Libanon

Libanon adalah sebuah negara republik di Asia barat daya. Sejak abad ke-7 di negeri ini ada berbagai agama: Kristen Maronit di utara, Islam Druze di selatan, dan Islam Suni di pesisir. Libanon pernah menjadi ajang Perang Salib. Sejak 1920, negeri ini menjadi daerah mandat Prancis sampai merdeka pada 1941.

Wilayah Libanon di sebelah utara dan timur berbatasan dengan Suriah, di sebelah selatan dengan Israel, dan di sebelah barat dengan Laut Tengah. Luas: 10.230 km2. Penduduk: 6.771.856 (data 2022). Bahasa: Arab (resmi). Agama: Islam 70% (termasuk Syiah, Suni, Druze, Ismailiyah, dan Alawiyah), Kristen 30%. Ibukota: Beirut. Satuan mata uang: Pound Libanon (LL).

Sekitar 30 persen tanah Libanon dapat dibudidayakan. Dari pertanian yang diusahakan secara intensif, negeri itu menghasilkan buah-buahan peras, pisang, sayur-mayur, buah zaitun, dan gandum. Sumber perekonomian lainnya antara lain pertambangan, perindustrian (Libanon tergolong negara industry maju di Timur Tengah), peternakan unggas, dan industri pariwisata.

Sebagian besar wilayah Libanon terdiri dari barisan Pegunungan Libanon (panjang 150 km) dengan puncaknya Gunung Wurnat as-Sawda (3.088 m). Lereng sebelah timur menurun curam ke Lembah Bekaa, yang merupakan pemisah antara Pegunungan Libanon dan Anti-Libanon. Antara Pegunungan Libanon dan Laut Tengah terdapat jalur tanah yang subur. Libanon beriklim mediteran.

Penduduk Libanon berasal dari periode migrasi dan invansi yang berbeda. Oleh karena itu latar belakang mereka berbeda, namun bangsa Libanon pada umumnya adalah orang Arab (95%). Golongan minoritas terdiri dari keturunan Armenia, Kurdi, Yahudi, Yunani, dan Turki.

Penduduk pada umumnya memadati daerah tepi pantai dan kota seperti Beirut serta Tripoli; sedangkan wilayah perbatasan pernah ditempati ribuan pelarian Palestina, yang sebagian besar bermukim di kamp-kamp.

Penganut agama terbesar di Libanon adalah Islam. Penganut Kristen merupakan penganut agama terbesar kedua di negeri itu. Adapun kelompok Druze, sungguhpun merupakan bagian dari sekte Syiah Ismailiyah, tidak dianggap sebagai bagian dari umat Islam secara mutlak karena kelompok ini memasukkan unsur non-Islam ke dalamnya.

Kaum Syiah tinggal berabad-abad di pinggiran daerah Libanon. Hingga abad ke-20, mereka terkonsentrasi di selatan dan di Lembah Bekaa utara, yang sebagian besar hidup di bawah garis kemiskinan. Bekaa merupakan jantung Syiah di Libanon, sebagian besar dari mereka adalah petani subsisten di perbukitan dan Lembah Jabal ‘Amil. Wilayah itu merupakan pusat pendidikan Syiah dalam sejarah dan tetap merupakan jantung Syiah di Libanon.

Berbeda dengan muslim Syiah, kaum Suni sebagian besar terpusat di perkotaan (Tripoli, Saida, dan Beirut khususnya). Di Libanon, kaum Suni hanya sekitar seperlima dari seluruh jumlah penduduk. Namun, keberadaan kaum Suni cukup menonjol di antara kaum lainnya. Hal ini tercermin dalam alokasi posisi perdana menteri dan pemimpin religius yang umumnya diisi oleh orang dari kaum Suni.

Menurut tradisi politik Libanon sejak 1934, jabatan presiden dipegang orang Kristen Maronit, jabatan perdana menteri diberikan kepada umat Islam Suni, dan jabatan ketua parlemen dipercayakan kepada umat Islam Syiah. Jadi, agama masih merupakan factor utama dalam mendefinisikan politik dan rakyat Libanon.

Sejarah. Pada masa silam, Libanon merupakan sebagian dari wilayah kerajaan yang secara bergantian menguasai Timur Tengah. Pada abad ke-6, suatu golongan Kristen mendirikan koloni di Pegunungan Libanon, dan selama 4 abad berikutnya Libanon dihuni oleh suku Druze dan Kristen Maronit.

Setelah Yustinianus II (kaisar Bizantium) diusir dari Libanon pada 646, wilayah ini secara bergantian dikuasai oleh para khalifah dan para sultan Usmani Turki. Pada 1840, negeri ini diperintah seorang Druze dan seorang Maronit di bawah pengawasan Dinasti Usmani.

Tahun 1920 Libanon menjadi daerah mandat Prancis. Selanjutnya Libanon merdeka pada 1941. Pada 1948 Libanon ikut berperang melawan Israel, dan dalam perang Juni 1967 Libanon memihak negara­-negara Arab walaupun tidak secara terang-terangan ikut dalam pertikaian. Sejak 1975, negeri ini dilanda perang saudara yang berkepanjangan.

Libanon, yang ditempati oleh penganut agama Kristen dan Islam, telah berperan dalam mengembangkan Islam, walaupun tidak secara langsung. Pada akhir abad ke-19, orang Arab Kristen, seperti Nasir al-Yaziji, mencoba menghidupkan kembali gaya bahasa Arab klasik dari zaman Abbasiyah. Kejayaan dan keagungan kebudayaan Arab yang dicoba dihidupkan kembali itu sangat erat kaitannya dengan Islam.

Upaya orang Libanon untuk mengembangkan Islam tidak hanya terbatas di lingkungan negerinya sendiri, tetapi juga di luar negeri. Pada 1934, para imigran Libanon membuka sebuah masjid di Cedar Rapid, Iowa, Amerika Serikat.

Kemudian pada 1954, salah seorang generasi kedua imigran Libanon mendirikan Federasi Perhimpunan Islam (The Federation of Islamic Association) di Amerika Serikat dan Kanada. Syekh Muhammad Rasyid Rida, salah seorang tokoh pembaru Islam dari daerah al-Qalamun (Libanon).

Perang saudara yang meletus pada 1975 mengakibatkan perang yang berkepanjangan. Suriah mengirimkan pasukannya untuk melerai kelompok-kelompok yang sedang bertikai, lalu tinggal di sana untuk memainkan peranannya di Libanon.

Suriah mencoba untuk mengakhiri perang saudara ini dengan membentuk pemerintahan muslim dan Kristen. Atas prakarsa Arab tercapai perjanjian damai pada Oktober 1990. Pada 1992 Libanon mengadakan pemilu pertamanya sejak 20 tahun lalu. Pemerintahan dilantik dan Libanon mulai membangun negerinya kembali.

Kini (2022), kepala negara Libanon adalah Presiden Michel Aoun, yang terpilih oleh parlemen pada Oktober 2016. Ini mengakhiri kebuntuan politik yang membuat negara itu tanpa kepala negara sejak Mei 2014. Michel Aoun adalah pendiri partai politik Kristen Maronit, Gerakan Patriotik Bebas (FPM).

Dia adalah panglima militer dari 1984 hingga 1989 dan diangkat sebagai perdana menteri pemerintah militer sementara pada 1988. Dia meluncurkan “perang pembebasan” yang gagal melawan kehadiran pasukan Suriah pada 1989 dan melarikan diri ke Prancis pada 1990. Ketika pasukan Suriah pergi pada 2005, dia kembali untuk membentuk aliansi dengan pihak-pihak pro-Suriah.

Sebagai Perdana Menteri adalah Najib Mikati, yang adalah orang terkaya Lebanon. Ia kembali memimpin pemerintahan pada September 2021, setelah menjabat sebagai perdana menteri dua kali sebelumnya.

Pengangkatannya mengakhiri kelumpuhan politik selama berbulan-bulan, ketika negara itu berjuang dengan ekonomi yang runtuh, dan hampir dua tahun protes menuntut reformasi politik besar-besaran. Lebanon tidak memiliki pemerintahan sejak Hassan Diab mengundurkan diri pada 2020.

Identitas politik individu di Libanon saat ini masih ditentukan berdasarkan garis sekte. Dalam kesepakatan Ta’if 1989, yang menyusun kerangka acuan untuk mengakhiri perang saudara yang meletus sejak 1975, mempertahankan distribusi jabatan politik utama bagi kelompok­kelompok agama besar saja, yaitu muslim Suni, Syiah, dan Kristen Maronit.

Kekuasaan jabatan-jabatan ini relatif sudah sedikit berubah, namun prinsip yang mendasarinya berdasarkan sekte masih terus berlanjut. Hal ini menunjukkan bahwa agama masih merupakan faktor utama dalam mendefinisikan politik dan masyarakat Libanon.

DAFTAR PUSTAKA

Elkholy, Abdo A. The Arab Moslem in The United States: Religion and Assimilation. New Haven: College and University Press, 1966.
Madjid, Nurcholish. Islam, Kemodernan dan KeIndonesiaan. Bandung: Penerbit Mizan, 1989.
Muhammad, Akbar. “Muslim in United States, an Overview of Organization, Doctrines, and Problems,” The Islamic Impact, ed., Yvonne Yazbeek Haddad, et.al. New York: Syracuse University Press, 1984.
Philip K. Hitti. Lebanon in History. London: Macmillan, 1957.
–––––––. History of The Arabs. London: The Macmillan Press Ltd., 1974.
https://www.worldometers.info/world-population/lebanon-population/, diakses pada 6 April 2022.
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-14647308, diakses pada 6 April 2022.

Syaifullah

Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)