Inayat Khan, Hazrat

(1882–1927)

Hazrat Inayat Khan adalah seorang eksponen musik klasik dan Karnatik Hindustan (salah satu jenis musik khas India) abad ke-20, pemimpin kelompok musik Royal Hindustan, dan tokoh pseudo-sufi yang memberi kuliah musik dan tasawuf di universitas terkemuka di Amerika Serikat dan Eropa sampai awal 1920-an.

Hazrat Inayat Khan adalah anak sulung dari pasangan Rahmat Khan dan Khatija Bibi. Ayahnya berasal dari keluarga Masyayikh (ulama) Punjab yang tinggal di Sialkot. Ia adalah penyanyi dhrupad (salah satu jenis seni suara India), yang sebelumnya belajar pada Saint Ilyas, seorang musikus sufi. Leluhurnya, Jumashah, adalah sufi terkenal yang makamnya ramai diziarahi orang hingga sekarang.

Ibunya, Khatija Bibi adalah keturunan Sultan Tipu, penguasa lokal berbasis kesukuan. Kakeknya dari pihak ibu, Moula Baksh, juga penyanyi dan pendiri Gyanshala, nama sebuah perguruan musik di Baroda yang kemudian berkembang menjadi Akademi Musik India Maharaja Sayaji Rao. Moula Baksh belajar musik pada Maharaja Baekwar, yang merupakan figur utama dunia musik pada zamannya.

Tradisi bermain musik yang diturunkan keluarganya ini membuat Inayat Khan cepat mendalami bidang musik. Dalam usia 18 tahun, Inayat Khan sudah menjadi “guru besar” pada Gyanshala, perguruan musik yang didirikan kakeknya itu. Di samping mengajar musik, Inayat Khan juga melakukan perjalanan kesenian secara intensif ke berbagai istana raja.

Penampilannya dalam pertunjukan musik di halaman istana Maharaja Mysore, ketika mengikuti konser yang dipimpin Rabindranath Tagore di Calcutta, sangat mengesankannya. Penampilan lain yang mendatangkan kesan mendalam dalam dirinya adalah perjalanan pertamanya ke Myanmar dan Sri Lanka.

Sebagaimana di bidang musik, ketertarikan Inayat Khan di bidang mistik juga dilatarbelakangi keluarganya yang mendalami tasawuf dan sufi. Yang membawanya langsung ke dunia mistik ini adalah pertemuannya dengan Mohammad Abu Kashim Madani, sufi mursyid tarekat Chistiyah, sebuah tarekat yang menggunakan musik sebagai sumber inspirasi dan ekstase.

Inayat Khan juga mendapat latihan spiritual dari tarekat lain, seperti Naqsyabandiyah, Kadiriyah, dan Suhrawardiyah. Pengalaman mistiknya itu sangat mempengaruhi musiknya, dan mampu mengangkat pendengarnya “ke atas langit bumi”. Guru spiritualnya pernah berkata kepadanya, “Berbuatlah untuk dunia, wahai anakku, dan selaraskan Timur dan Barat dengan harmoni musikmu. Sebarkan hikmah sufisme ke luar negeri; karena untuk yang terakhir ini upaya penyerbaran hikmah sufisme engkau dianugerahi oleh Allah SWT.”

Tampaknya, “fatwa” mursyid inilah yang kemudian mendorongnya menjadi sufi pengembara, membawa kelompok musiknya ke Barat. Pada 13 September 1910 ia mulai melakukan pengembaraan selama 3 tahun di Amerika Serikat. Di sana ia memberi kuliah tasawuf dan konser musik sufi di Universitas Columbia, kemudian ke California, serta memberi kuliah dan konser di Universitas Berkeley dan Universitas San Fransisco.

Di California, ia membaiat murid pertamanya, Nyonya Ada Martin, yang kemudian diberinya nama Rabi’ah, dengan harapan dapat membangun citra dirinya seperti Rabi’ah al-Adawiyyah, sufi wanita terkenal periode klasik. Setelah pembaiatan itu, banyak orang Amerika menjadi muridnya.

Dalam masa pengembaraannya di Amerika Serikat inilah ia bertemu dengan Ora Ray Baker, yang kemudian menjadi istrinya, lalu berganti nama menjadi Amina Begum. Melalui perkawinannya ini ia dianugerahi empat orang anak, yaitu Noor, Vilayat, Hidayat, dan Khairun Nisa.

Setelah mengarungi perjalanan panjang di Amerika Serikat, Inayat Khan kemudian mengunjungi London, Paris, dan Moskwa. Di semua tempat itu ia menyelenggarakan pertunjukan konser musik dan kuliah tasawuf. Pada Juni 1913, Inayat Khan mengikuti Kongres Musik Internasional sebagai kelompok yang mewakili musik India.

Setelah itu Inayat Khan dan saudaranya diundang ke India untuk menyelenggarakan konser amal. Pada waktu itu ia sempat bernyanyi untuk Mahatma Gandhi (1869–1948), pemimpin nasional India, yang baru kembali dari Afrika.

Ketika Perang Dunia I (1914) pecah, Inayat Khan dan keluarganya pindah ke London. Sebagaimana biasa, kehidupannya setelah itu tidak bisa dipisahkan dari konser dan kuliah tasawuf.

Pada Juli 1915, The Islamic Society, sebuah perhimpunan muslim di London, meminta Royal Hindustan memberi bantuan melalui konser musik amal untuk janda dan anak prajurit India. Ketika menyanyikan sebuah lagu, Inayat Khan mencela otoritas Inggris. Akibatnya, Royal Hindustan dianggap memberontak, dan sejak itu kelompok ini tidak boleh menyelenggarakan konser selama beberapa waktu.

Meskipun dilarang bernyanyi, Inayat Khan terus memberikan kuliah tasawuf di London, Southampton, Edinburgh, Berighton, dan Harrogate. Ia juga memberi kuliah dan pelajaran musik di rumahnya dan mengajar pada Asiatic Society, paguyuban orang Asia (terutama dari India) di London.

Ia juga memperoleh banyak waktu untuk menulis buku. Sebuah lembaga penerbitan, The Sufi Publishing Society, didirikan di London untuk mempublikasikan bukunya. Sementara itu banyak pula cabang Sufi Society, perkumpulan sufi pengikut Hazrat Inayat Khan, dibuka di berbagai belahan dunia.

Pada 1920 Inayat Khan pindah ke Paris, Perancis. Di sini ia merancang sebuah pelayanan ibadah universal yang memberi kesempatan kepada orang yang berasal dari berbagai agama untuk duduk bersama-sama dan beribadah pada Tuhan Yang Satu, dan memberikan penghormatan kepada semua rasul. Hal inilah yang membuat dia disebut pseudo-sufi, karena cenderung tidak peduli pada batas eksoterisme agama.

Pada 1923, ia kembali ke Amerika Serikat untuk mengajar metafisika di New York, Boston, Los Angeles, dan San Fransisco. Namun, tidak beberapa lama kemudian, ia kembali ke Eropa untuk mengembara ke Belanda, Swiss, Swedia, Italia, dan Jerman. Menjelang akhir hayatnya, ia kembali ke India dan wafat dalam usia 45 tahun. Inayat Khan dimakamkan di daerah Nizamuddin, New Delhi.

Putranya yang pertama, Pir Vilayat, meneruskan pekerjaan ayahnya di Amerika Serikat dan Eropa. Anaknya yang lain tinggal di rumah keluarga di Fazal Manzil (rumah keutamaan), nama yang diberikan untuk rumahnya di Paris.

Inayat Khan menulis beberapa buku musik seperti Balasan Geetmala, Inayat Geet Ratnawali, Inayat Harmonium Shikshak, dan Inayat Pedal Shikshak. Bukunya yang berjudul Mincar Musiqar merupakan esai tentang produksi suara, sebuah studi perbandingan musik India dan Barat.

Karyanya di bidang mistik jauh lebih banyak. Bukunya yang paling monumental adalah The Sufi Message (Pesan Sufi) yang terdiri dari beberapa jilid. Di samping karyanya yang sudah diterbitkan, juga terdapat ajaran esoteris Hazrat Inayat Khan yang belum diterbitkan.

Hazrat Inayat Khan juga meninggalkan The Sufi Movement (Gerakan Sufi) yang menjalankan fungsi pendidikan sufi bagi pengikutnya. Karyanya, baik yang sudah maupun yang belum diterbitkan, terutama The Sufi Message masih dipelajari oleh murid sekolah batin, The Sufi Movement.

Ajaran tasawufnya mencerahkan aspek kehidupan, menekankan kesederhanaan, dan menyentuh kalbu. Ia memperkenalkan ajaran tentang cinta dan kebijaksanaan sebagai cara mewujudkan tujuan kehidupan, yakni dua prinsip hidup yang diabadikan dalam semua agama. Menurutnya, menghormati dan menghargai semua perbedaan adalah dasar saling pengertian yang harus dicapai, tetapi tidak dengan mengubah pandangan yang satu kepada pandangan yang lain.

Tujuan Gerakan Sufi adalah bekerja demi kesatuan, yakni membawa kemanusiaan yang terbagi-bagi dalam berbagai perbedaan untuk dapat lebih dekat bersama-sama melalui pengertian hidup yang lebih mendalam. Penjelasan Inayat Khan membuka “jalan” menuju Tuhan dan kesatuan kehidupan. Menurutnya, sufisme sebagai suatu madrasah memang datang dari Timur ke Barat, tetapi sufisme sebagai suatu pesan berasal dari “atas” ke bumi; dan sufisme bukan milik Timur atau Barat.

Berkaitan dengan ajaran tasawuf ini, Hazrat Inayat Khan disinyalir menganut apa yang disebut wahdah al-adyan (kesatuan agama). Ia memang menyatakan bahwa agama (jumlahnya) banyak dan berbeda satu sama lain, tetapi hanya dalam bentuknya.

Sebagai analogi, ia menyatakan bahwa air selalu merupakan unsur yang sama, tidak berbentuk, dan hanya mengambil bentuk saluran atau bejana yang ditempatinya, sehingga air berubah nama menjadi sungai, danau, laut, atau kolam. Agama juga demikian: kebenaran esensialnya satu, tetapi bentuknya banyak.

The Sufi Movement membawa pesan kemanusiaan yang merupakan kelanjutan dari pesan agama terdahulu yang selalu ada, suatu agama yang menjadi milik semua nabi dan rasul, dan semua kitab suci. Tujuan The Sufi Movement adalah membawa pengertian yang lebih baik di antara individu, bangsa, dan ras; dan memberikan pertolongan kepada orang yang mencari kebenaran.

DAFTAR PUSTAKA

“Inayat Khan Wali Sufi dan Musikus Punjab Abad ke-20,” Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an, No. 1, Vol. IV/1993.

Khan, Hazrat Inayat. The Heart of Sufism, terj. Bandung: Rosdakarya, 2002

“The Sufi Movement,” Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur’an, No. 1, Vol. IV/1993.

Badri Yatim