Abdurrahman III

(Cordoba, 277 H/890 M – 350 H/15 Oktober 961)

Abdurrahman III adalah khalifah pertama dan terbesar Bani Umayah di Andalusia (Spanyol). Ia bergelar an-Nasir yang berarti “yang menang” atau “yang menolong”. Selama memerintah (912–961), ia berhasil mengembalikan keutuhan negara, yang terpecah-belah menjadi kerajaan kecil sepeninggal Abdurrahman II, serta membangun angkatan perang yang kuat.

Setelah 17 tahun berkuasa dengan gelar amir, pada bulan Ramadan 316 (Januari 929) ia menyatakan diri sebagai khalifah (amirulmukminin). Gelar khalifah ini digunakan para penguasa sesudahnya sampai akhir masa pemerintahan Bani Umayah di wilayah tersebut.

Perubahan gelar amir menjadi khalifah didasarkan atas kenyataan bahwa selain khalifah di Baghdad, yang dipandang sebagai pusat kekuasaan dan pemerintahan Islam pada waktu itu, gelar tersebut juga dipakai penguasa Dinasti Fatimiyah di Mesir.

Keberanian Abdurrahman III memakai gelar khalifah tersebut telah mengubah pendapat umum yang dianut ketika itu. Prinsip bahwa pemimpin politik Islam hanya satu tidak lagi dipegang secara ketat. Para ulama memberikan legitimasi atas adanya beberapa khalifah, asalkan wilayah kekuasaannya dipisahkan laut.

Cordoba pada masanya, di samping sebagai tempat kedudukan pusat pemerintahan, telah menjelma menjadi “Baghdad” di dunia Islam belahan Barat: pusat kebudayaan yang tinggi dan kesenian yang halus, serta pusat perpustakaan dan riset ilmiah. Ia mengendalikan pemerintahan sedemikian rupa, sehingga kota tersebut mengesankan sebagai kota Eropa yang paling toleran dan terbuka, dengan penduduk sekitar satu juta jiwa, memiliki 50 rumah sakit, 900 tempat mandi umum, 800 sekolah, dan 600 masjid, dengan Masjid Jami Cordoba sebagai monumen kebanggaan.

Di lokasi masjid jami itu didirikan Universitas Cordoba yang menampung mahasiswa bukan saja dari Spanyol, melainkan juga dari negara Eropa lainnya, sebagaimana juga dari Asia dan Afrika. Universitas itu memiliki perpustakaan dengan 600.000 jilid buku, selain 70 perpustakaan pribadi.

Guru besar diundang dari Timur seperti Baghdad, sehingga mengalirlah ilmu pengetahuan ke Barat. Pada 936, ia mendirikan kota satelit Madinah az-Zahrah, sekitar 5 km sebelah barat Cordoba. Ia memberikan perhatian sangat besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan, di samping pembangunan bidang lainnya.

Pada masanya, kaum muslimin Spanyol merintis diri menjadi pelopor bagi ilmu pengetahuan Eropa. Ia melindungi para muwallad (yang berdarah campuran) serta orang Kristen dan Yahudi yang berada di bawah kekuasaannya. Ia juga menggalakkan kajian dan menyukai keanekaragaman pemikiran mereka.

Ia sangat cermat dalam menyusun angkatan bersenjatanya; ia merekrut orang Slav, dalam arti siapa saja yang bisa dijadikan serdadu di belahan dunia tersebut –seperti orang Aquitania, Aragon, Burundi, Frankia, dan juga mungkin orang Slavonia dan Normandia– yang karena mengharapkan upah bersedia menjadi serdadu dan digunakan siapa saja.

Dengan pembawaannya yang teguh, energik, berani, lugas, dan toleran, ia menggerakkan armada perangnya guna menangkis serbuan bajak laut Norseman di sekitar Lissabon (Lisboa), memperluas kekuasaannya ke utara ke wilayah kerajaan kecil Kristen, ke selatan menembus Maroko, dan ke arah timur sepanjang pesisir kawasan Barbar. Ia merebut Toledo yang telah berulang kali memberontak, memperluas lagi gerakannya sampai sejauh Pamplona, dan tidak menggantungkan diri pada imigran Arab.

Dia banyak menggali sumber ekonomi dari tanah Spanyol yang menawarkan kekayaan berlimpah ruah dan memiliki tradisi panjang di bidang kemahiran dan perdagangan. Ia berusaha memulihkan kesatuan Spanyol. Pelabuhan laut Spanyol Islam mencerminkan dinamika perdagangan, khususnya Almeria, yang berkembang menjadi pelabuhan perantara yang sibuk bagi Marseille, Genoa, dan Palermo.

Setelah gerakan armada perangnya, ekspansi perdagangannya ke barat sudah siap memasuki pasar perdagangan sutra dan emas.  An-Nasir meninggal di Cordoba pada 15 Oktober 961. Pemerintahannya dilanjutkan putranya, al-Hakam II.

Daftar Pustaka

al-Abadi, Abdul Hamid. al-Mujmal fÓ TÎrÓkh al-AndalØs. Cairo: Dar al-Qalam, 1964.
Fachruddin, Fuad Mohd. Perkembangan Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1985.
Hitti, Philip K. History of the Arabs. London: Macmillan, 1973.

Moch. Qasim Mathar