Sudan (Jamhuriyat as-Sudan) adalah sebuah negara republik di Afrika timur laut; berbatasan dengan Mesir di utara; Laut Merah dan Ethiopia di timur; Kenya, Uganda, dan Zaire di selatan; dan Republik Afrika Tengah, Chad, serta Libya di barat. Luas wilayah: 2.505.810 km2. Jumlah penduduk: 45.651.604 (data 2022). Kepadatan penduduk: 25/km2. Bahasa resmi: Arab. Agama: Islam (73%). Ibukota: Khartum. Satuan mata uang: pound Sudan (LSd).
Sudan mempunyai sejarah yang sangat panjang. Sekitar tahun 2000 SM, Nubia (kini Sudan utara) diduduki Kerajaan Mesir. Sekitar 750 SM berdiri Kerajaan Sudan di Nabtah (Sudan utara) yang mempunyai corak Mesir dalam peradaban dan agamanya.
Pada abad ke-6 M, berdiri dua kerajaan di Sudan, yaitu Muqurrah di utara dan ‘Ulwah di selatan. Ketika itu Sudan didominasi oleh agama Kristen (Gereja Koptik dan Gereja Mulkanik).
Ketika Mesir berada di bawah kekuasaan bangsa Arab muslim, Islam pun masuk ke Nubia melalui negeri itu. Gubernur Mesir, Amr bin As, mengirim tentaranya untuk menyerang orang Nubia nonmuslim yang berupaya mencaplok wilayah Mesir selatan dari kekuasaan Islam.
Kekalahan tentara Nubia Kristen mengakibatkan lahirnya suatu perjanjian bahwa tiap tahun bangsa Nubia wajib mengirim 360 tenaga kerja ke Mesir; sebaliknya, penguasa Mesir wajib menyediakan bagi mereka gandum, minyak, dan rempah-rempah. Sejak itu sampai lebih kurang 6 abad, Nubia berada di bawah perlindungan kaum muslimin.
Pada masa pemerintahan al-Mu‘tasim (833–842) dari Dinasti Abbasiyah, utusan dikirim khalifah untuk memperbarui perjanjian. Pada abad ke-12 Nubia seluruhnya masih beragama Kristen dan dapat mempertahankan kemerdekaan kendati berkali-kali mengalami serbuan dari Mesir.
Meskipun berjalan sangat lambat, peralihan agama bangsa Nubia dari Kristen ke Islam terus berlangsung melalui berbagai jalan. Pada abad ke-11, agama Islam masuk dari Sahara ke kalangan Negro.
Bangsa Barbar membawa agama ini ke daerah aliran Sungai Senegal dan Sungai Niger; di sana mereka mengadakan kontak dengan penguasa pagan (penyembah berhala). Dua suku Barbar, Lamtuna dan Jadala, yang termasuk kabilah Sanhaja, sangat aktif berdakwah, dan anggotanya menghidupkan gerakan al- Murabitun dalam usaha mengislamkan suku pagan Sudan.
Dalam pada itu, kaum penetap Arab telah berdiam di Nubia beberapa abad sebelumnya dan mereka yang tinggal di daerah Nil Biru berkembang demikian pesat, baik jumlah maupun kekayaannya, sehingga pada abad ke-10 mereka mampu mendirikan sebuah masjid di kota Soba (kira-kira 18 km di utara Khartum), ibukota kerajaan Kristen.
Pada abad ke-13 dan terutama pada abad ke-14 mulailah proses percampuran darah melalui imigrasi bangsa Arab ke daerah Nubia, terutama dari suku Juhainah, yang mengadakan hubungan perkawinan dengan wanita penduduk asli. Bahkan salah seorang raja dari kota Dongola masuk Islam pada masa Sultan Nasir Muhammad bin Qalawun (w. 1341) dari Dinasti Mamluk, Mesir.
Ketika Mesir berada di bawah pemerintah Mamluk inilah dua kerajaan Kristen Nubia sudah tidak dapat dipertahankan lagi, karena mayoritas rakyatnya telah memeluk Islam. Kerajaan Muqurrah di utara jatuh pada 1340 dan Kerajaan ‘Ulwah di selatan jatuh pada 1504. Keruntuhan kerajaan Kristen ini disebabkan antara lain perpecahan intern, serangan bangsa Arab dan Negro di perbatasan, dan berdirinya Kerajaan Funj yang kuat pada abad ke-15.
Funj merupakan kerajaan Islam pertama di Sudan dengan ibukota Sennar (di selatan Khartum). Kerajaan ini memperluas kekuasaannya dengan menduduki Kardavan (kini Sudan selatan). Perluasan ke arah timur tidak dapat dilakukan karena di Habasyah (kini Ethiopia) telah berdiri kerajaan Kristen yang kuat.
Dalam pada itu di dalam Kerajaan Funj yang mirip dengan federasi keamiran sedang terjadi kegoncangan politik. Meskipun demikian, pada 1820 kerajaan berhasil memperluas kekuasaannya sampai ke sebelah utara Khartum.
Kerajaan Funj berusia lebih kurang 300 tahun. Dalam masanya pengislaman kaum pagan terus berlangsung. Namun, di samping itu, perhatian terutama dipusatkan pada pendidikan orang yang telah masuk Islam, karena sebelum negara ini berdiri kaum muslimin belum banyak mengetahui soal agama mereka sehingga mereka masih melakukan perkawinan dengan wanita yang belum genap masa idahnya.
Untuk menutupi kekurangan ini didatangkanlah ulama dari negeri Islam lainnya. Di antara mereka yang terpenting adalah Syekh Ibrahim bin Jabir al-Buladi, seorang Mesir, yang mendirikan sebuah madrasah yang berorientasi kepada ilmu syariat seperti fikih, dan telah menghasilkan fukaha (ahli fikih) dan juru fatwa.
Ulama penting lainnya adalah Syekh Tajuddin al-Bahari, yang madrasahnya berorientasi kepada kehidupan batin dan tarekat sufi. Dialah yang memasukkan Tarekat Kadiriyah ke Sudan pada 1545, menyusul Tarekat Syaziliyah yang dibawa asy-Syarif Hamad Abu Dananah pada 1445 sebelum Kerajaan Funj berdiri.
Sejak itu kehidupan keagamaan di Sudan banyak diwarnai tarekat yang mengalami perkembangan pesat sehingga pada 1817 muncul tarekat ketiga, yaitu Khatmiyah, yang dibawa oleh Sayid Muhammad Usman al-Mirgani.
Bahkan gerakan jihad Mahdiyah di bawah pimpinan Muhammad Ahmad bin Abdullah (1843–1885), yang berhasil mendirikan sebuah negara Islam di Khartum pada 1885, mempunyai corak sufistik.
Pada akhir masa kekuasaan Funj, Sudan telahmengokohkan diri sebagai negara Islam. Penetrasi Mesir ke negara ini di masa Muhammad Ali (1805–1849) pada 1821 tidak mengubah kehidupan keagamaan karena mereka juga muslim.
Kristen baru muncul kembali bersamaan dengan masuknya bangsa Eropa ke Afrika pada perempat terakhir abad ke-19. Paus Gregorius XVI memerintahkan mereka untuk mendirikan pusat misionaris di Sudan. Sejak itu usaha kristenisasi terus dilancarkan dan sekolah seminari didirikan.
Meskipun usaha itu selalu mendapat perlawanan dari kaum muslimin, terutama dari gerakan Mahdiyah, Kristen tetap berkembang, terutama di Sudan selatan. Hal ini di kemudian hari menjadi masalah politik yang berkepanjangan bagi pemerintah yang berkuasa.
Kekuasaan penerus Muhammad Ahmad bin Abdullah (Mahdi), Khalifah Abdullah, direbut oleh kekuatan Inggris-Mesir yang masuk ke Sudan pada 1899. Kondominium Inggris-Mesir atas Sudan (1899–1956) memberikan peran penting kepada Inggris dalam perkembangan wilayah teritorial. Kekuasaan dipegang oleh para gubernur jenderal Inggris yang dicalonkan oleh Inggris dan secara formal ditunjuk oleh khedewi (gelar penguasa di daerah taklukan Usmani Turki/Ottoman) di Mesir.
Kesadaran akan nasionalisme Sudan melahirkan banyak partai. Sekte Mahdiyah membentuk Umma Party (UP) pada 1945; sekte Khatmiyah melahirkan Asyiqqa Party (AP) tahun 1944; dan 1952 kesatuan lain yang bergabung dengan Mesir dalam mengusir Inggris membentuk National Unionist Party (NUP).
Tahun 1955, pemerintahan sendiri tercapai di bawah pimpinan Ismail al-Azhari, pemimpin NUP, yang membawa Sudan kepada kemerdekaan pada 1956. Pada Juli 1956 pemerintahan baru terbentuk berdasarkan koalisi antara Umma Party dan People’s Democratic Party (PDP) dengan Abdullah Khalil sebagai perdana menteri. Pada periode 1956–1958, rezim parlementer itu menghadapi masalah utama, yaitu kelemahan ekonomi.
Jenderal Ibrahim Abbud kemudian membentuk rezim militer (1958–1964) dan mewarisi masalah ekonomi itu. Arabisasi dan islamisasi di selatan menimbulkan sengketa Utara-Selatan karena pihak selatan menolak dominasi Islam.
Rezim parlementer (1964–1969) yang kedua terbentuk di bawah koalisi UP-NUP dan Ismail al-Azhari menjadi presidennya. Persaingan sektarian di selatan merupakan masalah utama, di samping masalah ekonomi yang lemah dan kegagalan dalam penyusunan konstitusi.
Rezim militer yang kedua tampil kembali dalam periode 1969–1985. Jenderal Gafar an-Numeiriy menjadi presiden pertama Republik Sudan. Pada September 1983 ia mencoba menerapkan kitab hokum pidana Islam yang disusul dengan hokum muamalah pada 1984 dan hukum perpajakan Islam pada September 1984.
Periode baru terbentuk sejak pemilihan pada April 1986. Koalisi Umma Democratic Unionist dibentuk dan Sadiq al-Mahdi, pemimpin Umma Party, menjadi perdana menteri. Periode ini merupakan masa pemerintahan demokratis pertama. Pemilihan presiden oleh rakyat dilakukan 5 tahun sekali.
Pada 1999 Umar Hasan Ahmad al-Bashir, yang sudah memangku jabatan presiden sejak 1993, membubarkan parlemen dan pada Januari 2000 membubarkan pemerintahan, lalu membentuk pemerintahan baru bersama dengan para pendukungnya. Dalam pemilu Desember 2000, ia terpilih lagi menjadi presiden.
Pada 2002, pembicaraan Protokol Machakos di Kenya menghasilkan kesepakatan terobosan dengan pemberontak selatan untuk mengakhiri perang saudara. Ini membuka jalan bagi pihak selatan untuk penentuan nasib sendiri setelah enam tahun. Maret 2004, perwira tentara dan politisi oposisi, termasuk pemimpin Islam Hassan al-Turabi, ditahan atas dugaan plot kudeta.
Januari 2005, Pemerintah dan pemberontak selatan menandatangani kesepakatan damai. Juni 2005, Pemerintah dan kelompok oposisi yang diasingkan – Aliansi Demokratik Nasional (NDA) – menandatangani kesepakatan rekonsiliasi, yang memungkinkan NDA terlibat pembagian kekuasaan. Presiden Bashir membebaskan pemimpin Islam Hassan al-Turabi.
Juli 2005, mantan pemimpin pemberontak selatan John Garang dilantik sebagai wakil presiden pertama. Konstitusi baru memberikan otonomi tingkat besar ke selatan. Agustus 2005, John Garang tewas dalam kecelakaan pesawat, digantikan oleh Salva Kiir. Mei 2006, Pemerintah Khartoum dan faksi pemberontak utama di Darfur, Gerakan Pembebasan Sudan, menandatangani perjanjian damai. Dua kelompok pemberontak yang lebih kecil menolak kesepakatan itu. Pertempuran berlanjut.
Mei 2008, pertempuran sengit pecah antara pasukan utara dan selatan di kota kaya minyak yang disengketakan, Abyei. Presiden Bashir dan pemimpin selatan Salva Kiir setuju untuk mencari arbitrase internasional untuk menyelesaikan sengketa Abyei.
Maret 2009, Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Presiden Bashir atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Darfur.
Juli 2009, Sudan Utara dan Selatan menerima keputusan pengadilan arbitrase di Den Haag, yang mengecilkan wilayah Abyei yang disengketakan dan menempatkan ladang minyak utama Heglig di utara. Desember 2009, pemimpin Utara dan Selatan mencapai kesepakatan mengenai referendum kemerdekaan yang dijadwalkan di Selatan pada 2011.
April 2010, Presiden Bashir memperoleh masa jabatan baru dalam pemilihan presiden pertama yang diperebutkan sejak 1986. Juli 2010, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan kedua untuk Presiden al-Bashir – kali ini atas tuduhan genosida. Juli 2011, Sudan Selatan memperoleh kemerdekaan setelah pemungutan suara Januari, tetapi beberapa daerah perbatasan tetap dalam sengketa.
Desember 2013, Presiden Bashir menjatuhkan sekutu lama dan wakil presiden pertama Ali Osman Taha dari kabinet dalam perombakan besar-besaran. April 2015 April, Presiden Bashir dipilih kembali untuk masa jabatan lima tahun.
Februari 2019, Presiden Bashir mengumumkan keadaan darurat dan memecat kabinet dan gubernur regional, dalam upaya mengakhiri protes berminggu-minggu terhadap pemerintahannya, di mana hingga 40 orang tewas. April 2019, militer menggulingkan Presiden Bashir dalam kudeta, memulai pembicaraan dengan oposisi tentang transisi ke demokrasi.
September 2019, Pemerintah baru mulai menjabat di bawah Perdana Menteri Abdalla Hamdok, sebagai bagian dari perjanjian pembagian kekuasaan tiga tahun antara militer, perwakilan sipil, dan kelompok protes.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Michael, ed. Handbook to the Modern World: The Middle East. New York: Fack on File Publication, 1988.
Davidson, Basil. A History of East and Central Africa: to The Last Nineteenth Century. New York: Doubleday & Company, 1969.
Peretz, Don. The Middle East Today. New York: Praeger, 1986.
Rabinovich, Itamar dan Haim Shaked, ed. The Middle East Contemporary Survey. Colorado: Westview Press Inc., 1988.
Syalabi, Ahmad. Mausu‘ah at-Tarikh al-Islamiwa al-Hadharah al-Islamiyyah. Cairo: an-Nahdah al-Misriyah, 1978.
Thomas, Arnold W. The Preaching of Islam. Lahore: Muhammad Ashraf, 1979.
at-Turabi, Hasan. al-Harakah al-Islamiyyah fi Sudan. Lahore: Matba‘ah Iman, 1410 H/1989 M.
https://www.worldometers.info/world-population/sudan-population/, diakses pada 9 April 2022.
https://www.bbc.com/news/world-africa-14095300, diakses pada 9 April 2022.
Hery Noer Aly
Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (April 2022)