Nabi Idris AS adalah generasi ke-6 dari Nabi Adam AS, putra dari Yarid bin Mihla’iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam. Ia adalah keturunan pertama yang dikaruniai kenabian. Ia memiliki beberapa kepandaian: matematika, astronomi, menunggang kuda, dan menjahit. Ia belajar baca tulis dengan tekun tanpa mengenal waktu dan tempat. Idris termasuk orang yang sabar serta taat beribadah.
Sejak kecil, Nabi Idris AS telah pandai membaca sahifah (lembaran tertulis) yang diajarkan kepadanya. Idris menerima wahyu dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril sebanyak 30 sahifah (QS.19:56). Isinya adalah ajaran agama yang harus disampaikan Idris kepada umatnya. Idris adalah orang pertama yang dapat menulis dengan kalam (alat tulis dari buluh).
Untuk mempertebal imannya, Idris meminta kepada Al-lah SWT agar diizinkan melihat surga dan neraka. Allah SWT memenuhi permohonan Idris tersebut. Bersama Malaikat Izrail, ia mengunjungi neraka dan melihat api neraka yang berkobar serta berbagai siksaan di dalamnya. Kemudian Izrail membawanya ke surga. Di sana ia bertemu dengan Malaikat Ridwan dan melihat nikmat yang diberikan Allah SWT untuk para penghuni surga.
Nabi Idris AS diutus Allah SWT untuk mengingatkan umat keturunan Qabil yang telah bersikap durhaka. Di kalangan bangsa Ibrani, ia dikenal dengan nama Khunuh. Idris berdakwah kepada kaumnya dengan gigih, sehingga mendapat sebutan Asad al-Usud, yang berarti “singanya singa”.
Ketika Nabi Muhammad SAW melakukan Isra Mikraj, ia berjumpa dengan Nabi Idris AS di langit keenam. Ketika itu ia memberi salam kepada Nabi Muhammad SAW. Kisah Nabi Idris AS tidak banyak diceritakan dalam Al-Qur’an. Namanya hanya disebut dalam surah Maryam (19) ayat 56–57 dan surah al-Anbiya’ (21) ayat 85–86.
Karena sebagian umatnya kufur, Nabi Idris AS mengajak pengikutnya yang beriman meninggalkan negeri mereka. Awalnya mereka keberatan karena khawatir negeri baru tersebut tidak sesubur negeri mereka. Namun ia dapat meyakinkan umatnya sehingga mereka ikut hijrah ke Mesir.
Suatu ketika Idris digoda setan. Ketika ia sedang menjahit baju, tiba-tiba datang iblis dengan menyamar sebagai seorang laki-laki. Iblis itu membawa sebutir telur. Ia menantang Idris supaya meminta Tuhannya memasukkan dunia ke dalam telur. Permintaan tersebut dimaksudkan untuk membuat Idris panik.
Namun, dengan tegas Idris menjawab bahwa Tuhannya tidak hanya mampu memasukkan dunia ke dalam telur, tapi juga ke lubang jarum. Lalu dengan jarumnya, Idris menusuk mata iblis sehingga iblis langsung pergi menghilang.
Malaikat Izrail sangat mengagumi kepandaian Idris. Ia ingin mengenal Idris lebih dekat. Dengan menyamar sebagai manusia, ia bertamu ke rumah Idris. Setelah berkenalan, Idris mempersilahkan tamunya menginap di rumahnya.
Mereka lalu berdua beribadah dengan tekun. Idris meminta tamunya untuk menikmati semua yang ada di rumahnya, tapi Izrail menolak dan hanya ingin beribadah. Idris merasa heran dan bertanya siapa sebenarnya tamunya itu. Sang tamu menjawab bahwa ia adalah Izrail, malaikat pencabut nyawa.
Ketika umat Nabi Idris durhaka, Allah SWT menurunkan azab kepada mereka. Seketika negeri mereka dilanda kekeringan dan panen gagal serta banyak ternak mati.
Daftar Pustaka
Arifin, Bey. Rangkaian Cerita dalam Al-Qur’an. Bandung: al-Ma‘arif, 1986.
Bahreisy, Salim. Sejarah Hidup Nabi-Nabi. Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1988.
Daruzah, Muhammad Izzah. Sirah ar-Rasul. Cairo: Matba‘ah ‘Isa al-Babi al-Halabi wa Syirkah, 1965.
an‑Naisaburi, Abu Ishak Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim. Qasas al‑Anbiya’. Singapura: Sulainian Nar’i, t.t.
as-Sa’labi, al-Imam bin Ishaq Ahmad bin Ibrahim. Qisas al-Anbiya’ al-Musamma bi al-‘Ara’is. Beirut: asy-Sya‘biyah, t.t.
asy-Syami, Muhammad Yusuf as-Salihi. Subul al-Huda wa ar-Rasyad. Cairo: Jum-huriyah Misr al-Arabiyah li Jinnah Ihya at-Turas al-Islami, 1973.
Nasaruddin Umar