Aya Sofia

Aya Sofia adalah sebuah bangunan peninggalan Kerajaan Romawi Timur di Constantinopel, pusat Kristen Timur pra-Islam. Semula bangunan ini adalah gereja, lalu masjid, dan terakhir­ museum. Sebelumnya Constantinopel­ bernama Bizantium, tapi Constantinus Agung (± 280–337), kaisar Romawi, menggantinya menurut namanya sendiri:­ Constantinopel. Kini kota itu bernama Istanbul, sebuah kota terpenting di Turki.

Aya Sofia sebagai gereja umat Kristen Timur yang dibangun Constantius, putra Kaisar Constantinus Agung, pada mulanya berupa basilika­ yang ditahbiskan pada tahun 360. Gereja Aya Sofia telah beberapa­ kali mengalami perbaikan karena kebakar­an­ dan terkena gempa bumi.

Gereja ini menjadi lebih besar, megah, dan indah pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus (527–565), yang melambangkan kejayaan Kekaisaran Romawi Ti­mur pada saat itu, dan diresmikan pada 27 Desember 537. Bangunan­nya dibuat berbentuk ku­bah agar tahan terhadap gempa. Pada 7 Mei 558, di masa Kaisar Justinianus, kubah sebe­lah­ timur runtuh terkena gempa pula, kemu­dian diperbaiki de­nga­n meninggikan kubah serta memperkuat­ tiangnya.

Pada 26 Oktober 986, pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (± 958–1025) bangunan Aya Sofia kembali mengalami­ kerusakan akibat gempa yang meruntuhkan seba­gian kubahnya. Kemudian, ketika orang Latin menyerang Constantinopel, gereja ini mengalami kerusakan berat, lalu dibangun kembali dengan lebih kokoh. Perbaikan besar-besaran dilakukan pada awal abad ke-14.

Keistimewaan­ bangunan Gereja Aya Sofia terletak pada bentuk bangunan kubahnya yang besar dan tinggi, ukuran tengahnya 30 m, tingginya dari fundamen 54 m. Interiornya dihiasi dengan mosaik­ dan fresko, tiangnya terbuat dari pualam berwarna-warni, dan dindingnya dihiasi pula dengan berbagai ukiran.

Ketika Constantinopel jatuh ke tangan tentara Islam di bawah pimpinan Sultan Muhammad II (Muhammad al-Fa-tih; memerintah 1444–1446 dan 1451–1481 pada 27 Mei 1453, nama kota tersebut diganti menjadi Istanbul, dan dijadikan ibukota Kerajaan Usmani.

Begitu Constantinopel­dapat direbut dan Gereja Aya Sofia berhasil dikuasai, Sultan Muhammad al-Fatih mengumandangkan takbir (Allahu Akbar) dan melakukan salat syukur. Sejak itu pula Gereja Aya Sofia di­jadikan masjid yang ke­mudian terke­nal dengan nama Masjid­ Aya Sofia.

Pengalihan fungsi bangunan Aya Sofia dari gereja­ menjadi masjid diikuti pula dengan perubahan­ dan penambahan pada bagian tertentu baik bagian dalam maupun bagian luar seperti mimbar, mihrab, dan menara agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan masjid. Pada masa Sultan Muhammad al-Fatih dibuat sebuah bangunan menara di bagian selatan.

Sultan Salim II (memerintah 974 H/1566 M–982 H/1574 M) membangun pula sebuah menara di bagian timur laut. Sultan Murad III (memerintah  982 H/1574 M–1003 H/1595 M) membangun dua buah menara dan mengubah bagian bangunan lain yang bercirikan gereja, termasuk mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit.

Sejak abad ke-14, bagian selatan bangunan dijadikan tempat pemakaman para sultan Usmani. Pada tahun 1847, pada masa pemerintahan Sutan Abdul Majid (memerintah 1225 H/1839 M–1277 H/1861 M), diadakan pula perbaikan untuk mencegah terjadinya kerusakan.

Di sekeliling bangunan dibuat pula tembok agar bangunan Masjid Aya Sofia terhindar dari gempa. Masjid tersebut dilengkapi­ pula dengan ruang perpustakaan. Pada 1906 menteri pendidikan Kerajaan Usmani meng­adakan perbaikan pada ruangan ini secara menyeluruh

Dengan adanya perbaikan dan perubahan pada bagian-bagian tertentu, bangunan Aya Sofia tampil sebagai bangunan indah yang bercorak Islam. Bangunan Aya Sofia sebagai karya puncak arsitektur Bizantium banyak mengilhami para arsitek Turki dalam mendesain­ bangunan masjid di Istanbul dan wilayah sekitarnya, sebagaimana tampak pada gaya arsitektur masjid di Turki.

Setelah hampir 5 abad dijadikan masjid, penguasa baru Turki, Mustafa Kemal Atatürk, seorang­ muslim nasionalis, menjadikan Masjid Aya Sofia    museum. Sejak tahun 1923 fungsi Aya Sofia berubah dan berada di bawah pengawasan pemerintah Turki. Bangunan Aya Sofia masih berdiri tegak sampai sekarang.

Daftar Pustaka

Frishman, Martin and Hasanuddin Khan,ed. The Mosque: History, Architec tural Development and Regional Diversity. London: Thames and Hudson, 1994.
Grabar, Oleg. The Formation of Islamic Art. New Haven and London: t.p., 1973.
Hedin, Sven. Dari Kutub ke Kutub, terj. M. Rassat. t.p, t.t.
Israr, C. Sejarah Kesenian Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
James, David. Islamic Art: An Introduction. London: Hamlyn, 1974.
Majid, Abdul Mun‘im. Muqaddimah li Dirasah at-Tarikh al-Islami. Cairo: Anglo al-Misriyah, 1971.
Sussheim, K. “Aya Sofya,” The Encyclopaedia of Islam, New Edition. Leiden: E.J.Brill, 1979.
Syalabi, Ahmad. Mausu‘ah at-Tarikh al-Islami wa al-Hadarah al-Islamiyyah. Cairo:an-Nahdah al-Misriyah, 1977.

J. Suyuti Pulungan