecil yang beranggotakan sepuluh orang untuk mempersiapkan pembentukan badan pembina perpustakaan masjid.

Pada 25 Februari 1991 di Masjid Istiqlal, Jakarta, H Munawir Sjadzali, M.A. (Menteri Agama Kabinet Pembangunan IV dan V) mengukuhkan dan melantik personalia BPPMI: Ir. Cacuk Sudaryanto sebagai ketua umum(dibantu enam wakil ketua), Ny. Hj Upi Azmi sebagai ketua pelaksana (dibantu sekretaris umum dan empat wakil), dan H Razali Usman, S.H. sebagai bendahara umum (dibantu seorang wakil).

Sebagai badan otonom dari Dewan Masjid Indonesia, BPPMI berkedudukan di ibukota negara dan mempunyai susunan organisasi vertikal di provinsi, kabupaten/kotamadya, dan kecamatan di seluruh Indonesia.

Untuk mencapai tujuannya, BPPMI melaksanakan berbagai usaha:

(1) mendorong dan mengusahakan terbentuknya perpustakaan di setiap masjid;

(2) menyelenggarakan penataran, penyuluhan, dan bimbingan terhadap perpustakaan masjid;

(3) membantu mengadakan koleksi bahan pustaka yang sesuai dengan perpustakaan masjid; (4) melakukanpenelitian di lingkungan perpustakaan masjid;

(5) mengkoordinasikan kegiatan perpustakaan masjid di daerah;

(6) mengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah maupun swasta untuk mengembangkan perpustakaan masjid;

(7) mengadakan kerja sama maupun studi perbandingan dengan negara yang telah mempunyai perpustakaan masjid yang baik; dan

(8) mengadakan kegiatan lain yang dapat menunjang terlaksananya tujuan BPPMI.

Di sampingitu, BPPMI menjalin kerja sama dengan para penerbit buku Islam. Sehubungan dengan itu, BPPMI menyelenggarakan berbagai kegiatan di beberapa daerah, seperti Festival Buku dan Budaya Islam (1991) di Masjid Agung Medan, Festival Ilmu dan Budaya Islam (FIBI, 1992) di Pontianak, dan Festival Baiturrahman (18 Juli 1992) di Banda Aceh.

Pada hari jadinya yang pertama, BPPMI Pusat menyelenggarakan Pameran Buku Islam dan Teknologi (Bistek Fair ‘92) yang bertempat di arena Pekan Raya Jakarta. Pada pameran ini juga digelar kegiatan seminar dan sarasehan, lokakarya komputerisasi Al-Qur’an, penataran pengelola perpustakaan masjid, dan lomba minat baca.

Demikian pula pada hari jadinya yang kedua, BPPMI Pusat menyelenggarakan Pameran Bistek Plus ‘93 yang diadakan di arena Masjid Istiqlal, Jakarta. Pada pameran tersebut diselenggarakan pula Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I yang berlangsung pada 4–7 Februari 1993. Pameran Bistek Plus juga diselenggarakan oleh beberapa pengurus wilayah BPPMI di daerah.

BPPMI telah menetapkan program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Program Kerja Jangka Pendek ditentukansetiap 5 tahun.

Program Kerja Jangka Menengah BPPMI adalah sebagai berikut:

(1) membentuk organisasi BPPMI tingkat kabupaten/kotamadya dan tingkat kecamatan;

(2) menyelenggarakan pendidikan dan latihan (diklat) tipe 100 jam untuk seluruh Daerah Tingkat (Dati) II di Indonesia;

(3) memperkenalkan koleksi alat pandang dengar untuk semua perpustakaan masjid di Dati II;

(4) menerbitkan berbagai buku panduan, antara lain teknik membuat kliping, teknik bercerita, dan teknik layanan;

(5) membangun 350 perpustakaan masjid percontohan di seluruh Dati II;

(6) memperkenalkan berbagai jenis layanan paket di daerah permukiman;

(7) meningkatkan budaya baca umat Islam;

(8) menyelenggarakan pameran buku;

(9) mengadakan pendidikan bagi pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan masjid; dan

(10) menjalin kerjasama antar perpustakaan, baik di dalam maupun di luar negeri.

Adapun Program Kerja Jangka Panjang (25 tahun) BPPMI meliputi kegiatan pembinaan dan pengembangan di berbagai bidang: (1) sarana dan prasarana; (2) ketenagaan; (3) koleksi bahan pustaka; (4) pelayanan perpustakaan; (5) anggaran perpustakaan; (6) organisasi dan manajemen; dan (7) kualitas sumber daya manusia yang berwawasan luas, produktif, inovatif, mandiri, dan berjiwa wiraswasta.

Dalam upaya pembinaan motivasi, BPPMI telah menyelenggarakan Pelatihan Tenaga Pelatih Tingkat Nasional (3–15 Juni 1991) di Ciawi, Bogor. Kemudian pelatihan serupa dilanjutkan di berbagai daerah tingkat I dan II di seluruh Indonesia bersama dengan ICMI dan ormas Islam lainnya.

BPPMI mencanangkan Gerakan Wakaf Buku untuk membudayakan wakaf buku kepada perpustakaan Islam. Pencanangan Gerakan Wakaf Buku tingkat nasional dilakukan beberapa pejabat tinggi negara pada 14 November 1992, antara lain oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan; Menteri Negara Riset dan Teknologi B.J. Habibie, dan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Azwar Anas.

Dalam kaitan pengembangan perpustakaan masjid, Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI) dan Kementerian Agama pada 2018 telah menggagas perpustakaan Islam modern dan berbasis digital. Perpustakaan Masjid Istiqlal nantinya dijadikan salah satu pilot project perpustakaan masjid, yang menyediakan banyak referensi buku-buku keagamaan dan perpustakaan berbasis digital.

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasaruddin Umar, menyambut baik perhatian dari Kemenag untuk mewujudkan perpustakaan tersebut. Dia menyampaikan visi perpustakaan Masjid Istiqlal adalah mewujudkan perpustakaan Islam modern dengan koleksi berkualitas, sistem pengelolaan yang mutakhir, dan SDM yang profesional.

Daftar Pustaka

BPPMI. Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I BPPMI. Jakarta: BPPMI, 1993.

BPPMI Pusat. Direktori Pameran Buku Islam dan Teknologi. Jakarta: BPPMI Pusat, 1992.

__________. Direktori Pameran Buku Islam, Teknologi, dan Budaya. Jakarta: BPPMI Pusat, 1993.

__________. Laporan Kegiatan HUT BPPMI ke-2. Jakarta: BPPMI Pusat, 1993.

https://muslim.okezone.com/read/2021/08/19/614/2457657/masjid-istiqlal-segera-miliki-perpustakaan-islam-modern-berbasis-digital, diakses pada 12 Maret 2022.

 Atjeng Achmad Kusaeri

Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)