Salah satu dari 15 republik bekas wilayah Uni Soviet adalah Republik Uzbekistan. Sejak 31 Agustus 1991 Uzbekistan menjadi negara merdeka dan bersama dengan sejumlah republik bekas wilayah Uni Soviet lain menjadi anggota Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS).
Republik Uzbekistan terletak di Asia Tengah dan meliputi 12 provinsi, 1 daerah otonom (Karakalpakstan), dan 1 daerah khusus ibukota (Tashkent); berbatasan dengan Kazakhstan di barat dan utara, Kirghistan dan Tajikistan di timur, dan Afghanistan serta Turkmenistan di selatan. Luas: 447.400 km2. Penduduk: 34.349.976 (data 2022). Kepadatan penduduk: 79/km2. Ibukota: Tashkent.
Selain Tashkent (kota terbesar di Asia Tengah), di Uzbekistan juga terdapat kota Samarkand dan Bukhara. Samarkand adalah kota tua dari zaman kekaisaran Timur Lenk (Dinasti Khan) dan bekas ibu kota pertama Uzbekistan, sedangkan Bukhara adalah bekas ibu kota keamiran Bukhara dan bekas pusat budaya Islam.
Bagian selatan Uzbekistan merupakan pegunungan, yakni bagian dari Pegunungan Altaj dan Tien Shan; dataran rendah terdapat di bagian barat laut. Dua sungai penting di Asia Tengah, Amudarya dan Syrdarya, melewati pinggiran wilayahnya. Iklimnya, sebagaimana iklim di daerah Asia Tengah pada umumnya, bersifat kontinental.
Di daerah ini terdapat Gurun Kyzylkum. Lembah Fergana, sebuah oasis yang luas, memperoleh pengairan melalui terusan dari anak-anak sungai Amudarya dan Syrdarya. Sistem pengairan tersebut telah mendorong kemajuan usaha pertanian dengan pesat.
Lebih dari 70 persen penduduk Uzbekistan terdiri dari kelompok etnik Uzbek yang merupakan kelompok etnik terbesar ketiga di bekas wilayah Uni Soviet setelah etnik Rusia dan Ukraina. Penduduk Uzbekistan merupakan penduduk non-Eropa terbesar di Asia Tengah dan pemakai bahasa Turki terbesar kedua sesudah orang Turki-Anatolia.
Sejak zaman dahulu Uzbekistan terkenal dengan hasil pertaniannya, misalnya kapas. Hasil penting lainnya dari pertanian adalah gandum dan padi. Minyak bumi, hasil tambang yang penting, terutama ditemukan di Lembah Fergana, Uzbekistan Timur.
Tembaga terdapat di sebelah selatan ibu kota Tashkent, sulfur di Shorshu, dan marmer serta batu bara juga dekat Tashkent. Kapas menjadi barang ekspor yang penting, di samping minyak, sutra, buah-buahan, anggur, dan bulu binatang. Di Tashkent terdapat industri alat mesin pertanian.
Sejarah. Nama “Uzbek” bisa jadi berasal dari nama Uzbek, yaitu pemimpin satu suku pengembara, yang dijuluki Golden Horde (memerintah 1313–1340). Dengan terpencarnya suku pengembara tersebut sepanjang abad ke-15, salah satu suku yang kemudian disebut Uzbek bergerak ke arah selatan dan menetap pada bagian sungai yang lurus antara dua kelokan Syrdarya dan Amudarya.
Dari situlah suku Uzbek melawan kekuatan penguasa keturunan Timur Lenk dari Transoksania (Asia Tengah), yaitu Zahiruddin Muhammad Babur (1483–1530), pendiri Dinasti Mughal Islam di India. Selanjutnya, ekspansi suku pengembara Uzbek ke arah selatan ditahan oleh Dinasti Safawi (Iran).
Pada masa selanjutnya bangsa Uzbek semakin memantapkan kedudukannya, terutama berkat kesungguhannya di bidang pertanian. Bangsa ini ikut berperan pada masa pembentukan peradaban Islam oleh orang Turki-Iran sampai sebagian besar wilayahnya digabungkan ke dalam wilayah kekuasaan Rusia pada abad ke-19.
Ketika terjadi Revolusi Rusia dan perang saudara (1917– 1923), lebih dari 500.000 orang Uzbek berimigrasi ke bagian utara Afghanistan. Pada 1924 dibentuk Republik Sosialis Soviet Uzbek; seluruh wilayahnya dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Uni Soviet. Samarkand, kota pusat budaya klasik Islam, menjadi ibu kota republik itu.
Pada 1931 Tashkent, yang sebelumnya menjadi pusat administrasi Provinsi Turkestan, menjadi ibu kota menggantikan Samarkand. Di bawah kekuasaan Uni Soviet, Uzbekistan, sebagaimana juga republik lainnya, mengalami modernisasi, sekularisasi, kolektivisasi, dan industrialisasi.
Bangsa Uzbek, yang menganut Mazhab Hanafi dengan beberapa pengaruh dari aliran Saman dan Zoroaster pra-Islam, menerima Islam yang dibawa para penakluk Arab ke Transoksania pada abad ke-8. Meskipun Islam belum dianut secara meluas sampai abad ke-14, namun sejak akhir abad ke-15, ketika orang Uzbek mulai bergerak masuk ke daerah Transoksania, mereka sudah menjadi muslim. Orang muslim Uzbek menjadi saka guru bagi lembaga kebudayaan Islam.
Sejak Uzbekistan menjadi bagian dari Uni Soviet, dijalankan usaha untuk mengikis pengaruh penerapan hukum Islam dan lembaga syariat lainnya, seperti perampasan (penyitaan) badan wakaf. Usaha itu diikuti dengan penutupan lembaga pendidikan, maktab serta madrasah, dan juga banyak masjid.
Untuk mengelabui pandangan dunia luar terhadap pembasmian pengaruh Islam tersebut, pada 1956 pemerintah Uni Soviet melakukan usaha yang kelihatannya mendukung atau setidaknya bersikap netral terhadap agama, dengan membuka sekolah latihan bagi sejumlah kecil ulama Islam di Bukhara (Madrasah Barak Khan) dan di Tashkent (Madrasah Miri Arab).
Kebijakan pemerintah Moskwa atas Uzbekistan seperti ini berlangsung lama, namun pengaruh Islam di wilayah itu tidak dapat dikikis. Glasnost (keterbukaan) dan perestroika (restrukturasi) yang dilakukan oleh Mikhail Gorbachev menunjukkan bahwa rakyat Uzbekistan masih tetap merasa sebagai orang Islam.
Pada 14 Agustus 1991, Uzbekistan dan lima republik Islam Soviet (empat di Asia Tengah dan satu di Kaukasus) bersepakat untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antar-mereka. Presiden Uzbekistan, Karimov, mulai menyuarakan aspirasi bangsanya dengan mengkritik pemerintah pusat yang bersikap tidak adil terhadap republik-republik yang ada.
Menyusul kudeta yang gagal terhadap Mikhail Gorbachev, sebagaimana republik muslim lainnya, Uzbekistan menyatakan kemerdekaannya pada 31 Agustus 1991. Segera setelah pernyataan kemerdekaan tersebut, negara Pakistan membuka kantor perwakilan dan jalur penerbangan langsung ke Tashkent.
Perkembangan yang menghancurkan komunisme dan mengakhiri negara Uni Soviet tersebut tidak lalu membuat usaha Uzbekistan untuk melepaskan diri dari konservatisme menjadi mulus. Untuk berhubungan dengan akar keislaman yang sudah lama terbenam pada masa pemerintah komunis, Uzbekistan masih harus diuji melalui upaya memanfaatkan perubahan yang terjadi dengan cepat setelah negara Uni Soviet bubar.
Pada akhir 1991 Republik tersebut ikut bergabung dengan persemakmuran Commonwealth of Independent States (CIS), yang dibentuk oleh tiga negara raksasa (Rusia, Ukraina, dan Kazakhstan) yang mendominasi 70 persen penduduk bekas wilayah Uni Soviet.
Kemudian untuk menjaga keseimbangan, pemerintah sipil Presiden Karimov (memerintah sejak Juni 1989) mengadopsi kebijakan rangkap. Pada satu sisi, ulama resmi yang setia didukung dengan berbagai cara sebagai perimbangan terhadap aktivitas yang tidak sah; sedangkan pada sisi lain, kekuasaan sekuler dipergunakan jika pengaruh ulama resmi tidak cukup memadai. Adapun Perdana Menteri Shavkat Mirziyayev menjadi pemimpin pemerintahan (sejak Desember 2003).
Shavkat Mirziyayev melayani Presiden Islam Karimov dengan setia sebagai perdana menteri dari 2003 hingga 2016, ketika ia pindah dengan mulus ke kursi kepresidenan melalui kesepakatan antara pialang kekuasaan senior pemerintah.
Dia bergerak cepat untuk memulihkan hubungan dengan negara-negara tetangga di Asia Tengah, serta Rusia, Cina, dan Amerika Serikat, dan berusaha untuk meningkatkan investasi asing di ekonomi yang dikelola negara yang hampir mati.
Presiden Mirziyayev lebih berhati-hati di bidang reformasi politik, tetapi telah berhasil melakukan manuver dan mengganti semua pejabat senior era Karimov pada awal 2018, khususnya kepala keamanan yang kuat Rustam Inoyatov.
DAFTAR PUSTAKA
Esposito, John L. The Oxford Encyclopaedia of the Modern Islamic World. New York: Oxford University Press, 1995.
Glasse, Cyril. The Concise Encyclopedia of Islam. San Francisco: Harper, 1991.
Houtsma, M. Th., et al. First Encyclopaedia of Islam 1913–1936. Leiden: E.J. Brill, 1987.
Schacht, J. The Encyclopaedia of Islam. Leiden: E.J. Brill, 1965.
Shadily, Hassan, ed. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1984.
The World Book Encyclopaedia. London-Chicago-Sydney-Toronto: World Book, Inc., 1986.
Weekes, Richard V., ed. Muslim People, a World Ethnographic Survey. Westport, Connecticut: Greenweed Press, t.t.
https://www.worldometers.info/world-population/uzbekistan-population/, diakses pada 29 April 2022.
https://www.bbc.com/news/world-asia-16218112, diakses pada 29 April 2022.
Moch. Qasim Mathar
Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (April 2022)