Rohulkudus

(Ar.: ruh al-qudus)

Dalam bahasa Arab, ruh al-qudus berarti “roh suci”. Menurut ajaran Islam, rohulkudus adalah Malaikat Jibril. Dalam filsafat al-Farabi dan Ibnu Sina, rohulkudus disebut Akal Kesepuluh, yakni lanjutan penciptaan alam oleh Tuhan secara emanasi (pancaran dari Tuhan).

Rohulkudus ini diberi tugas oleh Allah SWT untuk mengatur makhluk, menemui orang tertentu untuk menyampaikan­ pesan dari Allah SWT, membantu mengukuhkan­ keimanan manusia,­ dan menyampaikan berita-berita baik lainnya. Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang Rohul­kudus­ oleh Allah SWT sekaligus tugas yang diberikan,­ yakni sebagai berikut.

(1) Rohulkudus bertugas menyampaikan wahyu­ kepada­ Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam­ firman-Nya:

“Katakanlah (hai Muhammad), Rohul­kudus (Jibril) menurunkan Al-Qur’an itu dari Tu­hanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi pe­tunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS.16:102).

Di sini, di samping menyampaikan wahyu, Jibril juga menguat­­kan iman dan membawa berita gembira me­lalui Al-Qur’an. Rohulkudus menyampaikan­ wahyu kepada Rasulullah SAW seperti yang terjadi di Gua Hira ketika ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan Allah SWT.

Pada ayat lain Rohulkudus disebut juga dengan Ruh al-Amin yang berarti juga Malaikat Jibril, sebagaimana­ firman-Nya: “Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta­ alam, dia dibawa turun oleh Ruh al-Amin (Jibril)” (QS.26:192–193).

(2) Rohulkudus diutus Allah SWT kepada­ Nabi Isa AS sebagai bukti kebenaran (*mukjizat)-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami menyu­sulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan­ bukti-bukti kebenaran (mukjizat)­ kepada Isa putra Maryam dan Kami mem­perkuatnya dengan Rohulkudus” (QS.2:87).

Kisah­ ini terdapat juga dalam surah al-Baqarah (2) ayat 253 dan surah al-Ma’idah (5) ayat 110. Melalui kekuatan yang diberikan Rohulkudus­ (Jibril), Nabi Isa AS dapat membuktikan kebenaran mukjizat Allah SWT. Dia dapat berbicara ketika masih dalam buaian.

(3) Menemui orang tertentu sesuai denga­n­ kehendak Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

“(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang Mempunyai Arasy, Yang Mengutus Jibril (ar-ruh) dengan­ (membawa) perintah-Nya kepada­ siapa­ dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia)­ tentang hari­ pertemuan”­ (QS.40:15).

Para ahli tafsir mengartikan kata-kata ar-ruh dalam ayat ini dengan Malaikat­ Jibril.

(4) Rohulkudus menemui Tuhan pada saat-saat tertentu, sebagaimana firman-Nya: “Malaikat­-ma­lai­kat dan Jibril (ar-ruh) naik kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun” (QS.70:4)

Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an pada surah al-Qadr (97) ayat 4–5, para malaikat dan Malaikat Jibril akan turun pada malam qadar atau ke­muliaan untuk mengatur segala urusan.

Kata-kata ar-ruh yang tercantum dalam dua ayat di atas juga diartikan ahli tafsir dengan Malaikat Jibril. Berdasarkan ayat Al-Qur’an di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan Rohulkudus itu adalah Malaikat Jibril dan termasuk makhluk (ciptaan) Allah SWT yang diciptakan­-Nya sebe­lum­ penciptaan makhluk lainnya.

Daftar pustaka

Abduh, Muhammad. Tafsir Al-Qur’an al-Manar. Beirut: Dar al-Ma‘arif, t.t.
al-Birusawi, Isma’il Haqqi. Tafsir Ruh al-Bayan. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.
Ibnu Kasir. Tafsir Al-Qur’an al-‘Azim. Beirut: ‘Alam al-Kitab, 1405 H/1985 M.
Ibnu Sina. Ahwal an-Nafs. Cairo: Isa al-Babi al-Halabi, 1952.
Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

Yaswirman