Semula pondok ini bernama Pondok Darussalam. Penamaan “modern” diberikan oleh masyarakat setelah 10 tahun pondok itu berdiri. Pondok Modern Gontor didirikan pada 9 Oktober 1926 di Desa Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dan merupakan lembaga pendidikan Islam yang bercorak pesantren.
Pondok Modern “Darussalam” Gontor didirikan oleh trio kakak-beradik sekandung yang biasa disebut Trimurti, yaitu KH Ahmad Sahal, KH Zainuddin Fannani, dan KH Imam Zarkasyi. Pondok ini sejak tahun 1958 berbentuk badan wakaf dan dikelola Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YP2WPM). Sejak saat itu, oleh pendirinya pondok ini dinyatakan milik seluruh umat Islam.
Pondok ini menyelenggarakan pendidikan tingkat menengah atas (aliyah) dan perguruan tinggi dalam bidang ilmu agama Islam. Pendidikan tingkat menengah atas diberi nama Kulliyatul Mu‘allimin al-Islamiyyah (KMI putra) dan Kulliyatul Mu‘allimat al-Islamiyyah (KMI putri) dengan masa belajar 6 tahun. Lembaga pendidikan tingginya diberi nama Institut Pendidikan Darussalam (IPD), terdiri dari Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Ushuluddin.
KMI putra berdiri pada 1936, dengan mengutamakan pembentukan mental dan penanaman ilmu pengetahu an Islam yang berguna bagi masyarakat. Kurikulum KMI, baik pengaturan maupun pengembangannya, memberi penekanan pada upaya memandirikan murid dengan tetap memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat. Lembaga ini mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum, yang pengaturannya disesuaikan dengan sistem pondok pesantren.
Institut Pendidikan Darussalam (IPD) didirikan pada 1963. Pendiriannya dilandasi cita-cita untuk mencetak ahli agama yang intelek. Kurikulumnya mengacu kepada peraturan Departemen Agama RI. Tujuan IPD adalah membentuk sarjana mukmin-muslim yang
(1) berbudi tinggi;
(2) berbadan sehat;
(3) berpengetahuan luas serta berpikiran bebas;
(4) taat menjalankan serta menegakkan syariat Islam;
(5) mengabdi kepada agama dan negara; dan
(6) cakap serta mampu berdiri sendiri dalam memelihara, memperdalam, dan mengembangkan ajaran Islam serta ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan umat, lahir-batin dan dunia-akhirat.
Sampai tahun 1986/1987 IPD hanya membuka program sarjana muda dengan status disamakan. Setelah itu IPD memberlakukan program S1 (sarjana).
Lembaga perguruan tinggi ini berubah menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID) yang memiliki Fakultas Tarbiyah (Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Bahasa Arab), Fakultas Ushuluddin (Jurusan Perbandingan Agama dan Pemikiran Islam), dan Fakultas Syariah (Jurusan Perban dingan Mazhab, Hukum, dan Ekonomi Islam). Kampus ISID berdiri di Demangan, Siman, Ponorogo.
Ijazah KMI dan IPD, di samping status yang diberikan De-partemen Agama, juga telah mendapat pengakuan secara internasional. Ijazah KMI sebagai lembaga pendidikan menengah atas mendapat pengakuan dari Mesir (al-Azhar), Kerajaan Arab Saudi (Universitas Madinah), Pakistan (Universitas Punjab dan Universitas Islam Internasional Islamabad), dan Malaysia (Universitas Antar Bangsa). Dengan pengakuan tersebut para lulusan KMI dapat melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi di negara tersebut.
Seluruh kegiatan dalam Balai Pendidikan Pondok Modern Gontor dipimpin santri dan pimpinan pondok. Berbagai kegiatan itu dapat dibagi menjadi tujuh lembaga, yaitu:
(1) Lembaga Pengasuhan, yang membina seluruh kegiatan santri dan kemahasiswaan, ditangani pimpinan pondok;
(2) Kulliyatul Mu‘allimin al-Islamiyyah (KMI), yakni pendidikan tingkat menengah 6 tahun bagian putra di Gontor;
(3) Kulliyatul Mu‘allimat al-Islamiyyah, yakni pendidikan tingkat menengah bagian putri di Mantingan, Ngawi, didirikan 1990;
(4) Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM), yakni organisasi alumni dan keluarga Pondok Modern Gontor;
(5) Institut Pendidikan Darussalam (IPD);
(6) Pusat Latihan Manajemen dan Pengembangan Masyarakat, yakni lembaga pendidikan kewiraswastaan dan pengembangan masyarakat pasca-KMI;
(7) Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YP2WPM), yakni badan pengelola seluruh harta kekayaan Pondok Gontor.
Sepeninggal KH Imam Zarkasyi, Badan Wakaf Pondok Modern Gontor selaku lembaga tertinggi pondok dalam sidangnya 30 April 1985 memilih dan menetapkan pim pinan baru yang terdiri dari tiga orang, yaitu KH Shoiman Luqmanul Hakim, KH Abdullah Syukri Zarkasyi MA, dan KH Hasan Abdullah Sahal. Pimpinan tersebut merupakan man-dataris Badan Wakaf Pondok Modern dan bertanggung jawab dalam memimpin seluruh kegiatan di dalam Balai Pendidikan Pondok Modern Gontor.
Santri Pondok Modern Gontor diharuskan bertempat tinggal di dalam asrama pondok dan mengikuti seluruh kegiatan yang ditetapkan Pondok Modern Gontor seperti muhasarah (belajar pidato dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris) dan kegiatan pramuka.
Kegiatan santri tingkat menengah tergabung dalam wadah Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM), antara lain terdiri dari bagian pengajaran, sosial, keamanan, kesenian, olahraga, dan koperasi.
Santri tingkat perguruan tinggi dikelola Dewan Mahasiswa. Kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan santri ini dimaksudkan untuk bekal bagi para santri agar dapat memimpin masyarakatnya kelak. Seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan dan dikelola para santri di bawah bimbingan para santri senior dan guru dengan berpegang teguh pada “jiwa pondok”, yaitu: keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiah, dan kebebasan.
Tanah wakaf yang dimiliki Pondok Modern Gontor dan dikelola YP2WPM mencapai luas lebih dari 250.000 ha. Selain di Gontor, tanah wakaf tersebut tersebar di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo, Nganjuk, Kediri, Jombang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, dan Trenggalek.
Sebagian terbesar dari hasil sawah wakaf tersebut dipergunakan untuk kepentingan pendidikan. Sawah tersebut diawasi dan digarap para nadir (pengawas) yang pada umumnya adalah alumni Pondok Modern Gontor.
Pondok Modern Gontor juga memiliki aset 25 unit usaha yang dikelola Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) La Tansa. Kopontren ini didirikan pada 29 Juli 1996 dengan nomor badan hukum (akta notaris) 8371/BH/II/1996.
Unit usaha Kopontren La Tansa ini, antara lain, berupa percetakan, toko buku, balai kesehatan, apotek, depot bakso, pabrik es, pasar sayur, pusat grosir, penggilingan padi, warung ayam panggang, wartel, dan usaha pertanian.
Sejak berdiri, Pondok Modern Darussalam Gontor telah dikunjungi presiden RI: Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri. Kunjungan pemimpin nasional ini tidak mempengaruhi sistem pendidikan Mu‘allimin Pondok Gontor dan tetap mempertahankannya sekalipun pemerintah tidak meng akuinya secara resmi.
Perubahan sikap pemerintah terhadap sistem pendidikan Mu‘allimin terjadi setelah Soeharto lengser dari kursi kepresidenannya. Pada 29 Juni 2000, Departemen Pendidikan Nasional secara resmi mengakui sistem pendidikan Mu‘allimin yang dikembangkan KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, termasuk juga oleh Tarbiyyah al-Mu‘allimin al-Islamiyyah (TMI) Pondok al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura. Pengakuan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 106/O/2000, yang ditandatangani menteri Pendidikan Nasional, Dr. Yahya A. Muhaimin.
Pondok Modern “Darussalam” Gontor terus melakukan perkembangan dan perubahan sesuai dan berdasarkan rencana induk “Panca Jangka”, yang meliputi pendidikan dan pengajaran, sarana dan prasarana, sumber pembiayaan, kaderisasi, dan kesejahteraan keluarga. Perubahan tersebut tampak jelas sejak 1990-an. Dalam tahun-tahun tersebut, Pondok Modern Gontor telah mendirikan dan meresmikan beberapa pondok cabang.
Pada 1990, Pondok Gontor untuk pertama kalinya men dirikan pondok khusus putri, yaitu, Pesantren Putri Pondok Modern “Darussalam Gontor”, yang biasa disebut dengan Pondok Gontor Putri I, di Sambirejo, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur. Pada 1997, Pondok Gontor kembali mendirikan Pondok Gontor Putri II, juga di tempat yang sama. Kedua Pondok Gontor Putri ini kemudian disebut dengan Pondok Gontor IV.
Pada 15 November 1995, Pondok Gontor membangun Pondok Modern Darussalam Gontor II di Desa Madusari, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo. Berjarak + 5 km ke arah barat Pondok Gontor I. Pondok Gontor II memulai pendaftaran perdana untuk santri baru pada 23 Mei 1996. Pada 11 Desember 1994, Pondok Gontor menerima wakaf berupa kampus Darul Ma’arif dari pendirinya, KH Drs. Kafrawi Ridwan, MA beserta keluarga besar Ridwan Fatimah.
Kampus di Sumbercangkring, Gurah, Kediri, Jawa Timur ini kemudian menjadi Pondok Modern Darussalam Gontor III Darul Ma’rifah. Pada 14 Oktober 2001, keluarga pendiri dan wakil kampus tersebut, yaitu Moh. Dimyati Ridwan Eng dan dr. Moh. Sjoekri Ridwan Sp., menyerahkan tambahan wakaf kepada Pondok Gontor.
Selain itu, lembaga pendidikan filial Pondok Gontor lainnya adalah Pondok Gontor V Darul Muttaqin, Kaligung, Rogojampi, Banyuwangi; Pondok Gontor VI Darul Qiyam, Gadingsari, Mangunsari, Sawangan, Magelang yang secara resmi diwakafkan dari Hj. Qoyyumi kepada Pondok Modern Gontor sejak 22 Februari 2000; dan Pondok Gontor VII Riyadatul Mujahidin, Pudahoa, Landono, Kendari, Sulawesi Tenggara–diresmikan wakil presiden RI, Hamzah Haz, pada 25 September 2002, yang merupakan cabang perdana Pondok Gontor di Indonesia Timur.
Selain itu, terdapat cukup banyak pondok pesantren yang didirikan para alumni Pondok Modern Gontor yang berafiliasi dengan pondok Modern Gontor; antara lain Daar al-Qolam (Balaraja, Tangerang), Darunnajah (Ulu Jami, Jakarta), dan al-Amien (Prenduan, Madura). Semua pondok pesantren ini dipimpin alumni Pondok Modern Gontor.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Sutrisno, et al. Wardun 1422/2001. Ponorogo: Pondok Modern Darussalam Gontor, 2001.
–––––––. Wardun 1423/2002. Ponorogo: Pondok Modern Darussalam Gontor, 2002.
Hasan Zh, A., dan Abdul Hafizh Dasuki. Sejarah Balai Pendidikan Pondok Modern Gontor. Gontor: t.tp., 1974.
Institut Pendidikan Darussalam. Pondok Pesantren Gontor Ponorogo. Gontor: Institut Pendidikan Darussalam, 1973.
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Kenang-kenangan Peringatan Selapan Windu 1926–1990. Gontor: t.tp., 1991.
IDRIS THAHA dan RIDLO MASDUKI