India

India adalah sebuah negara republik federal di Asia Selatan, dengan ibukota New Delhi. Wilayahnya seluas 3.287.782 km2 terletak di antara Laut Arab di barat dan Teluk Benggala di timur. Di utara, negeri ini berbatasan dengan Pegunungan Himalaya, Cina, dan Nepal; di timur dengan Myanmar; di timur laut dengan Bangladesh, di barat laut dengan Pakistan dan Afghanistan, dan di selatan dengan Samudera Hindia.

Penduduk India berjumlah 1.402.900.000 jiwa (data 2022) dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 1,44% per tahun. Menurut sensus 2011 (Pew Research Center): sekitar 79,8% dari penduduk menganut Hindu, 14,2% menganut Islam, selebihnya menganut Protestan, Katolik, Buddha, Jainisme, Sikh, dan Yahudi.

India yang merdeka dari Inggris pada 1947 itu, mempunyai pemerintahan yang berdiri atas dasar konstitusi yang disetujui parlemen pada 1950. Konstitusi ini menetapkan India sebagai uni negara bagian, yang terdiri atas 28 negara bagian dan 7 daerah teritorial. Setiap negara bagian mempunyai gubernur yang ditunjuk oleh presiden, badan legislatif, dan badan pengadilan sendiri. Federal atau pemerintah uni dikepalai seorang presiden dan wakilnya yang dipilih dewan pemilih, yang terdiri atas para anggota badan legislatif pusat atau negara bagian.

Kekuasaan eksekutif pemerintah dijalankan suatu kabinet yang terdiri atas menteri di bawah pimpinan perdana menteri. Saat ini (Maret 2022) perdana menterinya ialah Narendra Damodardas Modi. Adapun kekuasaan negara dipegang Presiden Ram Nath Kovind. Badan legislatif pusat memiliki dua kamar, yakni Lok Sabha (Dewan Rakyat) dan Rajya Sabha (Dewan Negara Bagian).

Anggota Lok Sabha dipilih rakyat setiap 5 tahun sekali. Setiap warga negara India yang berusia lebih dari 21 tahun memiliki hak pilih. Anggota Rajya Sabha dipilih anggota badan legislatif negara bagian. Pengadilan negeri pusat memiliki badan pengadilan tinggi yang dikepalai ketua Mahkamah Agung.

Meskipun sepanjang sejarahnya Islam senantiasa menjadi minoritas di negeri ini, namun Islam itu sendiri dapat memberikan aksentuasi tersendiri. Peranan kaum muslim India dalam pengembangan Islam dapat dilihat dalam empat tahap: pertama, masa sebelum Kerajaan Mughal (705–1526); kedua, masa kekuasaan Kerajaan Mughal (1526–1858); ketiga, masa kekuasaan Inggris (1858–1947); dan keempat, Islam pada negara India sekuler (1947 sampai sekarang).

Masuknya kaum muslim ke anak benua India terjadi dalam tiga gelombang yang terpisah. Orang Arab masuk pada abad ke-8, orang Turki pada abad ke-12, dan orang Afghan pada abad ke-16.

Jauh sebelum Kerajaan Mughal berdiri, sebenarnya sejak abad ke-1 Hijriah, Islam telah masuk ke India ketika Umar bin Khattab memerintahkan suatu ekspedisi. Pada 643, setelah Umar wafat, orang Arab menaklukkan Makran di Baluchistan. Pada pemerintahan Bani Umayah, Islam melanjutkan ekspedisi (futuhat) di bawah Panglima Muhammad bin Qasim yang berhasil menguasai Sind, dan sejak 871 orang Arab menjadi pemukim tetap di sana.

Mahmud Ghaznawi pada 1020 berhasil menaklukkan raja-raja Hindu di India dan mengislamkannya. Setelah Dinasti Ghaznawiyah runtuh, muncullah dinasti kecil seperti Mamluk, Khalji, Tugluq, dan terakhir Dinasti Lody yang didirikan Bahlul Khan Lody (w. 1489). Ketika terjadi kekacauan di negerinya, ia mengundang Muhammad Babur dari Kabul yang kemudian berhasil mendirikan Kerajaan Mughal.

Pada mulanya ia hanya diundang Ibrahim Lody, tetapi akhirnya Babur (Zahiruddin Muhammad Babur) berhasil mendirikan Kerajaan Mughal pada 1526. Setelah Babur meninggal pada 1530, ia digantikan putranya, Humayun. Akan tetapi ia harus menghadapi tantangan berat dengan kekalahannya pada 1540 dari Bahadur Syah, penguasa Gujarat.

Selanjutnya Humayun pergi mengembara, dan kembali berkuasa pada 1555. Pada tahun berikutnya ia meninggal dunia. Selanjutnya Kerajaan Mughal dipimpin Akbar Khan yang juga dikenal “Akbar yang Agung”. Ia memerintah selama 49 tahun, yang merupakan era puncak kebesaran Kerajaan Mughal, bahkan Akbar ingin mempersatukan daerah, agama, dan golongan di India.

Ia mengawini seorang putri Hindu, dan ketika berkhotbah di masjid, ia memakai simbol Hindu di dahinya. Ia melarang menulis dengan huruf Arab, menyuruh rakyat bersujud kepadanya, dan melarang khitan serta makan daging sapi, sehingga keagamaannya mendapat sorotan umat Islam. Pada 1605 raja Mughal yang masyhur ini wafat.

Ia digantikan Sultan Salim (Nuruddin Muhammad Jahangir) yang wafat pada 1627, lalu digantikan Syah Jehan (w. 1657). Penguasa Mughal berikutnya adalah Aurangzeb (Alamgir I; 1658–1707). Namun sesudahnya tidak ada lagi raja yang kuat sehingga Mughal mengalami kemunduran.

Selama masa kekuasaannya, Kerajaan Mughal sebagai salah satu negara adikuasa pada waktu itu mencapai kemajuan dalam berbagai bidang. Mughal membangun budaya Islam di atas bekas pusat budaya Hindu sejak 5 abad sebelum Masehi.

(1) Dalam bidang futuhat, Mughal menguasai daerah yang meliputi Kabul, Lahore, Multan, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Gujarat, Melwa, Bihar, Bengal, Khandes, Berar, Ahmadnagar, Ousra, Kashmir, Bajipur, Galkanda, Tajore, dan Trichinopoli.

(2) Dalam bidang ekonomi Kerajaan Mughal pada waktu itu telah mengekspor tekstil ke Eropa, menghasilkan nila, rempah-rempah, opium, gula, garam, bubuk sodium, wol, parfum, dan lain-lain, yang semuanya merupakan komoditas ekspor. Kerajaan Mughal bukan hanya mengenal ekonomi pedesaan melainkan juga perdagangan antarbenua.

(3) Dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, Mughal juga membangun masjid, madrasah, dan perpustakaan. Pengajaran logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik, dan matematika digalakkan. Di madrasah, mata pelajaran pokoknya adalah Ilmu Tafsir, Hadis, dan Fikih. Pada 1641 perpustakaan di Agra memiliki sekitar 24.000 buku. Pada masa pemerintahan Syah Jehan dan Aurangzeb dibangun sekolah tinggi di samping pusat pengajaran di Sucknon.

(4) Dalam bidang arsitektur terdapat bangunan indah dengan arsitektur yang mengagumkan, antara lain Benteng Merah, Masjid Jami, istana yang megah di Delhi dan Lahore, dan Taj Mahal di Agra yang merupakan makam permaisurinya, dan kini menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Setelah Aurangzeb wafat pada 1707, Mughal merosot dengan cepat, terjadi perang antargubernur daerah yang menyebabkan orang Hindu bangkit kembali. Sementara itu orang Inggris bersama Portugis, Belanda, dan Prancis telah masuk ke India. Akhirnya setelah pemberontakan pada 1857, sisa-sisa bangsawan Islam bahu-membahu melawan Inggris, namun mengalami kekalahan. Dengan demikian, era kekuasaan Inggris pun bermula di India.

Di zaman kekuasaan Inggris ini, muncul sejumlah pemikir muslim yang memperjuangkan kemajuan umat Islam melalui pemurnian, pembaruan pemikiran, dan berbagai gagasan untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Di antara pemikir Islam itu adalah Syah Waliyullah (w. 1762), Sayid Ahmad Khan (1817–1898), Sayid Amir Ali (1849–1928), Muhammad Iqbal (1873–1938), Mohammad Ali Jinnah (1876–1948), serta Abdul Kalam Azad (1888–1956).

Para tokoh Islam tersebut dalam membangkitkan umat Islam di India, dan kemudian Pakistan, mengambil berbagai strategi, mulai dari sikap kerjasama dengan Inggris, melawan Inggris, dan kerjasama dengan India. Akhirnya, ketika Inggris memberikan kemerdekaan bagi India dan Pakistan pada 1947, umat Islam terbagi dua, ada yang masuk ke negara Islam Pakistan dan sebagian lagi (40 juta) tetap tinggal di India.

Sejak India memperoleh kemerdekaannya, 15 Agustus 1947, India menjadi negara republik. Konstitusi India menjamin hak dasar warga negaranya yaitu: (1) hak persamaan, (2) hak kebebasan, (3) hak menentang pemerasan, (4) hak kebebasan beragama, (5) hak budaya serta pendidikan, (6) hak atas harta benda, dan (7) hak atas perbaikan konstitusional.

Sejak itu umat Islam yang minoritas di India tetap memperoleh kebebasan dalam pengembangannya dan hidup berdampingan dengan agama lain. Namun, di beberapa negara bagian sering terjadi benturan dan konflik sosial-komunal dan keagamaan.

Umat Islam di India menyebar di negara bagian: Uttar Pradesh, Bengali Barat, Bihar, Kerala, Assam, Andra Pradesh, Maharashtra, Kashmir, Tamil Nadu, Gujarat, Karnataka, dan Madya Pradesh. Kebanyakan muslim India adalah petani. Di Uttar Pradesh dan Madya Pradesh mereka umumnya menjadi perajin dan pekerja. Di banyak kota negara bagian Uttar Pradesh kaum muslim memegang perdagangan kain tenun. Profesi pedagang juga menjadi tradisi bagi muslim yang tinggal di Gujarat dan Maharashtra.

Tokoh Islam duduk dalam berbagai posisi pemerintahan mulai dari presiden, semisal Dr. Zakir Husain, dan menteri. Orang Islam juga berperan di lembaga peradilan meskipun sangat terbatas. Pada 1980, misalnya, dari 17 hakim ketua hanya 2 orang yang muslim, dan dari 268 hakim, yang muslim hanya 12 orang. Dalam angkatan bersenjata kondisinya tidak jauh berbeda.

Sistem pendidikan Islam yang berkembang juga cukup baik. Pada 1683 berdiri madrasah di Lucknow di bawah bimbingan Maulana Nizamudin dan Maulana Muhammad Sahalawi. Santri belajar, bukan hanya fikih tetapi juga nahu dan sharaf, filsafat, matematika, tafsir, hadis, serta prinsip dan sejarah sufisme.

Selain itu, terdapat Madrasah Deoband yang berdiri pada 1867, yang memiliki reputasi internasional. Mahasiswa berdatangan dari berbagai penjuru dunia ke kota Deoband. Kurang dari satu dekade kemudian, Sayid Ahmad Khan mendirikan Mohammedan Anglo-Oriental College (MAOC) di Aligarh yang berkembang menjadi Muslim University of Aligarh. Pada abad ke-20 perkembangan lembaga pendidikan ini semakin pesat.

Perkembangan lembaga pendidikan dapat dilihat, misalnya, ketika Muslim University of Aligarh mendirikan pusat riset tentang Islam dan sejarah negara Asia Barat. Lembaga ini menerbitkan majalah dalam bahasa Urdu dan buletin dalam bahasa Inggris.

Di samping itu terdapat Universitas Osmania di Hyderabad, Jamia Millia Islamia di Delhi, Universitas Delhi, Universitas Madras, dan Bombay. Lembaga pendidikan tingkat doktoral juga terdapat di Patna, Darul Ulum di Deoband, Nahwatul Musannafeen di Delhi. Juga terdapat lembaga riset Islam di Bombay.

Posisi umat Islam yang minoritas di India itu terusik di akhir 1989, ketika Rajiv Gandhi, perdana menteri India, memberikan izin kepada umat Hindu untuk mendirikan kuil di kompleks Masjid Babri yang didirikan Sultan Babur, sultan pertama Kerajaan Mughal 1528. Umat Hindu mengklaim lokasi masjid tersebut sebagai tempat lahirnya dewa Rama.

Dengan dipimpin Vishva Hindu Parishad (Organisasi Hindu Dunia atau VHP) dan sering didukung partai politik Bharata Janata Parishad (BJP), konflik tersebut menjadi kasus nasional. Hal ini menimbulkan kerusuhan di Ayodhya yang menye­babkan robohnya masjid batu itu dan lebih dari 300 orang tewas, yang sebagian besar korbannya adalah kaum muslim. Kejadian tersebut adalah gangguan yang cukup berarti bagi minoritas muslim di negeri itu sejak kemerdekaan 1947.

Sampai saat ini, konflik antara masyarakat muslim dan kaum Hindu garis keras India masih terus berlanjut, salah satunya adalah kerusuhan di Gujarat pada Februari 2002. Akibat kerusuhan tersebut ribuan masyarakat muslim Gujarat mengungsi dari tempat tinggalnya, mereka menempati kamp pengungsian yang terletak di titik rawan konflik.

Ditutupnya sejumlah kamp pengungsi oleh pemerintah menyebabkan warga muslim mulai meninggalkan tempat penampungan mereka. Mereka pindah ke kawasan lain di India, dan bahkan ada yang lari ke luar negeri. Pada akhirnya, konflik yang berkepanjangan tersebut meng­ganggu hubungan baik kaum minoritas muslim dengan pemerintah India.

Pada Agustus-September 2013 terjadi kerusuhan di distrik Muzaffarnagar, Uttar Pradesh. Bentrokan pecah antara komunitas Hindu dan Muslim. Insiden ini menewaskan total 62 orang termasuk 42 Muslim dan 20 umat Hindu, dan melukai 93 lainnya. Kerusuhan ini membuat lebih dari 50 ribu warga Muzaffarnagar mengungsi.

Ada dua versi yang diperdebatkan soal penyebab kerusuhan yang paling mematikan dalam sejarah Uttar Pradesh itu. Pertama, kerusuhan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang melibatkan beberapa pemuda. Kedua, kerusuhan terjadi akibat seorang gadis komunitas Jat Hindu diduga dilecehkan oleh seorang pemuda Muslim di desa Kawal. Sebagai balasan, komunitas Hindu di distrik itu membunuh pemuda Muslim tersebut.

Komunitas Hindu dan Muslim kembali terlibat bentrokan berdarah pada Februari 2020, kali ini terjadi di Ibu Kota New Delhi. Bentrokan itu diawali oleh komunitas nasionalis Hindu yang menyerang kawasan mayoritas umat Muslim di timur laut New Delhi, mulai dari menghancurkan bangunan, menjarah toko-toko, hingga menyerang warga Muslim di wilayah itu. Setidaknya 53 orang terbunuh dalam insiden itu, dua pertiganya merupakan umat Muslim yang tewas tertembak, terpenggal, hingga dibakar hidup-hidup.

Bentrokan ini bermula akibat protes umat Muslim terhadap amendemen Undang-Undang Kewarganegaraan yang disahkan pemerintah pada Desember 2019. Dikutip dari laporan Human Rights Watch, UU itu memberikan kemudahan dan jalur cepat naturalisasi bagi imigran Pakistan, Bangladesh, hingga Afghanistan yang menganut 6 agama kecuali Islam. Keenam agama itu adalah Hindu, Sikh, Kristen, Parsis, Jainis, dan Buddha. Sebagian umat Muslim menganggap, UU tersebut merupakan bentuk diskriminasi terhadap mereka dan mulai menggelar protes terbuka di ibu kota.

DAFTAR PUSTAKA

Akram, S.M. Muslim Civilization in India. New York: Columbia University Press, 1964.

Prasad, Ishwari. A History of Moslem Rule in India. Allahabad: The Indian Press, 1936.

Rizvi, Sayid Athar Abbas. Religion and Intelectual History of Muslim in Akbar Reign. New Delhi: Mushiram Munoharlal, 1975.

Smith, Wilfred Cantweel. Modern Islam in India: A Social Analysis. London: Victor Gollancy Ltd., 1946.

https://www.worldometers.info/world-population/india-population/, diakses pada 13 Maret 2022.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220209130956-113-756965/deret-insiden-umat-hindu-muslim-hingga-kebijakan-bias-islam-di-india, diakses pada 13 Maret 2022.

https://www.bbc.com/news/world-asia-india-58595040, diakses pada 13 Maret 2022.

Syahrin Harahap

Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)