Afghanistan adalah sebuah negara republik di Asia Tengah. Hampir seluruh penduduknya menganut agama Islam, yang sebagian besar adalah Suni. Islam sangat berpengaruh dalam segala aspek kehidupan mereka. Apabila ini terusik, rakyat akan gusar, seperti tampak dalam perjuangan panjang Mujahidin (gerilyawan muslim) menentang pemerintah yang prokomunis.
Negara Republik Afghanistan berbatasan dengan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Tajikistan di utara, Republik Rakyat Cina di timur laut, Pakistan di timur dan selatan, serta Iran di barat. Luas: 647.500 km2 (sedikit lebih luas dari wilayah Indonesia di Kalimantan). Penduduk: 40.400.000 (data 2022). Kepadatan penduduk: 60/km2. Agama: Islam (99%), yang terdiri dari Suni 84% dan Syiah 15%. Bahasa resmi: Pushtu, Dari (Persia). Ibukota: Kabul. Satuan mata uang: Afghani.
Secara geografis, wilayah Afghanistan dapat dibagi tiga: Dataran Utara, Pegunungan Tengah, dan Dataran Selatan. Dataran Utara (sekitar 100.000 km2) merupakan daerah pertanian yang subur. Pegunungan Tengah (sekitar 410.000 km2) merupakan rangkaian perpanjangan Pegunungan Himalaya dan mencakup Pegunungan Hindu Kush, dengan beberapa puncak yang lebih tinggi dari 6.400 m, sehingga penduduk Asia Tengah menjulukinya “atap dunia.” Dataran Selatan (sekitar 130.000 km2) terdiri dari gunung-gunung dan daerah semikering.
Sebagian besar penduduk Afghanistan adalah campuran dari beberapa bangsa pendatang, seperti Persia, Arab, Turki, Mongolia, dan Asia lainnya. Terdapat 20 kelompok etnik dengan bahasa dan kebudayaan yang berbeda, tetapi dipersatukan oleh bahasa resmi Pushtu dan Dari (Persia). Etnik terbesar adalah Pushtun (Pathan) dan Tadzik. Gabungan keduanya sekitar 70% dari seluruh penduduk.
Arti penting Afghanistan dalam sejarah Islam dapat terlihat dari dua hal: (1) perjuangannya yang panjang untuk membentuk pemerintahan islami, dan (2) banyaknya ulama bertaraf internasional yang lahir dari Afghanistan. Islam masuk ke Afghanistan sejak masuknya Asim bin Umar Attamimi pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa pemerintahan Usman bin Affan, Islam telah memasuki Kabul.
Sejak 870 pengaruh Islam mengakar di seluruh negeri, terutama di bawah futuat (penaklukan) Mahmud Ghaznawi. Bangsa Mongol di bawah Jengiz Khan menyerbu Afghanistan pada 1219. Ketika tentara Mongol (Mughal) menyerbu kota Bulkh dan Mizar Syarif, di sana terdapat seribu sekolah agama dan dari sana banyak yang mengajar dan belajar di Bukhara, Uzbekistan.
Ketika Kerajaan Mughal mulai terpecah-pecah, muncul banyak kota yang berdaulat di Afghanistan. Sampai awal abad ke-17 terjadi peperangan antarsuku, dan suku yang bertikai baru dapat bersatu pertama kalinya pada 1747 di bawah pimpinan Ahmad Syah Durrani. Perang saudara terjadi lagi pada 1819, dan berakhir pada 1835 ketika Dost Muhammad Khan dapat menguasai Afghanistan dan mengangkat dirinya menjadi emir.
Pada 1878–1881 muncul ekspedisi pertama Inggris, yang mengobarkan peperangan. Sesudah itu Afghanistan menjadi semacam protektorat Inggris. Akibat mundurnya Inggris pada 1919, Afghanistan menjadi negara yang merdeka penuh di bawah pemerintahan Amanullah Khan, presiden pertama Afghanistan 1919. Pada 1923 disahkan suatu UUD, dan pada 1925 Afghanistan dinyatakan sebagai kerajaan. Selama Perang Dunia I dan II, negeri ini netral.
Pada tahun 1933, Muhammad Zahir Syah menjadi raja. Semula pemerintahannya diterima baik oleh masyarakat. Namun kemudian Amerika Serikat (AS) berusaha menanamkan pengaruh, dengan membujuk Zahir Syah agar mengadakan revolusi kebudayaan. Sementara itu Uni Soviet juga ingin menumbuhkan pengaruh. Pada 1953 Raja Zahir Syah mengangkat sepupunya, Muhammad Daud, menjadi perdana menteri. Ia adalah kader komunis.
Melihat keadaan ini umat Islam merasa bahwa pemerintahan Afghanistan telah jauh menyimpang dari ajaran Islam, sehingga mereka mulai bergerak dengan membentuk organisasi. Maka muncullah Perjuangan Gabungan Mahasiswa Muslim yang bernama Juanan Muslim, tetapi kemudian berubah nama menjadi al-Jam‘iyyah al-IslÎmiyyah (1968) di bawah pimpinan Burhanuddin Rabbani.
Pada masa selanjutnya, Uni Soviet semakin marah melihat perkembangan Islam. Pada 1972, di bawah pengaruh Uni Soviet, Muhammad Daud menggantikan Zahir Syah. Namun pada April 1978 Daud tewas dibunuh. Noor Taraki kemudian diangkat menjadi presiden. Ulama mengeluarkan fatwa untuk mengutuk dan mengafirkan Taraki, dan mewajibkan perang jihad untuk menggulingkannya. Dari sinilah dimulai perjuangan kaum Mujahidin Afghanistan. Hafizullah Amin yang menggantikan Taraki juga tidak dipercaya rakyat dan ulama, meskipun ia menawarkan perbaikan negara.
Akhirnya Uni Soviet memasuki Afghanistan pada 27 Desember 1979 dengan membawa presiden bonekanya, Babrak Karmal. Invasi itu mendapat kutukan internasional, antara lain dari presiden AS, Jimmy Carter, yang memboikot Olimpiade Moskwa. Sejak itu sejumlah besar penduduk mengungsi ke negara tetangga, Pakistan.
Selanjutnya para pejuang Mujahidin menggunakan taktik gerilya. Perjuangan Mujahidin semakin kuat ketika tahun 1983 kaum Mujahidin dari tujuh organisasi bergabung menjadi satu dengan anggaran dasar yang berisi: (1) nama organisasi adalah “Persatuan Mujahidin Islam Afghanistan”; (2) tujuan organisasi adalah menegakkan kalimatullah, memerdekakan negara Afghanistan dari kekuasaan kafir dan komunis, mendirikan pemerintahan Islam di Afghanistan, mencegah fitnah dan kerusakan, dan melarang semua bentuk kegiatan yang tidak islami; (3) dasar organisasi bertolak dari ayat Al-Qur’an: “Kedaulatan menetapkan hukum hanyalah hak mutlak Allah” (QS.12: 40).
Sebagai ketua dan komandan tertinggi, diangkat Abdul Rabbani Rasul Saiyat. Peperangan memuncak pada 1987 ketika AS dan Inggris memberi bantuan senjata. Uni Soviet menderita kerugian besar.
Pada pertengahan Februari 1989, Uni Soviet menarik seluruh tentaranya dari Afghanistan. Langkah ini diambil, selain karena tekanan internasional, juga karena korban jiwa tentaranya dan kerugian materiil.
Setelah pasukan Uni Soviet ditarik, dua hal pokok yang paling dirasakan penduduk sipil Afghanistan adalah ketiadaan pangan dan kurangnya jaminan keamanan. Keadaan ini bertambah buruk ketika gerilyawan Mujahidin di bawah pimpinan Ahmad Syah Masyhood melakukan sabotase pada dua jalur logistik yang sangat vital ke Kabul, yaitu jalur lintasan utara (Jalur Salang) yang menghubungkan Kabul dengan Uni Soviet, dan jalur lintasan timur yang menghubungkan Kabul dengan Jalalabad dan Pakistan.
Pihak Mujahidin terus melawan pasukan pemerintah Najibullah (sejak 1987), karena para pemimpin agama mengeluarkan fatwa bahwa rezim itu adalah kafir, dan mati dalam peperangan melawan rezim ini berarti mati syahid. Pada 12 April 1989, sekitar 20.000 pasukan Mujahidin menyerang kota Jalalabad dari tiga jurusan. Serangan Mujahidin ini baru dapat dihentikan setelah pihak pemerintah mengerahkan seluruh mesin perang yang dimiliki. Perang itu membuat 5 juta penduduk sipil mengungsi ke Pakistan dan Iran.
Di bidang pemerintahan, muncul pemerintahan tandingan dari pihak Mujahidin. Pemerintahan ini diakui kebanyakan negara di Timur Tengah. Bahkan wakil negara tandingan tersebut diundang hadir dalam sidang-sidang yang dilakukan negara-negara Islam di Timur Tengah. Pada 11 November 1991, delegasi Mujahidin dipimpin Rabbani mengadakan kunjungan ke Uni Soviet untuk perundingan damai setelah 13 tahun berperang.
Dengan perjuangan Mujahidin, keyakinan rakyat menjadi sangat kuat bahwa perjuangannya mendapat rida dari Allah SWT. Selain itu semangat umat untuk menjalankan agama tetap kuat sebagaimana terlihat pada masjid-masjid.
Pada 11 September 2001, terjadi serangan teroris yang meruntuhkan menara kembar WTC (World Trade Center) di New York, Amerika Serikat. Hubungan antarbangsa digoncangkan oleh sebuah konflik serangan teroris yang merenggut ribuan nyawa tak berdosa yang dikaitkan dengan Islam. Pemerintah AS mengaitkan insiden ini dengan jaringan al-Qa’idah yang dipimpin Usamah bin Ladin.
Peristiwa 11 September 2001 ini membawa Amerika Serikat dan sekutunya melakukan serangan militer ke Afghanistan yang berada di bawah rezim Taliban, sebuah gerakan fundamentalis Islam di Afghanistan yang menguasai negeri ini sejak September 1996 hingga November 2001.
Rezim Taliban di Afghanistan dianggap Amerika Serikat dan sekutunya telah melindungi Usamah bin Ladin yang menjadi “otak” serangan teroris pada 11 September 2001. Gerakan Taliban (pelajar) terbentuk pada 1994 oleh ulama senior (mullah) Mohammad Omar di Kandahar, Afghanistan Selatan.
Sejak November 2004, Hamid Karzai sebagai presiden TISA (Transitional Islamic State of Afghanistan) berkedudukan sebagai kepala negara dan pemerintahan. Dalam pemilihan yang diadakan pada Oktober 2004, Karzai mengalahkan lima kandidat dengan persentase 55,4%.
Pada 2005, Afghanistan mengadakan pemilihan parlemen pertama dalam lebih dari 30 tahun. Pada 2006, di tengah berlanjutnya pertempuran antara pejuang Taliban dan al-Qa’idah dan pasukan pemerintah Afghanistan, NATO memperluas operasi penjaga perdamaiannya ke bagian selatan.
Pada 2008, komunitas internasional menjanjikan lebih dari 15 miliar dollar AS bantuan untuk Afghanistan pada konferensi donor di Paris. Sementara, Presiden Hamid Karzai berjanji untuk memerangi korupsi di pemerintahan.
Pada 2012, Presiden Hamid Karzai menyerukan pasukan Amerika untuk meninggalkan desa-desa Afghanistan dan mundur ke pangkalan mereka. Pada 2013, tentara Afghanistan mengambil alih semua operasi militer dan keamanan dari pasukan NATO. Mei 2014, Presiden AS Barack Obama mengumumkan jadwal untuk secara signifikan mengurangi jumlah pasukan AS di Afghanistan pada 2016.
Pada 2014, Ashraf Ghani terpilih menjadi presiden Afghanistan. NATO secara resmi mengakhiri misi tempurnya di Afghanistan, namun tetap melatih dan memberi nasihat kepada pasukan Afghanistan. Pada 2017, Presiden AS Donald Trump berkomitmen melanjutkan keterlibatan militer AS untuk mencegah munculnya “kekosongan bagi teroris.”
Pada Februari 2019, AS dan Taliban menandatangani kesepakatan damai, sebagai persyaratan awal penarikan pasukan AS dari negara itu pada Mei 2021. Pada 2019, Trump membatalkan pembicaraan damai setelah tentara AS tewas dalam serangan Taliban. November 2020, AS mengumumkan rencana mengurangi jumlah pasukan AS menjadi setengahnya, beberapa hari sebelum Joe Biden dilantik jadi Presiden AS.
Pada 2021, Pemerintah Afghanistan runtuh saat Taliban mengambil alih Kabul. Presiden Biden menarik seluruh pasukan AS dari Afghanistan. Pada 30 Agustus 2021, kontingen terakhir pasukan AS meninggalkan Bandara Kabul, dan secara resmi mengakhiri perang terpanjang AS.
Pada 7 September 2021, Taliban mengumumkan kabinet pemerintahan baru Afghanistan untuk sementara, dengan beberapa tokoh yang masuk dalam daftar hitam internasional. Hibatullah Akhundzada, komandan tertinggi Taliban pada 2016, menjadi kepala negara dari pemerintahan sementara mereka di Kabul, yang disebut Imarah Islam Afghanistan.
Pada masa kejayaan Islam klasik, Afghanistan melahirkan sejumlah ilmuwan muslim. Para ulama terkemuka kelahiran Afghanistan antara lain Abu Bakar Ahmad al-Baihaqi, al-Harawi (sejarawan abad ke-14; penulis buku sejarah Tarikhnama-i-Herat), dan Ibnu Hibban al-Busti (ulama hadis dan fikih; w. 342 H/952 M).
Daftar Pustaka
Arnold, A. Afganistan’s Two Party Communism, Parcham, and Khalq. California: Stanford, 1983.
Malleson, J.B. History of Afghanistan from the Earliest Period to the Outbreak of the War of 1878. London: W.H. Allen & Co. Ltd., 1879.
Mukmin, Mustafa. al-‘alam al-Islami al-Ma‘asir. Beirut: Dar al-Fikr, 1974.
Roy, O. Islam and Resitance in Afghanistan. Cambridge: t.p., 1986.
https://www.worldometers.info/world-population/afghanistan-population/, diakses pada 13 Maret 2022.
https://www.bbc.com/news/world-south-asia-12011352, diakses pada 13 Maret 2022.
https://internasional.kompas.com/read/2021/09/11/084004070/perjalanan-panjang-sejarah-afghanistan-dari-zaman-kuno-hingga-sekarang?page=all, diakses pada 13 Maret 2022.
Syahrin Harahap
Data diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022).