Ibnu Iyas adalah seorang sejarawan besar Mesir abad ke-15. Ia menulis buku Bada’i‘ az-Zuhur fi Waqa’i‘ ad-Duhur (Keindahan Bunga dalam Peristiwa Zaman), karya sejarah terpenting mengenai kemunduran Dinasti Mamluk di Mesir. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Syihabuddin Ahmad bin Iyas al-Misri al-Hanafi.
Ibnu Iyas lahir dari keturunan kaum Mamluk, tentara budak yang kemudian menjadi penguasa Mesir. Kakek ayahnya dari pihak ibu adalah Izdamir al-Umari an-Nasiri Abu Zafan, yang lebih dikenal dengan nama al-Khazandar. Izdamir termasuk panglima tentara Mamluk Bahri di Mesir pada masa pemerintahan Sultan Hasan (1351–1354), Sultan Muhammad (1354–1361), Sultan Sya‘ban (1361–1363), dan Sultan al-Mansur Ali (1363–1376).
Pada masa Sultan Sya‘ban, Izdamir bahkan diangkat menjadi panglima tentara sekaligus gubernur di Tarabulus al-Ghazb (Tripoli, Libya) dan Aleppo (Suriah). Terakhir, pada masa al-Mansur Ali, ia menjadi gubernur Damascus, tetapi ia meninggal dalam perjalanan menuju Damascus pada 1366.
Kakek Ibnu Iyas dari pihak ayah, Iyas al-Fakhri, juga menjadi pejabat Kesultanan Mamluk, walaupun nasibnya tidak sebagus Izdamir, mertuanya. Pada mulanya ia adalah seorang budak Turki yang “dibeli” oleh Sultan az-Zahir al-Barquq yang kemudian diangkat menjadi pegawai di istana pada masa Mamluk Burji. Dalam perjalanan kariernya, ia juga menjadi pembesar negara pada masa Sultan Farj bin Barquq (1390–1398).
Adapun ayah dan saudara Ibnu Iyas juga menjadi pejabat, atau paling tidak menjadi pegawai pemerintahan. Ayahnya yang bernama Syihabuddin Ahmad menduduki jabatan panglima perang yang pada masa damai diberi tugas sipil, yaitu menjadi penguasa lokal yang membawahkan lima angkatan perang. Saudaranya kebanyakan menjadi tentara.
Dari sana dapat diketahui bahwa Ibnu Iyas tumbuh dalam lingkungan kaum Mamluk, penguasa Mesir. Sultan al-Asyraf Qayitbay (1468) dan Sultan Qansuh al-Guri (1501) masih mempunyai hubungan keluarga dengannya. Akan tetapi riwayat hidup sejarawan besar itu sendiri tidak ditulis secara lengkap dan terperinci oleh para sejarawan sesudahnya; riwayat hidupnya hanya dapat diketahui dari karya sejarah yang banyak tersebar atau melalui isyarat tertentu yang ditemukan dalam karyanya sendiri.
Kemungkinan besar riwayat hidupnya tidak ditulis oleh para sejarawan sesudahnya karena ia sangat kritis terhadap para penguasa Mesir pada masa pendudukan Usmani Turki. Yang jelas, ia menunaikan ibadah haji pada 1488.
Ibnu Iyas adalah seorang sejarawan yang produktif dan tidak pernah berhenti menulis sampai akhir hayatnya. Ia melakukan penelitian mendalam atas informasi yang diterimanya dan ada karyanya yang mencatat peristiwa hari demi hari, bulan demi bulan.
Karya besarnya, Bada’i‘ az-Zuhur fi Waqa’i‘ ad-Duhur, adalah sebuah buku sejarah yang komprehensif tentang Mesir, mulai dari zaman kuno sampai awal pendudukan Usmani Turki. Dalam bukunya tersebut terdapat tulisan yang memaparkan biografi para tokoh Mamluk.
Kemasyhuran Ibnu Iyas sangat ditentukan buku tersebut. Buku itu menjadi rujukan utama para sejarawan yang ingin mengkaji sejarah Dinasti Mamluk di Mesir, terutama masa akhir dinasti ini dan awal pendudukan Mesir oleh Usmani Turki pada 1517.
Ibnu Iyas mulai menulis karyanya yang berjumlah sebelas jilid ini sekitar 1493, dan terus menulis sampai akhir hayatnya. Tertulis di halaman terakhir jilid ke-11 (selesai ditulis tahun 1522), bahwa ia berniat untuk menyempurnakan karya tersebut menjadi 12 jilid.
Tetapi jilid ke-12 itu tidak ditemukan sampai sekarang. Karena tenggang waktu antara akhir penulisan jilid ke-11 dan wafatnya hanya berselang 2 tahun, ada kemungkinan jilid ke-12 belum ditulis karena ia wafat sebelum niatnya itu terpenuhi; atau sudah ditulis, entah lengkap atau tidak, tetapi tidak ditemukan.
Bada’i‘ az-Zuhur fi Waqa’i‘ ad-Duhur dapat dibagi menjadi dua bagian besar: (1) bagian sejarah Mesir Kuno, yang ditulis secara ringkas; dan (2) sejarah Mesir “kontemporer” (dekat dengan masa hidupnya), yang ditulis secara panjang lebar dan sangat terperinci. Sebagian dari bagian kedua ini memaparkan peristiwa secara harian, yaitu peristiwa yang semasa dengan Ibnu Iyas. Diduga bagian terakhir tersebut pada awalnya merupakan catatan-catatan hariannya.
Ibnu Iyas juga menulis beberapa karya sejarah yang lain, antara lain ‘Uqud al-Jaman fi Waqa’i‘ al-Azman (Transaksi Permata tentang Peristiwa Zaman), sebuah sejarah ringkas Mesir; Nuzhat al-Umam fi al-‘Aja’ib wa al-hikam (Rekreasi Bangsa tentang Keajaiban dan Hikmah), sebuah buku kecil tentang sejarah dunia; Maraj az-Zuhur fi Waqa’i‘ ad-Duhur (Kebun Bunga tentang Peristiwa Zaman), sebuah bacaan rakyat tentang kisah para nabi dan rasul; dan Nasyaq al-Azhar fi ‘Aja’ib al-Aqthar (Wangi Kembang tentang Keajaiban Negeri), sebuah buku kosmografi yang menerangkan planet dan su-sunan tatasurya, di samping juga menerangkan peninggalan Fir’aun di Mesir. Buku terakhir ini banyak dimanfaatkan para peneliti Barat untuk menelaah Mesir Kuno.
Tentang karya Ibnu Iyas, D.S. Margoliouth (seorang orientalis Inggris, 1858–1940), dalam bukunya Lectures on Arabic Historians, berkata,
“Langgam bahasanya dalam menulis dan mengarang dan metode berpikirnya menunjukkan keunikan dan kebebasan berpikir, tidak sama dengan langgam bahasa dan metode berpikir para sejarawan sebelumnya.”
Ibnu Iyas juga dikenal sebagai seorang sejarawan yang mempunyai kemampuan besar dalam melakukan kritik. Ia tidak puas sekadar memaparkan peristiwa dan menyebutkan orang yang wafat, sebagaimana halnya para sejarawan sebelumnya. Ia mengkaji dan menerangkan setiap peristiwa dengan menggunakan pemikiran sejarah dan filsafat, bahkan ia juga melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintah.
Dalam Bada’i‘ az-Zuhur fi Waqa’i‘ ad-Duhur ia berpendapat bahwa kemunduran pemerintahan Mamluk disebabkan buruknya administrasi keuangan, di samping karena pemerintah mulai meremehkan persoalan yang berkaitan dengan pertahanan. Kritik terhadap kebijakan pemerintahan itu terus dilanjutkan sampai pada masa pendudukan Usmani Turki di Mesir.
Daftar Pustaka
Kasyif, Sayidah Ismail. Masadir at-Tarikh al-Islami wa Manahij al-Bahts fih. Cairo: Maktabah al-Khanji, 1976.
Margoliouth, D.S. Lectures on Arabic Historians. New Delhi: Idarah-i Adabiyat-i Delli, 1977.
Salim, as-Sayid Abdul Aziz. at-Tarikh wa al-Mu’arrikhun al-‘Arab. Beirut: Dar an-Nahdhah al-‘Arabiyyah, 1986.
Ziyadah, Muhammad Mustafa. al-Mu’arrikhun fi Misr fi al- Qarn al-Khamis ‘Asyr al-Miladi. Cairo: Matba‘ah at-Ta’lif wa at-Tarjamah wa an-Nasyr, t.t.
Badri Yatim