Syaziliyah, Tarekat

Syaziliyah adalah nama tarekat yang dinisbahkan pada nama pendirinya, Abul Hasan Ali asy-Syazili (Gumara, Tunisia, sekitar 593 H/1196 [1197 M] Hotmaithira, Mesir, 656 H/1258 M). Di kalangan Tarekat Syaziliyah, silsilah ke­ turunan asy-Syazili dihubungkan dengan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian ia juga mempunyai hubungan darah dengan Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah SAW.

Asy-Syazili belajar kepada seorang sufi besar di masanya,­ Abul Abbas al-Mursi (w. 686 H/1287 M). Kemudian­ ia pindah ke Tunisia dan seterusnya me­ngembara ke negeri muslim di Timur, termasuk mengunjungi­ kota suci Mekah untuk melakukan­ ibadah haji beberapa kali.

Dalam pengembaraan tersebut ia berguru kepada dua sufi lainnya, Abu Abdillah bin Harazim dan Abdussalam bin Masyisy. Dari kedua gurunya­ ini asy-Syazili memperoleh khirqah, sebagai tanda bahwa ia sudah mencapai taraf pengetahuan­ kesufian yang mema­dai­. Khirqah biasanya berbentuk sepotong kain atau pakaian dari guru yang dianggap mengandung kesucian dan menjadi kenang-kenangan bagi si murid­ sendiri.

Perawakannya yang menarik serta kehidupan yang menunjukkan kesederhanaan membuat asy-Syazili mudah mendapat simpati dari masyarakat luas. Menurut riwayat yang hidup di kalangan Tarekat­ Syaziliyah, asy-Syazili dipandang sebagai wali yang keramat.

Kekeramatan itu diperolehnya sebagai­ hasil dari pernyataan Nabi SAW sendiri. Hal itu terjadi setelah ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. Dalam mimpi itu Nabi SAW berkata kepada asy-Syazili, “Hai Ali, pergilah engkau masuk ke negeri Mesir. Di sana engkau akan mendidik empat puluh orang Siddiqin (jujur).”

Menurut ajaran Tarekat Syaziliyah sendiri, Syaziliyah adalah tarekat yang termudah dalam perkara­ ilmu dan amal. Ajarannya serta latihan­ penyucian­ dirinya tidak rumit dan tidak berbelit-belit.

Tarekat ini memberikan tuntutan yang mudah dan sederhana dalam ihwal (keadaan mental) dan maqam­ serta dalam ilham (anugerah, petunjuk langsung)­ dan maql (ucapan, perkataan),­ sehingga para pengikut­ tarekat dengan mudah dapat dibawa untuk mendapatkan­ maqam (tangga pencapaian sufi dalam membersihkan hati), asrar (rahasia ketuhanan), karamah (kemuliaan yang di­limpahkan Allah SWT kepada seorang pengikut tarekat dalam bentuk kemam-puan memunculkan peristiwa luar biasa), dan mujahadat (bersung­guh-sungguh dalam me­ngerjakan segala ibadah dan segala wirid se­akan-akan yang mengerjakan lupa akan dirinya).

Tarekat Syaziliyah tidak meletakkan syarat­ yang berat bagi para pengikutnya. Yang dituntut dari setiap pengikut tarekat adalah meninggalkan­ kemaksiatan. Di samping itu setiap peserta tarekat harus memelihara segala ibadah yang diwajibkan Allah SWT dan mengerjakan ibadah yang disunahkan sebatas kemampuan­ serta tanpa paksaan.

Apabila seorang anggota tarekat sudah mencapai tingkat yang lebih tinggi, ia wajib melakukan­ zikir kepada Allah SWT sebanyak mungkin, se­kurang­-kurangnya seribu kali dalam sehari se­malam. Di samping itu, ia juga harus beristigfar (memohon ampunan) sebanyak seratus kali dan membaca selawat­ terhadap Nabi Muhammad SAW se­kurang-kurangnya seratus kali pula sehari semalam. Selain itu Tarekat Syaziliyah mengajarkan­ amal adab sebelum beribadah.

Tarekat Syaziliyah dibentuk 670 H/1273­ M dan muncul pertama kali di Tunisia. Tarekat­ ini kemudian berkembang ke Maroko, Mesir, dan negeri muslim belahan dunia Timur lainnya. Upaya penyebaran tersebut adalah­ atas jasa pengganti asy-Syazili sendiri, Abul Abbas al-Mursi dan Ali bin Umar al-Kurasyi. Di abad ke-19 Tarekat Syaziliyah dikembangkan Muhammad bin Muhammad bin Ahmad yang menjadi tokoh sentral Tarekat Syaziliyah di Aljazair yang menduduki jabatan khalifah tarekat.

Daftar pustaka

Atjeh, Aboebakar. Pengantar Ilmu Tarekat: Uraian tentang Mistik. Solo: Rama-dhani, 1990.
al-Hifni, Abdul Mun‘im. al-Mausu‘ah as-sufiyyah. t.tp: Dar ar-Rasyad, 1992.
Said, Usman, et al. Pengantar Ilmu Tasawuf. Medan: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN Sumatera Utara, 1981/1982.
Schimmel, Annemarie. Dimensi Mistik dalam Islam, terj. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986.
asy-Syaibi, Kamil Mustafa. as-silah Baina at-Tasawwuf wa at-Tasyayyu‘. Cairo: Dar al-Ma‘arif, t.t.
at-Taftazani, Abu al-Wafa’ al-Ganimi. Sufi dari Zaman ke Zaman, terj. Bandung: Pustaka, 1985.
Trimingham, J. Spencer. The Sufi Orders in Islam. London: Oxford University Press, 1973.

Yunan Yusuf