Tajikistan adalah sebuah negara muslim di kawasan Asia Tengah. Negara ini merdeka pada 9 September 1991, lalu bergabung dalam CIS (Commonwealth of Independent States) bekas Uni Soviet. Perjuangan demokrasi Tajikistan sangat berat karena cengkeraman komunis, yang akhirnya dapat dirobohkan.
Di utara, Tajikistan berbatasan dengan Kirghistan, di barat dengan Uzbekistan, di selatan dengan Afghanistan, dan di timur dengan Cina. Luas: 143.100 km2. Jumlah Penduduk: 9.917.131 (data 2022). Kepadatan penduduk: 68/km2.
Ibukota: Dushanbe. Wilayahnya berpegunungan. Di negeri inilah terdapat pegunungan tertinggi di lingkungan bekas Uni Soviet, sehingga banyak yang tertutup gletser dengan ketinggian mencapai 7.500 m. Bagian timurnya merupakan gugusan Pegunungan Pamir dengan lembah yang curam sedalam 3.500–4.500 m.
Karena tingginya gugusan pegunungan, daerah ini bersuhu rendah, suhu tahunan di bawah titik beku. Curah hujan rata-rata di bawah 80 mm/tahun. Bagian selatan merupakan lembah anak Sungai Amudarya dan bagian utara adalah lembah Sungai Syrdarya.
Penduduk Republik Tajikistan terdiri dari 3,5% keturunan Rusia; 64,9% keturunan Persia (Iran); 25% keturunan suku Uzbek; dan sisanya 6,6% terdiri dari orang Kirghiz, Tatar, Ukraina, dan lain-lain. Mayoritas penduduk Tajikistan adalah muslim, yang terdiri dari 85% muslim Suni dan 5% muslim Syiah.
Tanaman penting di negeri ini ialah kapas. Bersama dengan kapas ditanam pula padi, anggur, dan buah-buahan lain. Hasil pertambangannya meliputi emas, arsenik, timah putih, dan timbal. Di samping itu terdapat pula minyak bumi, batu bara, dan garam.
Hewan ternak yang penting ialah biri-biri dan yak yang banyak terdapat di daerah Pamir. Perindustriannya meliputi antara lain pemintalan kapas, pengalengan buah-buahan, penggilingan tepung, dan pembuatan sutra.
Kota penting di negara ini mencakup antara lain Dushanbe, ibukota negara sekaligus pusat industri, dan Leninabad, sebuah kota tua yang merupakan daerah industri, pusat kebudayaan, dan kota penghubung Asia Tengah dengan Cina. Negeri ini mempunyai hubungan lalu-lintas udara dengan Tashkent dan Chorog.
Tajikistan memiliki kaitan historis dengan kesultanan yang berpusat di Uzbekistan, yaitu Bukhara dan Samarkand. Sebagai negeri tempat melintasnya kafilah dari Timur ke pusat perdagangan dan peradaban Transoksania, negeri ini menikmati kejayaan imperium Sasaniyah Persia pra-Islam dan kekayaan budaya Islam di Bukhara dan Samarkand, baik pada masa Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Mongol Persia (Azerbaijan dan Samarkand), maupun dalam masa imperium Safawi (di Isfahan).
Ahli hadis Imam at-Tirmizi adalah putra kelahiran desa Termez di lembah Sungai Amudarya, di sebelah selatan kota Dushanbe.
Negeri ini menjadi terputus dari dunia Islam setelah bala tentara Rusia menganeksasi sebagian besar wilayah Asia Tengah dari kekuasaan kesultanan Dinasti Qajar (Persia) pada 1865–1884. Oktober 1929, negeri muslim ini dipecah dari Republik Soviet Sosialis Uzbekistan dan menjadi republik yang tergabung dalam Uni Soviet.
Tanggal 9 September 1991, Tajikistan menyatakan kemerdekaannya, menyusul gagalnya kudeta terhadap presiden Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, yang dilancarkan para penganut garis keras di Moskwa 19 Agustus 1991. Tanggal 21 Desember 1991, Republik Tajikistan menyatakan bergabung dalam CIS (Commonwealth of Independent States) atau Persemakmuran Negara-negara Merdeka antar-republik di wilayah bekas Uni Soviet.
Di antara republik muslim yang memerdekakan diri dari Uni Soviet, Tajikistan merupakan negara yang paling berat perjuangan demokratisasinya karena cengkeraman kaum komunis konservatif sangat kuat. Pergulatan antara konservatisme dan tuntutan rakyat akan demokrasi menggoyang negeri itu beberapa lama. Para penuntut demokrasi dengan antusias merobohkan patung Lenin berikut beberapa monument komunis lainnya.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Dushanbe hamper setiap hari dilanda gelombang demonstrasi yang diorganisasi oleh kelompok muslim dan demokrat. Yang dituntut mula-mula adalah pembubaran partai komunis, selanjutnya pengunduran diri presiden waktu itu, Kakhar Makhkamov.
Pada 31 Oktober 1991, Presiden beraliran konservatif itu mengundurkan diri setelah mosi tidak percaya muncul dari parlemen. Namun, tak lama setelah penggantinya, Presiden Kadreddin Aslonov, mengumumkan pembubaran partai komunis dan memberlakukan keadaan darurat, perlemen yang didominasi (95%) kaum konservatif garis keras memutuskan untuk mendesak Aslonov mundur dan ingin mengangkat presiden baru, Rahmon Nabiyev, yang beraliran keras.
Desakan mundur dari kaum konservatif itu akhirnya gagal karena pada 6 November 1991, Nabiyev mengundurkan diri dan tidak bersedia menuruti keinginan kaum konservatif di parlemen tersebut.
Pada 1992, kekuatan pro-komunis melancarkan serangan, yang mengakibatkan ribuan orang terbunuh dan terlantar. Pada pemilu November 1994, Emomali Rahmonov terpilih sebagai presiden dengan meraih 60% suara.
Arus perang sipil antara kelompok bekas komunis dan kelompok yang didukung pemerintah Rusia melawan kelompok muslim terus berlanjut, meskipun PBB telah menjadi mediator dalam perjanjian gencatan senjata pada September 1994 dan Mei 1995.
Pertempuran sporadis antara pasukan pemerintah dan beberapa kelompok pemberontak terus berlanjut hingga 1997, dan ketika pemerintah mencoba untuk memegang kontrol, pergolakan terus berlanjut hingga 2000.
Pada pemilu September 1999 mengamandemen konstitusi dengan mengizinkan partai oposisi muslim dan memperpanjang masa pemilihan presiden 5–7 tahun. Dan pada November 1999, Rahmonov menjadi presiden dengan perolehan 96% suara.
Saat ini (2022), yang memimpin Tajikistan adalah Presiden Emomali Rahmonov, mantan bos pertanian kapas. Ia memenangkan masa jabatan ketiga pada 2006, dalam pemilihan yang dikecam oleh pengamat internasional sebagai tidak bebas dan tidak adil. Dia mengamankan masa jabatan keempat pada 2013.
Rakhmonov berperan penting dalam perang saudara Tajikistan, membantu upaya pro-Komunis untuk menyingkirkan pemberontak Islam dari Dushanbe pada awal 1990-an. Setelah bertahun-tahun perang saudara dan kekerasan, sejumlah stabilitas kembali ke Tajikistan. Presiden memiliki cengkeraman kuat pada kekuasaan, tetapi negara itu tetap miskin dan terbelakang.
Untuk menghubungkan nilai kesejarahan dalam dunia Islam, khususnya antara kebudayaan Islam Tajikistan dan Persia, segera setelah Republik Tajikistan mengumumkan kemerdekaannya, Iran melancarkan kampanye di bidang kebudayaan.
Perjanjian kampanye kebudayaan tercapai setelah pemerintah Tajikistan memutuskan untuk memperkenalkan abjad Persia guna menggantikan abjad Cyrillic (Rusia) secara bertahap. Di Tajikistan, bahasa yang digunakan adalah bahasa Tadzhik, yang serumpun dengan bahasa Persia.
Tetapi selama negeri ini menjadi bagian Uni Soviet, bahasa Tadzhik pada 1940 secara resmi digantikan dengan bahasa Rusia dan menggunakan abjad Cyrillic. Bahasa Persia menggunakan aksara Arab dengan menambah empat huruf yang mirip dengan bunyi huruf p, g, j, dan ch dalam bahasa Inggris. Berdasarkan perjanjian itu, Iran menerbitkan buku teks yang menggunakan abjad Persia.
DAFTAR PUSTAKA
Atkin, Muriel. The Subtlest Battle: Islam in Soviet Tajikistan. Philadelphia: t.p., 1989.
__________. “Tajikistan,” The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World. New York & Oxford: Oxford University Press, 1995.
Hitti, Philip K. History of the Arabs. London: Macmillan, 1974.
Mahmud, Hasan Ahmad. al-Islam wa al-hadarah al-‘Arabiyyah fi Asia al-Wushta. Cairo: Dar an-Nahdah al-‘Arabiyah, 1968.
Morgan, Kenneth W. Islam the Straight Path, atau Islam Jalan Lurus, terj. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1980.
Mortimer, Edward. Faith dan Power: The Politics of Islam, atau Islam dan Kekuasaan, terj. Bandung: Mizan, 1984.
Mukmin, Mustafa. Qasamat al‑‘alam al‑Islami. Beirut: Dar al‑Fikr, 1974.
Nasution, Harun, ed. Sejarah Ringkas Islam. Jakarta: Djambatan, 1982.
https://www.worldometers.info/world-population/tajikistan-population/, diakses pada 13 April 2022.
https://www.bbc.com/news/world-asia-16201032, diakses pada 13 April 2022.
Muhammad Hasyim
Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (April 2022)