Abessinia adalah nama kuno Ethiopia, sebuah negara di Afrika timur. Nama itu merupakan perubahan dari nama Arabnya Habasyah, yang menunjuk kepada campuran berbagai ras yang berasal dari Semenanjung Arabia Selatan. Ada kemungkinan bahwa mereka kemudian tinggal di bagian barat Yaman (Tihamah) dan setelah itu beremigrasi ke Afrika.
Abessinia dikenal sebagai tempat hijrah orang Islam pada masa awal sejarah Islam, yaitu setelah Nabi Muhammad SAW memproklamasikan dakwahnya secara terang-terangan kepada bangsa Arab, kemudian diikuti masuknya beberapa orang Arab ke dalam agama Islam, mengakibatkan tekanan dan permusuhan orang Quraisy terhadap Nabi SAW serta pengikutnya bertambah keras, baik dengan disiksa atau dibunuh.
Penganiayaan terhadap kaum muslimin itu menjadi sebab masuknya Hamzah bin Abdul Muthalib ke dalam Islam. Ia kemudian menjadi pembela NaÂbi SAW dan Islam yang sangat gigih, sehingga diberi julukan Asad Allah wa Asad Rasulih (Singa Allah dan Rasul-Nya). Orang Islam yang mendapat siksaan berat dari orang Quraisy antara lain adalah Bilal bin Rabah, budak Umayah bin Khalaf Jamhi al-Qurasyi; Hamamah bin Bilal; Amir bin Fuhairah; Abu Fukaihah, budak Safwan bin Umayah bin Khalaf; dan Zunaizah. Semua orang Islam itu kemudian dibeli Abu Bakar as-Siddiq dan dimerdekakan.
Nabi Muhammad SAW menyarankan agar orang Islam berpencar-pencar, dan beliau memberi isyarat untuk pergi ke Abessinia, yang diperintah Raja Najasyi. Tempat ini dipilih karena agama rakyatnya adalah agama Nasrani.
Sebanyak 10 pria dan 5 wanita mempersiapkan diri untuk hijrah ke Abessinia. Mereka membawa serta harta benda. Para muhajirin itu ialah: Usman bin Affan bersama istrinya, Ruqayyah, putri Nabi SAW; Abu Salamah beserta istrinya, Ummu Salamah; Abu Sabrah bin Abi Rahm beserta istrinya, Ummu Kalsum; Amir bin Rabi‘ah beserta istrinya, Laila; Abu Huzaifah bin Utbah bin Rabi’ah beserta istrinya, Sahlah binti Suhail; Abdurrahman bin Auf; Usman bin Maz‘un; Mus‘ab bin Umair; Sahl bin Baida; dan Zubair bin Awwam. Oleh Nabi SAW, Usman bin Maz‘un ditunjuk sebagai kepala rombongan perjalanan. Mereka menuju Abessinia dengan menyeberangi Laut Merah.
Setelah kurang lebih 3 bulan berada di Abessinia, para muhajirin itu kemudian kembali lagi ke Mekah. Akan tetapi, mereka ternyata tetap menerima perlakuan keras dan siksaan dari orang Quraisy. Mereka juga tidak mudah memasuki kota Mekah, kecuali yang mempunyai keluarga sebagai tempat berlindung. Bahkan sebagian di antara mereka terpaksa ditolak untuk berlindung di tempat keluarganya, karena mereka tidak tahan melihat siksaan yang ditimpakan orang Quraisy.
Untuk kedua kalinya Nabi Muhammad SAW memerintahkan mereka hijrah ke Abessinia. Pada kesempatan ini jumlah kaum muslimin yang ikut hijrah mencapai 80 pria tanpa istri dan anak-anak. Sumber lain menyebutkan jumlah mereka mencapai 83 pria dan 18 wanita. Mereka itu antara lain adalah Ja‘far bin Abi Thalib beserta istrinya, Asma binti Amis; Miqdad bin Aswad; Abdullah bin Mas‘ud; dan Ubaidullah bin Jahsy beserta istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan. Mereka tinggal di Abessinia sampai Nabi Muhammad SAW hijrah ke Yatsrib (Madinah) dan keadaan umat Islam telah menjadi lebih stabil.
Setelah orang Islam hijrah untuk kedua kalinya ke Abessinia, orang Quraisy kemudian mengutus wakilnya, yaitu Amr bin As dan Imarah bin Walid, menghadap Raja Najasyi agar ia mau menyerahkan kembali orang Islam itu kepada pihak Quraisy. Raja Najasyi kemudian mengadakan dialog dengan orang Islam itu yang diwakili Ja‘far bin Abi Thalib.
Kepada raja dijelaskan beberapa ajaran dasar Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, seperti ajakan hanya menyembah kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukanÂNya, berlaku jujur, tidak berdusta, mengakhiri pertumpahan darah dan perbuatan terlarang lainnya, melakukan salat, berzakat, dan berpuasa. Kemudian dibacakan juga surah Maryam (19) ayat 1–33 yang berisi kisah Maryam dan anaknya, Isa, yang juga termaktub dalam kitab suci (Injil) mereka, dan dibenarkan Al-Qur’an.
Mendengar informasi tentang risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW, Najasyi menyimpulkan bahwa pada dasarnya ajaran yang dibawa Musa AS, Isa AS, dan Muhammad SAW itu sama. Raja Najasyi lalu menolak permintaan wakil Quraisy itu untuk menyerahkan orang Islam kepada mereka. Selama di Abessinia, kaum muslimin mendapat perlindungan dan perlakuan baik dari raja.
Beberapa orang yang hijrah ke Abessinia itu kemudian tetap tinggal di sana, tetapi mayoritas kembali ke Madinah setelah Nabi SAW hijrah ke sana. Mereka hijrah untuk menyelamatkan diri dari penganiayaan Quraisy, tetapi mungkin juga mereka diharapkan dapat membangun suatu dasar yang kokoh bagi rencana lebih luas yang diatur Nabi Muhammad SAW.
Daftar Pustaka
Ali Khan, Madjid. Muhammad, The Final Messenger. New Delhi: Idarat Adabi, 1980.
Ali, Maulana Muhammad. Hayah Muhammad wa Risalatih, terj. Munir al-Ba’albaki. Beirut: Darul ‘Ilm lil Malayin, 1967.
Ali, Syed Amir, A Short History of the Saracens. New Delhi: Kitab Bhavan, 1981.
Bek, Muhammad Khudari. Nur al-Yaqin. Cairo: al-Maktabah at-Tijariyah al-Kubra, 1953.
al-Buti, Muhammad Said Ramadan. Fiqh as-Sirah. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Haekal, Muhammad Husain. Hayah Muhammad. Cairo: Dar al-Ma‘arif, 1971.
Hodgson, Marshal G.S. The Venture of Islam. Chicago: Chicago University Press, 1974.
Ibnu Hisyam, Abdul Malik. as-Sirah an-Nabawiyyah. Cairo: al-Halabi, 1936.
al-Matnawi, Ibrahim Abdul Fattah. as-Sirah an-Nabawiyyah: Tarikh wa Qur’an wa Sunnah, al-‘Ahd al-Makki. Cairo: Jamiah al-Azhar, t.t.
an-Nadwi, as-Sayid Sulaiman. ar-Risalah al-Muhammadiyyah wa Hiya Samani Muhadarat fi as-Sirah an-Nabawiyyah wa Rislah al-Islam. Damascus: Maktabah Dar al-Fath, 1393 H/1973 M.
Zuhad