Kiamat

(Ar.: al-qiyamah)

Salah satu fase menuju alam akhirat adalah kiamat, yakni hari akhir atau penghabisan. Hari kiamat ditandai dengan tiupan sangkakala (terompet) oleh Malaikat Israfil dan hancurnya alam semesta. Pembahasan mengenai kiamat banyak terdapat dalam Al-Qur’an dan kedatangannya pasti. Meskipun demikian, tidak ada yang tahu kapan kiamat akan terjadi, termasuk Rasulullah SAW, kecuali Allah SWT.

Kehancuran alam semesta pada hari kiamat ditandai dengan tiupan sangkakala (terompet) oleh Malaikat Israfil (QS.27:87), kemudian bumi bergoyang, mengeluarkan segala isinya, seterusnya lenyap dan diganti dengan bumi yang lain (QS.73:14; QS.99:1–2; QS.14–48). Pada saat itu gunung pecah, beterbangan, dan menjadi pasir (QS.69:14 dan QS.73:14). Langit akan terbelah, hancur menjadi minyak (QS.70:8; QS.84:1; QS.69:14). Pada hari itu matahari akan digulung (QS.73:1) dan bintang akan berjatuhan (QS.82:2).

Pembicaraan ataupun sebutan hari kiamat (yaum al-qiyamah) dalam Al-Qur’an ditemukan dalam 71 tempat, yaitu pada surah al-Baqarah (2) ayat 85, 113, 174, dan 212; Ali ‘Imran (3) ayat 55, 77, 161, 180, 185, dan 194; an-Nisa’ (4) ayat 87, 109, 141, dan 159; al-Ma’idah (5) ayat 14, 36, dan 64; al-An‘am (6) ayat 12; al-A‘raf (7) ayat 32, 167, dan 172; Yunus (10) ayat 60 dan 93; Hud (11) ayat 60, 98, dan 99; an-Nahl (16) ayat 25, 27, 92 dan 124; al-Isra’ (17) ayat 13, 58, 62, dan 97; al-Kahfi (18) ayat 105; Maryam (19) ayat 95; taha ayat 100, 101, dan 124; al-Anbiya’ (21) ayat 47; al-Hajj ayat 9, 17, dan 69; al-Mu’minun (23) ayat 16; al-Furqan (25) ayat 69; al-Qasas (28) ayat 41, 42, 61, 71, dan 72; al-‘Ankabut ayat 13 dan 25; as-Sajdah (32) ayat 25; Fathir (35) ayat 14; az-Zumar (39) ayat 15, 24, 31, 47, 60, dan 67; asy-Syura (42) ayat 45; Fussilat (41) ayat 40 dan 45; al-Jatsiyah (45) ayat 17 dan 26; al-Ahqaf (46) ayat 5; al-Mujadilah (58) ayat 7; al-Mumtahanah (60) ayat 3; al-Qalam (68) ayat 39; dan al-Qiyamah (75) ayat 1 dan 6.

Kiamat merupakan hari pembalasan yang pada suatu saat pasti terjadi. Umat Islam, bahkan umat manusia, tidak boleh ragu atas kedatangan hari kiamat (QS.40:59; QS.22:7). Mempercayai hari kiamat adalah salah satu dari rukun iman. Kedatangan hari kiamat merupakan sesuatu yang pasti, tetapi tak seorang pun yang tahu, termasuk Nabi Muhammad SAW, kapan hari kiamat akan terjadi.

Nabi Muhammad SAW berulang kali ditanya kapan terjadinya hari kiamat itu, namun beliau selalu menjawab tak seorangpun yang dapat mengetahuinya kecuali Allah SWT (QS.7:187; QS.31:34), walaupun Al-Qur’an pernah menyebutkan, bahwa boleh jadi hari kiamat itu sudah dekat waktunya (QS.33:63).

Hanya Allah SWT yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat itu, namun melalui sabda Rasulullah SAW manusia diberitahu tanda­tandanya. Tanda tersebut secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tanda kecil, yakni hari kiamat itu sudah dekat, dan tanda besar, yakni hari kiamat itu sudah dekat betul waktunya.

Tanda kiamat itu diterangkan, antara lain, dalam tiga buah hadis, yaitu hadis yang diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dari Abu Hurairah, Bukhari, Muslim dan at-Tirmizi, dari Anas bin Malik, serta Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

Tanda kecil yang dimaksud antara lain adalah:

(1) hamba sahaya perempuan dikawini tuannya;

(2) ilmu agama sudah tidak dianggap penting lagi;

(3) tersebarnya perzinahan karena memperoleh izin dari para penguasa;

(4) minuman keras merajalela;

(5) jumlah wanita lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 50:1;

(6) adanya dua golongan besar yang saling membunuh, tapi sama-sama mengaku dirinya memperjuangkan agama Islam;

(7) lahirnya dajal (tukang dusta), mengaku dirinya utusan Allah SWT;

(8) banyak terjadi gempa bumi;

(9) fitnah muncul di mana-mana;

(10) pembunuhan merajalela; dan

(11) banyak manusia yang menginginkan dirinya mati.

Adapun tanda yang menunjukkan bahwa kiamat itu sudah sangat dekat adalah:

(1) matahari terbit dari arah barat;

(2) munculnya binatang ajaib yang bisa berbicara;

(3) keluarnya Imam Mahdi;

(4) keluarnya bangsa Yakjuj dan Makjuj;

(5) rusaknya Ka’bah;

(6) lenyapnya Al-Qur’an dari mushaf dan hati; dan

(7) seluruh manusia menjadi kufur. Tentang tanda ini Allah SWT berfirman, “Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang” (QS.47:18).

Al-Qur’an menggunakan beraneka ragam istilah tentang kiamat, sekaligus sebagai penjelasan proses berlangsungnya, sehingga tidak kurang dari 32 nama yang digunakan Allah SWT untuk hari kiamat. Nama lain hari kiamat yang ada dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut.

(1) Hari kiamat (yaum al-qiyamah). Kata ini paling banyak digunakan Allah SWT untuk hari tersebut. Istilah ini antara lain ditemukan dalam beberapa ayat yang telah disebutkan di atas. Ayat tersebut pada umumnya menjelaskan kepastian datangnya hari kiamat, suatu hari yang ditentukan untuk melangsungkan pengadilan bagi setiap makhluk dan selanjutnya mendapat keputusan yang maha benar dari Allah SWT.

(2) Hari akhir (yaum al-akhir), karena hari itu adalah hari yang paling akhir dari sejarah makhluk sebelum kembali ke alam baka, surga atau neraka (QS.29:36; QS.33:21; QS.60:6).

(3) Hari zalzalah (yaum az-zalzalah), hari kegoncangan/ keruntuhan, karena pada hari itu terjadi kegoncangan yang maha dahsyat pada bumi (QS.22:1; QS.99:1).

(4) Hari waqi‘ah (yaum al-waqi‘ah), hari peristiwa yang maha dahsyat, sehingga manusia tidak dapat mendustakannya (QS.56:1–2).

(5) Hari rajifah (yaum ar-rajifah), hari gempa besar, karena merupakan hari yang menggoncangkan alam, sehingga gunung-gunung menjadi tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan (QS.73:14; QS.79:6).

(6) Hari Haqqah (yaum al-haqqah) hari kebenaran, karena hari ini benar-benar terjadi dan Allah SWT akan membuktikan janji-Nya (QS.69:1–3).

(7) Hari qari‘ah (yaum al-qari‘ah), hari peristiwa membingungkan, karena ketika terjadi hari kiamat manusia berada dalam kebingungan (QS.101:1–3).

(8) Hari Sa‘iqah (yaum as-sa‘iqah), hari penuh gemuruh (QS.39:68).

(9) Hari ‘asir (yaum ‘asir) atau hari penuh kesengsaraan dan kesulitan (QS.74:9).

(10) Hari laraiba fihi (hari yang tidak disangsikan lagi terjadinya), karena hari itu benar akan terjadi, tidak diragukan akan datangnya, dan Allah SWT pasti melaksanakan janji-janji-Nya (QS.18:21).

(11) Hari terpisahnya seseorang dari keluarganya, sebab pada hari itu setiap orang akan berpisah dari ibu bapaknya, suami/istrinya, dan anak-anaknya (QS.80:34–36).

(12) Hari al-ba‘ts (yaum al-ba‘ts) atau hari berbangkit, karena hari kiamat sekaligus merupakan salah satu tahap yang dilalui makhluk, yakni hari manusia dibangkitkan dari kuburnya (QS.23:16; QS.82:4–5). Pada hari itu malaikat juga dibangkitkan untuk melaksanakan perintah Allah SWT mengatur umat manusia (QS.78:38).

(13) Hari nusyur (yaum an-nusyur) atau hari hidup kembali setelah mati (QS.35:9).

(14) Hari al-mahsyar (yaum al-mahsyar) atau hari tempat berkumpul. Setelah makhluk dibangkitkan dari kuburnya, kemudian dihidupkan kembali dan mereka dikumpulkan dalam suatu padang tanpa pohon (QS.6:128; QS.19:39).

(15) Hari al-jam‘i (yaum al-jam‘i) atau hari pengumpulan seluruh makhluk (QS.64:9).

(16) Hari ‘arad (yaum al-‘arad), hari diperlihatkan amal perbuatan manusia (QS.99:6–8).

(17) Hari at-tanad (yaum at-tanad), hari panggil­memanggil, sebab pada hari itu setiap orang yang menemui kesulitan dan penderitaan, akan memanggil orang lain untuk mohon pertolongan sementara yang lain tidak menghiraukan (QS.40:32).

(18) Hari ath-thalaq atau hari liqa’ (yaum ath-thalaq atau yaum al-liqa’, hari pertemuan dengan Allah SWT (QS.40:15).

(19) Hari ath-thammah (yaum ath-thammah), hari bencana agung, sebab manusia teringat akan apa yang dikerjakannya setelah mengalami bencana tersebut (QS.79:34–35).

(20) Hari al-fasl (yaum al-fasl) atau hari pemisahan, suatu proses yang dilalui makhluk, suatu hari pemisahan keputusan yang benar dan yang salah. Pada hari itu Allah SWT memberi keputusan yang benar dan adil kepada hamba-hamba-Nya (QS.37:21; QS.44:40; QS.77:12–13; QS.78:17).

(21) Hari al-hisab (yaum al-hisab) atau hari perhitungan amal. Pada hari itu setiap orang akan diadili Allah SWT (QS.14:41; QS.38:26 dan 53).

(22) Hari al-gasyiyah (yaum al-gasyiyah) atau hari pembalasan (QS.88:1).

(23) Hari al-wazni (yaum al-wazni) atau hari penimbangan amal baik dan buruk, yang menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau masuk neraka (QS.18:105 dan QS.7:8).

(24) Hari ketika seseorang tidak dapat memberi pertolon-gan kepada orang lain (QS.2:48).

(25) Hari ketika banyaknya anak dan harta tidak bermanfaat, kecuali bagi orang yang menghadap Allah SWT dengan hati yang sejahtera (QS.26:88 dan 89).

(26) Hari ketika seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya (QS.44:41).

(27) Hari ketika semua mata terbuka dan dapat melihat masing-masing amalnya (QS.14:42).

(28) Yaum ad-din, yaitu hari keputusan untuk memberi balasan yang setimpal (QS.15:35. QS.26:82; QS.37:20; QS.38:78).

(29) Hari al-wa‘id (yaum al-wa‘id), hari ketika Allah SWT melaksanakan ancaman-Nya berupa azab kepada setiap makhluk yang tidak melaksanakan perintah-Nya (QS.50:14, 20, dan 45; QS.14:14).

(30) Hari al-khizy (yaum al-khizy), hari menghinakan orang yang durhaka kepada Allah SWT (QS.11:66).

(31) Hari al-khulud (yaum al-khulud), hari penetapan untuk kekal di surga atau di neraka (QS.50:34).

(32) Yaum al-jaza’, hari pembalasan amal baik dan buruk (QS.5:27; QS.26:40).

DAFTAR PUSTAKA

al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. Ihya’ ‘Ulum ad-Din. Cairo: Dar asy-Sya‘bi, t.t.
al-Jazairi, Abu Bakar Jabir. ‘Aqidah al-Mu’min. Cairo: Maktabah al-Azhariyah, 1977.
Noval, In Abdurrazaq. Hari Kiamat, terj. Bustani A. Gani dan M. Thahir Harun. Jakarta: Bulan Bintang, t.t.
Sabiq, Sayid. al-‘Aqa’id al-Islamiyyah, atau Akidah Islam, terj. Moh. Abdai Rathomy. Bandung: Diponegoro, 1978.
Thabathaba’i, Muhammad Husain. al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an. Beirut: Mu’assasah al-A‘la, 1973.

Syahrin Harahap