Hikayat adalah sebuah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah yang bersifat rekaan, religius, historis biografis, atau gabungan sifat itu. Biasanya hikayat dibaca sebagai pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta.
Hikayat dituturkan tukang cerita secara lisan dan diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bahkan hikayat yang ditulis pun sebenarnya dimaksudkan untuk dibacakan kepada khalayak peminat. Hikayat kadang-kadang dijadikan media penyebar informasi untuk menyalurkan unsur pemikiran Islam, dakwah Islam, dan hiburan bagi para pendengar atau pembacanya.
Karena hikayat diwariskan secara lisan ataupun hasil salinan para penyalin, orisinalitasnya tidak terjamin. Sebagai usaha untuk meningkatkan daya tarik pendengar/pembaca, isi cerita ditambahtambah, dilebih-lebihkan atau mungkin dikurangi tukang cerita berikutnya.
Hikayat yang sempat ditulis yang merupakan warisan zaman awal kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia pada umumnya ditulis dengan aksara Arab Melayu. Karena belum ada percetakan, salinan manuskrip itu dibuat dari satu naskah ke naskah berikutnya oleh para penulis yang datang kemudian. Dalam proses penyalinan itu, disengaja atau tidak, banyak terdapat perubahan atau kesalahan. Banyak naskah hikayat yang masih tersisa disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden (Belanda) dan di Perpustakaan Nasional Jakarta.
Dari segi isi, hikayat dapat dikelompokkan atas: (1) cerita para penyebar dan pahlawan Islam; (2) cerita para nabi; (3) cerita tentang para sahabat Nabi SAW; (4) cerita khayalan ataupun kejadian yang sesungguhnya yang terdapat dalam alam Indonesia; dan (5) cerita tentang Nabi Muhammad SAW atau para keluarganya.
Sebagai karya sastra yang bercorak Islam dan kedaerahan, di setiap daerah di Indonesia terdapat hikayat yang sesuai dengan tradisi wilayah setempat, masa hikayat itu diperdengarkan, dan tujuan penuturannya. Hikayat sebagai media penyebar informasi, dengan menggunakan bahasa yang dimengerti masyarakat setempat, dapat mendorong membangkitkan semangat keagamaan bahkan dapat mendorong untuk berjuang membela Islam dan mengusir penjajah.
Beberapa contoh hikayat yang terdapat di Indonesia adalah Hikayat Mukjizat Baginda Rasul Tatkala Bulan Dibelah Dua, Hikayat Raja Jumjumah (berisi percakapan antara tengkorak Raja Jumjumah dan Nabi Isa AS), Hikayat Raja Ali (yang ditelan oleh buaya, tetapi dihidupkan kembali oleh Nabi Isa AS), Hikayat Iblis dan Muhammad (bercerita tentang iblis yang diperintahkan malaikat supaya menghadap Nabi SAW dan menjawab semua pertanyaannya dengan benar),
Hikayat Rasulullah Bercukur (Rasulullah SAW dicukur Malaikat Jibril dan rambut Nabi SAW yang dicukur itu dijadikan jimat oleh para bidadari di surga), dan Hikayat Kelahiran Nabi (mengisahkan kehamilan ibunda Nabi SAW, Aminah binti Wahhab, masa kecil Nabi SAW sampai beliau menikah dengan Khadijah).
Didapati pula hikayat lain yang berisi cerita tentang para nabi, seperti Hikayat Nabi Wafat, Hikayat Nabi Musa, Hikayat Nabi Yusuf, dan Hikayat Nabi Sulaiman. Terdapat pula Hikayat Orang dalam Neraka, Hikayat Harun ar-Rasyid, dan Hikayat Syeikh Abdul Kadir Jailani (561 H/1166 M).
Di samping itu, ada pula hikayat yang bisa dijadikan bahan informasi tentang Indonesia. Misalnya, Hikayat Negeri Riau, yang antara lain berisi tempat pemukiman orang Bugis di Riau, hubungan antara orang Bugis dan orang Melayu di Riau, dan perang Belanda melawan raja-raja Riau dan Selangor.
Hikayat Aceh berisi nama dan tahun pemerintahan raja-raja Aceh. Hikayat Raja-Raja Pasai memuat sejarah Pasai dan negeri Melayu lainnya di pesisir timur dan pedalaman Sumatera. Hikayat Perang Sabil berisi cerita yang mampu mendorong masyarakat Aceh untuk berberperang di jalan Allah (jihad fi sabilillah) melawan kaum penjajah, yang mengakibatkan Belanda sulit untuk bisa menaklukkan daerah “Serambi Mekah” itu.
Hikayat Banjar antara lain memuat sejarah pemukiman orang Jawa di Banjarmasin dan Kotawaringin. Hikayat Hasanuddin menceritakan usaha Hasanuddin dalam menyebarkan dan memperluas wilayah Islam di Jawa. Hikayat Syeikh Jilaluddin, berisi cerita tentang Jilaluddin, tokoh utama Kaum Paderi di Bukittinggi dan penganjur Islam yang moderat. Hikayat Tuanku Imam, disusun oleh Tuanku Imam Bonjol sewaktu ia dibuang ke Ambon (1839), yang mengisahkan riwayat penaklukan Bonjol oleh tentara Belanda (1837).
Hikayat Abdullah ditulis oleh Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1843), berisi rangkuman adat istiadat orang Melayu serta pandangan Abdullah sendiri terhadap tindakan para penguasa Inggris dan Belanda di Semenanjung Malaka.
Ada hikayat yang mengisahkan cerita para sahabat Nabi Muhammad SAW, antara lain Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Zulkarnain, dan Hikayat Muhammad Ali Hanafiah. Ada pula hikayat yang tidak dapat diklasifikasikan pada jenis tertentu karena ditulis dalam berbagai bentuk persoalan dan beberapa aspek, seperti lelucon, pendidikan moral atau hiburan.
Contoh jenis ini antara lain Hikayat Umar Umayah yang mengisahkan pengembaraan Umar Umayah serta kejenakaannya dalam menipu para raja kafir dan pembesar di Yaman, termasuk menipu Raja Abrahah. Yang lainnya adalah Hikayat Abu Nawas yang mengisahkan kejenakaan Abu Nawas. Cerita ini juga berisi kritikan terhadap Harun ar-Rasyid yang hidup dengan serba mewah dan kurang memperhatikan kesulitan rakyatnya.
Hikayat lainnya adalah Hikayat Siti Hasnah, bercerita tentang bagaimana kuatnya iman tokoh ini sehingga senantiasa mendapat pertolongan Allah SWT, kendatipun ia difitnah atas berbagai tuduhan.
Kemudian ada jenis hikayat lain di Indonesia yang sebenarnya cerita yang berasal dari India, tetapi kemudian isinya diubah dengan memasukkan pemikiran dan cerita keislaman, seperti Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Bakhtiar, Hikayat Kalilah dan Daminah, Hikayat Ghulam, Hikayat Bibi Sabariah, dan Hikayat Seribu Satu Malam (Alf Lailah wa Lailah).
DAFTAR PUSTAKA
De Hollender, J.J. Pedoman Bahasa dan Sastra Melayu. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984.
Hamid, Ismail. Kesusastraan Indonesia Lama Bercorak Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989.
Hasymi, A. Apa Sebab Rakyat Aceh Sanggup Berperang Puluhan Tahun Melawan Agressi Belanda. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.
________. Peranan Islam dalam Perang Aceh dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Jenusari, Yusuf, et al. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984.
Reid, Anthony dan David Masr, ed. Dari Raja Ali Haji hingga Hamka. Jakarta: Grafitipers, 1984.
Steenbrink, Karel A. Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Helmi Karim