Salah satu kota tertua dunia adalah Damascus. Kini kota ini menjadi pusat pemerintahan, budaya, pendidikan, ekonomi, dan perdagangan Suriah. Sebelum Islam, Damascus merupakan kota penting bagi berbagai kerajaan. Pada 661–750 Damascusmenjadi ibukota Umayah. Setelah dinasti ini jatuh, kota ini menjadi bagian wilayah kerajaan Islam hingga awal abad ke-20.
Kota Damascus terletak di bagian barat daya Suriah, dan berada di oasis suatu dataran setengah gersang, di sebelah timur Pegunungan Anti-Libanon, dan sekitar 85 km tenggara Beirut, Libanon. Sekitar 21 km2 kota itu terletak di Ghutah, daerah subur beririgasi dengan ketinggian sekitar 730 m di atas permukaan laut. Kota itu dilalui oleh Sungai Barada, yang mencukupi keperluan airnya selama ribuan tahun.
Sungai Barada yang membelah kota itu menampilkan dua wajah. Sebelah selatan sungai merupakan bagian kota lama yang memiliki jalan melingkar, masjid besar, dan pasar. Adapun bagian utara sungai merupakan kota baru yang mempunyai gedung tinggi bergaya modern, seperti gedung pemerintah, rumahsakit, hotel, bank, dan pabrik.
Bangunan di Damascus umumnya menampilkan gaya arsitektur Islam. Daya tarik kota itu termasuk Universitas Damascus (1923) dengan 39.000 mahasiswa lebih, Perpustakaan Nasional, Museum Nasional (1919), Museum Qasr al-Azam yang menyimpan seni rakyat lokal dan seni populer, Masjid Umayah (705).
Lainnya Masjid Sultan Sulaiman, Makam Saladin (pemimpin umat Islam pada tahun 1100-an), Benteng Roma, dan tempat bersejarah lainnya. Temperatur atau suhu udara Damascus 27° C sejak bulan Juli, dan 8° C sejak pertengahan Januari. Curah hujan mencapai 235 mm pada bulan musim hujan.
Penduduk Damascus diperkirakan sebanyak 2.503.000 jiwa (data 2022). Mayoritas penduduknya adalah orang Arab Suriah, lebih kurang 125.000 orang Arab Palestina.
Penduduk lainnya adalah orang Kurdi, Persia, Aljazair, Afghan, Turki, dan Druz, yang membuat kota itu bersifat kosmopolitan. Walaupun kota itu untuk beberapa abad ditempati kaum Yahudi, kebanyakan mereka sejak 1948 telah beremigrasi ke Israel.
Penganut agama Islam sebanyak 90 persen, sedangkan penganut agama Kristen 8 persen. Penduduk umumnya tinggal di apartemen, tetapi banyak juga yang tinggal di rumah mewah. Lembaga pendidikan bagi penduduk dari TK sampai perguruan tinggi tersedia di kota itu.
Damascus merupakan pusat manufaktur, perdagangan, pariwisata, perbankan, dan aktivitas finansial lain bagi Suriah. Hasil utamanya adalah tekstil, pengolahan makanan, semen, mebel, kaca, pakaian jadi, barang kulit, dan percetakan.
Untuk memperlancar perdagangan, Damascus dihubungkan ke Beirut, Amman, dan Baghdad dengan jalan aspal. Jalan kereta api menghubungkan kota itu dengan Beirut, Aleppo, dan perbatasan Yordania. Lapangan terbang internasional terletak di al-Mazza, 31 km ke arah timur.
Sejarah. Damascus dibangun sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi. Kota itu secara bergantian dikuasai oleh beberapa kerajaan seperti Assyria, Yunani, Romawi, dan Bizantium.
Islam masuk ke Damascus ketika Suriah dan Palestina yang dikuasai bangsa Romawi ditaklukkan oleh tentara Islam di bawah pimpinan pahlawan Islam ternama, Khalid bin Walid, Amr bin As, Abu Ubaidah bin Jarrah, Yazid bin Abu Sufyan, dan Syuhrabil bin Hasanah, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.
Damascus jatuh pada September 635. Sejak itu proses Islamisasi berjalan dengan baik yang diterima penduduk tanpa paksaan, karena Khalifah Umar menjamin kebebasan beragama kepada penduduk daerah taklukan, memeluk Islam atau tetap dalam keyakinan mereka, politeis dan Kristen.
Sejak itu Suriah menjadi provinsi pemerintahan al-Khulafaar-Rasyidin di Madinah yang diperintah oleh gubernur (amil). Mu‘awiyah bin Abu Sufyan diangkat menjadi gubernur Suriah.
Pada masanyalah penduduk Suriah pada umumnya, dan Damascus khususnya, banyak memeluk Islam dan mendapat pelajaran agama Islam dari para sahabat Nabi SAW yang datang dari Madinah, yang pada masa Khalifah Usman bin Affan diberi kebebasan untuk meninggalkan kota Madinah pergi ke daerah untuk berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam.
Ketika mendirikan Dinasti Umayah, Mu‘awiyah bin Abu Sufyan menjadikan kota Damascus ibukota pemerintahannya. Dinasti ini sangat menekankan penyebaran Islam dan perluasan wilayah kekuasaan.
Selama pemerintahan dinasti ini, penyebaran Islam dan perluasan wilayah kekuasaan dilakukan ke Afrika Utara, Spanyol, Asia Tengah, Persia (Iran), dan India, sehingga dunia Islam pada pertengahan abad ke-8 meliputi Semenanjung Arabia, Irak, Iran, Suriah, Palestina, Yordania, Mesir serta negeri Afrika Utara lainnya sampai ke pesisir Samudera Atlantik, Spanyol, Asia Tengah sampai ke perbatasan Tiongkok dan Rusia selatan, serta Sind dan India. Damascus menjadi pusat komando bagi usaha tersebut.
Pada masa sesudah Umayah, Damascus termasuk bagian wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Pada abad ke-11 dan ke-12, Damascus menjadi pusat kegiatan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi, pemimpin Islam dari Mesir, untuk melawan tentara Salib yang menguasai Palestina. Ia berhasil membebaskan kota suci Baitulmakdis (Yerusalem) dari tentara Salib.
Pada 1260 Damascus ditaklukkan bangsa Mongol, tahun 1516 menjadi bagian wilayah kekuasaan Turki Usmani, tahun 1918 dibebaskan dari kekuasaan pemerintahan Turki oleh pasukan gabungan Arab dan Sekutu selama Perang Dunia I, dan tahun 1920 jatuh ke tangan Prancis.
Pada 1946, Suriah merdeka, dan Damascus menjadi ibukotanya. Walaupun kota itu berkali-kali menghadapi peperangan dan dikuasai oleh berbagai penguasa, bangunan Islam yang bersejarah tetap terpelihara dan penduduknya tetap memelihara keyakinan Islam mereka sebagai golongan mayoritas.
DAFTAR PUSTAKA
Mukmin, Mustafa. Qasamat al‑‘Ïlam al‑Islami al‑Mu‘tsir. Beirut: Dar al‑Fikr, 1974.
Peck, Malcolm G. “Damascus,” The World Book Encyclopaedia. Chicago London Sydney Toronto: World Book, Inc., 1986.
Sheskin, Ira M. “Damascus,” Grolier Academic Encyclopaedia, Vol. 6. t.tp.: Grolier International, 1983.
asy-Syalabi, Ahmad. Mausu‘ah at-Tarikh al-Islamiwa al-sadharah al-Islamiyyah. Cairo: an-Nahdah al-Misriyah, 1977.
https://www.worldometers.info/world-population/syria-population/, diakses pada 30 Maret 2022.
J. Suyuti Pulungan
Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (April 2022)