Idrisiyah, Dinasti

Idrisiyah adalah nama sebuah dinasti di Maroko yang didirikan pada 172 H/789 M oleh Idris I bin Abdullah, cucu Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Idrisiyah merupakan dinasti pertama yang beraliran Syiah di daerah Magribi (terutama Maroko)­ di Afrika utara. Sebelum Idrisiyah berkuasa, daerah tersebut didominasi aliran Khawarij.

Sebagai seorang Syiah, Idris I berpendirian bahwa­ sepeninggal Nabi Muhammad SAW, beliau seharusnya­ dan sepantasnya digantikan Ali bin Abi Thalib. Tetapi mufakat umat mengangkat Abu Bakar as-Siddiq sebagai khalifah pertama, kemudi­an Umar bin Khattab dan Usman bin Affan, baru kemudian Ali.

Pada masa selanjutnya, pengikut Ali berusaha agar jabatan khalifah dipegang pendukung Syiah, tetapi tidak berhasil sampai Bani Umayah berkuasa (661–750). Dalam rangka merebut ke­kuasaan, kaum Syiah mengadakan pembe­ rontakan pada 785 terhadap penguasa Dinasti Abbasiyah. Idris I ikut dalam pemberontakan terse­but. Kegagalan usaha itu menyebabkan ia meninggalkan­ Madinah menuju Afrika utara dan akhirnya menetap di Fez. Di sini ia menggelorakan paham Syiah dan membangun­ dinasti Syiah.

Kekuasaan Dinasti Idrisiyah berlangsung selama kira-kira 2 abad. Pada masa itu, Islam (Syiah) berkem­bang­ dengan pesat, terutama di Afrika utara, de­ngan Bani Idris (Adarisah) sebagai tulang punggungnya. Kota Fez menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan.

Kekuasaan Dinasti ini surut setelah Khalifah­ Harun ar-Rasyid mengangkat Ibrahim bin Aghlab (800–811) se­bagai gubernur Afrika utara yang beraliran Suni. Bani Idris kemudian digantikan Bani Taghlib (Dinasti Aghlabiyah).

Idris I mempunyai 12 putra, yaitu: Muhammad, Ahmad, Ubaydillah, Isa, Idris II, Ja‘far, Hamzah, Yahya, Abdallah, al-Kasim, Dawud, dan Umar. Anaknya yang tertua, Muhammad, berdasarkan nasihat dari neneknya, Kanza, membagi kera­jaan kepada saudaranya yang sudah dewasa­.

Ia sendiri memperoleh kota Fez. Ia langsung membangun­ kota ini di atas reruntuhan kota kuno peninggalan Romawi, Volubilis. Kota ini dengan­ cepat berkembang dan populer sehingga me­ narik banyak imigran muslim dari Spanyol dan daerah­ Afrika lainnya.

Kemudian kota itu menjadi ibukota pemerintahan Idrisiyah, kota suci, dan tempat tinggal Shorfa, yaitu orang terhormat keturunan­ cucu Nabi SAW, Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Anak-anak Idris I yang lainnya juga menerima pembagian­ wilayah, yaitu: Kasim menerima wilayah­ Tanja dengan wilayah jajahannya, termasuk kota Basrah; Umar menerima wilayah Sinhaja dan Ghumara; Dawud menerima wilayah Hawara sebelah­ timur Taza; Yahya menerima wilayah Day dan daerah jajahannya;

Isa menerima daerah Wazekkur­ dan bagian utara Tamesna dan Shalla; Hamzah al-Awdiaya menerima wilayah Walila; dan Ubaydillah­ mene­rima wilayah­ selatan, yaitu Lamta dan jajahan sekitarnya­. Saudara­­kecilnya berada di bawah asu-han dan pengawasan­ saudara­tuanya. Sementara itu Tlemcen (Agadir) tetap berada di bawah pemerintah­an Muhammad Sulaiman, sepupu Idris II.

Pembagian wilayah tersebut segera menimbul­kan sengketa. Isa memberontak terhadap Muham­mad. Lalu Muhammad minta bantuan kepada Kasim untuk meme­rangi­ pemberontakan tersebut.

Karena permintaan­nya ditolak, ia mempercayakan tugas penumpasan­ kepada Umar. Umar berhasil menye­rang­ Wazekkur dan memaksa­ Isa keluar dari wilayah kekuasaannya­ dan mencari perlindungan­ di Shal-la. Umar bergerak terus menuju­ Tanja untuk menghukum Kasim yang dianggapnya membang­kang­.

Kasim melarikan diri ke Azayla (Arzila). Sebagai­ hadiah atas keberhasilannya itu, Umar diberi hak untuk menjadi penguasa Tanja sampai akhir hayatnya. Ia meninggal di Fajj al-Faras, wilayah Sinhaja, pada Syawal 220/September–Oktober­ 835 dan dimakamkan di Fez. Atas perintah Muhammad,­ anak Umar yang bernama­ Ali dinyatakan­ berhak­ atas semua peninggal­an­ ayahnya.

Muhammad, setelah memegang tampuk kekua­­saan selama lebih dari 8 tahun, meninggal pada Rabiulakhir 221/Maret– April 836 di Fez dan di­ kuburkan di sana pula. Sebagai penggantinya, sebelum meninggal, ia sudah menunjuk anak­ nya ke-4, Ali, yang masih berumur 9 tahun.

Ali bin Muhammad memerintah selama 13 tahun dan me­ ninggal pada Rajab 234/ Januari 849. Ia digantikan saudaranya, Yahya, yang selama pemerintahannya yang damai banyak imigran­ dari Andalusia dan daerah Afrika lainnya berdatangan ke Fez.

Kota ini lalu berkembang­ be­gitu pesat baik dari segi penduduk maupun pem­bangunan gedungnya. Gedung yang dibangun pada masa itu antara lain adalah dua masjid, yaitu Qairawan dan Andalusia yang didirikan pada 245 H/859 M.

Yahya bin Muhammad meninggal pada 249 H/863 M dan digantikan anaknya, Yahya II. Karena Yahya II tidak bisa mengatur pemerintahannya,­ terjadilah pembagian wilayah kekuasaan. Keluarga Umar bin Idris I tetap memerintah wila­ yahnya, sedangkan Dawud mendapat wilayah yang le­bih luas lagi ke arah timur kota Fez.

Keluarga Ka­sim menerima bagian di sebelah barat kota Fez bersama-sama dengan pemerintah wilayah suku Luwata dan Kutama. Husen, paman Yahya II dari pihak ibunya, menerima bagian selatan kota Fez sampai ke Pegunungan Atlas.

Yahya II terlibat perbuatan tak bermoral. Akibatnya,­ ia harus melarikan diri dan mencari perlindungan di Andalusia sampai akhir hayatnya (252 H/866 M). Dalam suasana yang mengecewakan rakyat,­ seorang penduduk kota Fez yang bernama Abdur Rahman bin Abi Sahl al-Judami mencoba menarik keuntungan dengan jalan mengambil alih kekuasaan­. Namun istri Yahya, anak perempuan dari saudara­ sepupunya, Ali bin Umar, berhasil menguasai kembali sebagian wilayah Qairawan dan memu­lihkan ketenteraman dengan bantuan ayahnya.

DAFTAR PENGUASA DINASTI IDRISIYAH DAN MASA JABATANNYA

  1. Idris I bin Abdullah ( 172 H/789 M – 177 H/793 M)
  2. Idris II bin Idris ( 177 H/793 M – 213 H/828 M )
  3. Muhammad bin Idris I (213 H/828 M – 221 H/836 M)
  4. Ali bin Muhammad ( 221 H/836 M – 234 H/849 M )
  5. Yahya I bin Muhammad ( 234 H/849 M – 249 H/863 M )
  6. Yahya II bin Yahya I ( 249 H/863 M – 252 H/866 M )
  7. Ali II bin Umar ( 252 H/866 M – ? )
  8. . Yahya III bin al-Kasim ( ? / 292 H/905 M )
  9. Yahya IV bin Idris bin Umar ( 292 H/905 M – 307 H/919-20 M )
  10. Hasan al-Hajjam bin Muhammad bin al-Kasim ( 313 H/925 M – 315 H/927 M)
  11. Kasim Gannun bin Muhammad bin al-Kasim ( 326 H/937-8 M – 337 H/948-9 M)
  12. Abu Aysh Ahmad bin Kasim Gannun ( 337 H/948-9 M – 343 H/954-5 M)
  13. . Hasan bin Kasim Gannun ( 343 H/954-5 M – 363 H/974 M dan
    375 H/985 M )

DAFTAR PUSTAKA

Bosworth, Clifford Edmund. The Islamic Dynasties: A Chronological and Genealogical Handbook. Edinburgh: Edinburgh University Press, 1980.

Brockelmann, Carl. History of the Islamic People. London: Routledge & Kegan Paul Ltd, 1982.

Goldschmidt, Jr. Arthur. A Concise History of Middle East. Boulder: Westview Press, 1988.

Hitti, Philip K. History of the Arabs. London: Macmillan Education Ltd., 1974.

Hodgson, Mashall G.S. The Ventures of Islam. Chicago: University of Chicago Press, 1973.

Ibnu Asir. al-Kamil fi at-Tarikh. Beirut: Dar al-Ma‘arif, 1977.

Lapidus, Ira M. A History of Islamic Societies. Cambridge: Cambridge University Press, 1988.

Syalabi, Ahmad. Mausu‘ah at-Tarikh al-Islami wa al-sadharah al-Islamiyyah. Cairo: an-Nahdah al-Misriyah, 1990.

Zaenal Arifin Toy