Salat istiska adalah salat sunah yang bertujuan meminta hujan. Salat ini dilaksanakan ketika terjadi kemarau panjang hingga sumber air menjadi kering. Akibatnya, tumbuhan mati dan manusia serta hewan kekurangan air. Dalam keadaan demikian, hendaklah pemimpin atau ulama di daerah yang terkena bencana itu mengajak masyarakat untuk bertobat.
Dalam salah satu kisah, Nabi Hud AS mengajak kaumnya untuk bertobat dan mohon ampun agar Tuhan menurunkan hujan, seperti yang ditunjukkan dalam firman Allah SWT yang berarti:
“Dan (dia berkata), ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa’” (QS.11:52).
Dalam kisah Nabi Nuh AS, Allah SWT mengisyaratkan pula dalam surah Nuh (71) ayat 10 dan 11: “Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat’.”
Di samping bertobat dan meminta ampun, pemimpin tersebut hendaklah memerintahkan pula masyarakat untuk melakukan salat istiska. Salat istiska dapat dilakukan kapan saja, kecuali waktu makruh melakukan salat.
Cara pelaksanaan salat istiska adalah sebagai berikut:
(1) masyarakat keluar beramai-ramai dengan pakaian yang sederhana dan ternak peliharaan menuju tempat salat yang telah ditentukan;
(2) melakukan salat istiska sebanyak dua rakaat dengan lafal keras; dalam rakaat pertama, imam membaca surah al-A‘la sesudah membaca al-Fatihah, dan dalam rakaat kedua, imam membaca surah al-Gasyiyah setelah membaca al-Fatihah;
(3) imam berkhotbah dan menganjurkan agar umat bertobat dan beristigfar (memohon ampun kepada Allah SWT); dan
(4) imam atau khatib berdoa menghadap kiblat setelah ia memutar selendangnya yang diikuti para makmum. Dalam melaksanakan doa tersebut imam haruslah mengangkat tangannya yang diikuti para makmum.
Doa yang diucapkan antara lain berbunyi: “Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Yang memerintahkan hari akhirat, tidak ada Tuhan kecuali Allah yang memperbuat apa yang dikehendak-Nya, wahai Allah wahai Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau Maha Kaya dan kami adalah orang-orang miskin, turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah hujan yang Engkau turunkan itu menjadi bekal bagi kami hingga suatu masa.”
Tata cara pelaksanaan salat istiska seperti di atas didasarkan atas perbuatan Rasulullah SAW yang disampaikan Aisyah RA: “Para sahabat mengadu kepada Rasulullah tentang kemarau yang melanda, maka Rasulullah memerintahkan orang membawa mimbar dan meletakkan di tempat salat.
Beliau menentukan kepada para sahabat tentang hari mereka keluar ke tempat salat itu. Pada hari itu Rasulullah SAW keluar ke tanah lapang ketika sinar matahari telah jelas kelihatan. Beliau duduk di atas mimbar, bertakbir, dan memuji Allah.
Kemudian beliau berkata, ‘Sesungguhnya kamu mengadukan tentang kemarau di daerahmu ini dan terlambatnya turun hujan dari permulaan musimnya. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kamu bermohon kepada-Nya’.
Kemudian Nabi berkata pula, ‘Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam, Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, Yang memerintah hari akhirat, tidak ada Tuhan melainkan Allah yang berbuat sekehendak-Nya, hai Allah Engkaulah Tuhanku yang tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau Maha Kaya dan kami miskin papa, turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah hujan yang Engkau turunkan itu menjadi bekal bagi kami hingga suatu waktu’.
Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya terus-menerus sehingga kelihatan putih ketiaknya. Seterusnya beliau membelakangi orang banyak sembari membalikkan selendangnya sedang beliau masih menadahkan tangannya. Kemudian beliau menghadap kepada orang banyak, lalu turun melakukan salat dua rakaat.
Maka Allah pun mendatangkan gumpalan-gumpalan awan, lalu datanglah guruh dan kilat; sebentar kemudian turunlah hujan dengan izin Allah. Dengan demikian, sebelum Nabi sampai ke masjidnya banjir telah mengalir.
Manakala Nabi melihat ketergesaan mereka (para sahabat) kembali ke tempat masing-masing beliau tertawa hingga kelihatan giginya, seraya berkata, ‘Saya mengaku bahwa Allah Maha Kuasa atas setiap sesuatu dan bahwa saya adalah hamba Allah dan utusan-Nya’” (HR. Abu Dawud). Berdasarkan hadis ini khotbah istiska boleh dilakukan sebelum melakukan salat.
Selain cara di atas, untuk meminta hujan disunahkan pula berdoa dalam khotbah Jumat atau duduk berdoa pada suatu tempat. Doa yang diajarkan Nabi SAW antara lain adalah Allahumma agitsna (Wahai Tuhan, hujanilah kami) yang dibaca tiga kali dan Allahumma asqina (Wahai Tuhan, siramilah kami), juga tiga kali (HR. Bukhari dan Muslim).
Doa lain yang dianjurkan Nabi SAW adalah Allahumma asqina gaitsan magitsan marian thabaqan ‘ajilan gaira raisin nafi‘an gaira darrin yang berarti: “Wahai Tuhanku, siramilah kami dengan hujan yang menyuburkan, yang berlapis-lapis, yang cepat tidak terlambat, dan yang bermanfaat tidak memberi mudarat” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi).