Kata “bosnia” diambil dari nama sungai, yaitu Sungai Bosnia, sedangkan “hercegovina” dari nama penguasa wilayah ini pada abad ke-15, yaitu Herceg Steveno Kasik. Negara ini merdeka pada 5 April 1992. Presiden pertama adalah Alija Izetbegovic, presiden muslim pertama di Eropa.
Negara republik Bosnia-Hercegovina terletak di bagian barat Semenanjung Balkan; berbatasan dengan Kroasia di utara dan barat, Serbia di timur, dan Montenegro di tenggara. Luas: 51.129 km2. Jumlah penduduk: 3.245.374 (data 2022). Kepadatan penduduk: 64/km2. Ibukota: Sarajevo. Bahasa: Bosnia, Serbia, Kroasia (tidak ada bahasa resmi). Satuan mata uang: Mark Bosnia dan Hercegovina.
Bosnia-Hercegovina merupakan satu di antara enam republik yang berada di bekas Negara Federasi Yugoslavia. Keenam negara tersebut adalah: 1) Republik Serbia (ibukota: Beograd), 2) Kroasia (Zagreb), 3) Bosnia-Hercegovina (Sarajevo), 4) Slovenia (Ljubljana), 5) Macedonia (Skopje), dan 6) Montenegro (Titograd).
Yugoslavia lama merupakan negara majemuk yang menghimpun beberapa kelompok etnik, antara lain tiga yang terbesar: Serbia, Kroasia, dan Bosnia. Kelompok etnik Serbia merupakan mayoritas dan menguasai angkatan bersenjata Yugoslavia.
Penduduk Bosnia sendiri terdiri atas berbagai kelompok etnik: 44% Bosnia yang beragama Islam, 31% Serbia yang beragama Kristen Ortodoks, 17% Kroasia yang beragama Katolik, 5,5% Yugoslavia, dan 2,5% campuran kelompok etnik lain.
Meskipun terdiri atas berbagai kelompok etnik, tidak ada perbedaan mendasar di antara penduduknya karena mereka berbicara dengan bahasa yang sama, yaitu bahasa Serbia-Kroasia. Tiga kelompok etnik terbesar (Bosnia, Serbia, dan Kroasia) dilambangkan dalam bendera Bosnia dengan tiga bintang.
Sarajevo (Ar.: siraj = pelita) merupakan pusat Islam di negara Yugoslavia dulu. Kota ini terletak 200 km di sebelah barat daya Beograd (bekas ibukota Yugoslavia). Dahulu kota ini merupakan kota penting kedua setelah Beograd di Yugoslavia, dan pernah terpilih sebagai tempat Olimpiade Musim Dingin 1984.
Kota ini mirip dengan kota-kota di Timur Tengah, penuh dengan bangunan yang bermenara tinggi dan masjid yang berkubah bundar. Sarajevo juga mirip dengan kota Yerusalem, karena penduduknya terdiri dari berbagai kelompok etnik dan berbagai agama. Mayoritas penduduk Sarajevo berasal dari kelompok etnik Serbia.
Sejarah Masuknya Islam. Sejak abad ke-9 umat Islam menginjakkan kaki di Semenanjung Balkan, Eropa Timur, tetapi laut menjadi penghalang utama. Keinginan ini baru terwujud pada abad ke-15 ketika sejumlah kapal perang Dinasti Usmani berhasil menerobos pintu gerbang negara itu.
Ketika itu Dinasti Usmani berada di bawah pimpinan Muhammad al-Fatih, seorang sultan yang melakukan banyak penaklukan, dan karenanya digelari al-Fatih (Sang Penakluk). Ia memerintah dua kali, yaitu 1444–1446 dan 1451–1481.
Untuk masuk ke Eropa Timur, Sultan Muhammad al-Fatih terlebih dahulu menundukkan Constantinopel (Istanbul). Pada Maret 1453, ia berhasil mendirikan banteng pertahanan sepanjang 7 km dari Constantinopel dan pada 9 April 1453 memimpin 70.000 tentara untuk mengepung kota itu dari darat, sehingga pada 29 Mei 1453 seluruh Bizantium tunduk di bawah kekuasaan Islam.
Setelah itu, antara 1458–1460 ia berhasil menguasai Athena dan daerah sekitarnya. Kemudian ia menaklukkan Serbia pada 1459 dan Bosnia pada Maret 1463. Para pemimpin dan rakyat Bosnia yang sebelumnya mendapat tekanan dari kelompok etnik Serbia yang menganut Kristen Ortodoks dan orang Kroasia yang Katolik kemudian memeluk Islam. Bahkan, mereka selanjutnya memimpin perjuangan di perbatasan sebelah utara yang menjadi banteng pertahanan umat Islam di sepanjang garis perbatasan.
Setelah Sultan Muhammad al-Fatih wafat pada 1481, perjuangannya dilanjutkan putranya, Bayazid II (memerintah 1481–1512). Pada masanya Hercegovina ditaklukkan pada 1484. Penaklukan Kroasia dilakukan pada 1526 di masa kepemimpinan Sultan Sulaiman al-Qanuni (memerintah 1520–1566).
Dengan takluknya daerah di Eropa Timur ini, Islam pun tersebar di kalangan penduduknya. Bahkan sampai 1994, di kawasan ini, khususnya Bosnia-Hercegovina, Islam merupakan agama mayoritas penduduk. Masih banyak peninggalan Islam yang terpelihara di wilayah ini, antara lain dua masjid dengan arsitektur Turki yang sangat indah, yaitu Masjid Raya Husri Bek dengan menara yang menjulang ke angkasa dan Masjid Begova.
Terdapat juga sebuah perpustakaan Islam dengan kekayaan khazanah keislaman yang dimilikinya. Perpustakaan ini pernah menjadi perpustakaan terbesar ketiga di Eropa. Di sana tersimpan tidak kurang dari 15 ribu manuskrip karya keislaman yang tertulis dalam bahasa Arab, Turki, dan Persia, antara lain manuskrip Ihya’ ‘Ulum ad-Din karya al-Ghazali (450 H/1058 M–505 H/1111 M) dan manuskrip karya penyair Persia, Nuruddin Abdur Rahman. Selain itu terdapat pula sebuah perguruan Islam yang bernama Perguruan Ghazi Bek yang didirikan pada 1537, dan merupakan salah satu perguruan tertua di Balkan dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak.
Pasca-Usmani. Ketika supremasi politik Usmani Turki di dunia internasional menurun, Serbia sebagai salah satu wilayahnya melepaskan diri dan menyatakan perang terhadap Turki dan umat Islam. Penduduk Serbia dengan dibantu penduduk Kroasia melakukan pembantaian terhadap orang muslim di Bosnia dan Hercegovina.
Perlawanan Serbia membuat Usmani menarik mundur pasukannya dari kawasan ini pada 1862. Kemudian Usmani juga melakukan penarikan pasukan dari Montenegro dan Hercegovina, terutama setelah wilayah ini dimasuki oleh Prancis dan Austria. Selanjutnya pada 1913 giliran Bosnia lepas dari kekuasaan Dinasti Usmani.
Pada waktu tentara Usmani meninggalkan Beograd, ibukota Yugoslavia, kota ini memiliki tidak kurang dari 270 masjid, 8 madrasah, 9 lembaga pengajaran hadis, dan 27 tempat khusus belajar agama.
Dengan berakhirnya kekuasaan Usmani di wilayah ini, umat Islam di wilayah ini mendapat tekanan keras dari orang Serbia yang merupakan kelompok dominan. Semua tempat ibadah dan tempat pengajaran Islam di Beograd dimusnahkan. Yang tersisa dialihfungsikan menjadi arena pacuan kuda dan pusat hiburan, termasuk Masjid Tabar, masjid terbesar dan terindah di Beograd, yang dijadikan gedung parlemen Yugoslavia.
Orang Islam di Serbia, Kroasia, dan Bosnia-Hercegovina yang sebelumnya menjadi bagian Yugoslavia disebut bangsa Atrak, yang berarti “orang Turki”, padahal mereka bukan keturunan Turki, tetapi penduduk asli daerah ini. Julukan Atrak ini diberikan untuk member kesan bahwa orang Islam adalah penjajah yang harus dimusnahkan. Dendam orang Serbia kepada Usmani yang menguasai Semenanjung Balkan selama lebih dari 5 abad ditimpakan seluruhnya kepada orang Islam, khususnya umat Islam Bosnia-Hercegovina.
Dalam perkembangan berikutnya, sekitar 1940-an umat Islam di Semenanjung Balkan mengalami penganiayaan berat dari orang Serbia. Kota Fuja yang terletak di sebelah timur Bosnia dan merupakan salah satu pusat ilmu dan kebudayaan Islam dibakar habis. Sebuah sungai di desa Milvina berubah menjadi tempat pembuangan ribuan mayat penduduk muslim Bosnia.
Ketika Yugoslavia dipimpin Presiden Josip Broz Tito yang memerintah 1945–1980, perlakuan semena-mena terhadap Islam terus berlanjut. Bahkan pada masa Tito, propaganda anti-Islam melalui media massa dan lainnya semakin gencar. Setelah Yugoslavia bubar, Serbia yang merupakan kekuatan dominan di Semenanjung Balkan ini tetap bertekad mewujudkan keinginannya untuk menghabisi Islam di wilayah itu.
Pemerintah Serbia menetapkan wilayah Bosnia-Hercegovina dan Kosovo sebagai wilayah yang harus bersih dari orang Islam atau disebut dengan ethnic cleansing. Perlakuan buruk terhadap umat Islam Bosnia-Hercegovina tidak saja datang dari Republik Serbia, tetapi juga dari Republik Kroasia. Orang Islam di wilayah Kroasia hanya dapat menjadi warga negara apabila mereka mau menukar agamanya menjadi Katolik.
Terbentuknya Negara Bosnia-Hercegovina. Pada November 1990 Partai Aksi Demokrasi di bawah pimpinan Alija Izetbegovic memenangkan mayoritas kursi parlemen pada pemilihan umum yang pertama kali secara bebas dilakukan di Republik Bosnia-Hercegovina. Kemenangan inilah yang mengantarkannya menjadi presiden di republic tersebut 2 tahun kemudian.
Dalam pada itu, negara tetangga Bosnia, Kroasia, melepaskan diri dari federasi Yugoslavia, dan membentuk pemerintahan baru pada 1991. Hal ini membuat Serbia marah dan menggempur wilayah Kroasia sehingga terjadi pertempuran sengit antara keduanya.
Serbia tidak menghendaki berdirinya negara lain di bekas wilayah Yugoslavia. Ini dapat dimaklumi mengingat Serbia merupakan kelompok etnik mayoritas dan mendominasi angkatan bersenjata Yugoslavia lama.
Pada November 1991, ketika pertempuran Serbia-Kroasia memuncak, Alija Izetbegovic mengingatkan Masyarakat Eropa bahwa negaranya terancam rembesan perang Serbia-Kroasia, tetapi tak satu pun negara Eropa yang menggubrisnya. Bahkan, tak ada upaya masyarakat dunia untuk mencegah merembetnya api peperangan ke wilayah ini.
Karenanya, pada 20 Desember 1991 Bosnia-Hercegovina mengumumkan untuk bergantung pada republik lain dalam rangka mencapai kemerdekaan dan mencari pengakuan dari negara Eropa. Baru pada saat itulah para menteri luar negeri Masyarakat Eropa meminta PBB mengirimkan pasukan perlindungan ke Bosnia-Hercegovina, sebab perang Serbia-Kroasia semakin meluas ke wilayah itu.
Di pihak lain, tanggal 25 Desember 1991, komandan tentara Yugoslavia dan para pimpinan puncak ketiga kelompok etnik mengumumkan di Bosnia-Hercegovina bahwa mereka telah mengambil langkah konkret untuk mencegah meluasnya peperangan.
Tetapi pada 3 Januari 1992, para pemimpin Serbia secara sepihak mengumumkan pembentukan negara Yugoslavia baru yang hanya terdiri dari dua negara, yaitu Serbia dan Montenegro di bawah pimpinan orang Serbia. Negara baru ini mereka sebut pewaris Republik Sosialis Yugoslavia.
Pada 15 Januari 1992 diumumkan pembubaran Republik Sosialis Yugoslavia secararesmi dan pada waktu yang bersamaan Masyarakat Eropa mengakui kemerdekaan Serbia dan kemudian Kroasia. Pengakuan ini sekaligus menghentikan peperangan antara Serbia dan Kroasia.
Melihat kenyataan ini, akhirJanuari 1992 para pemimpin Republik Bosnia-Hercegovina mengumumkan bahwa mereka akan melakukan referendum bagi rencana kemerdekaan Bosnia-Hercegovina dari Yugoslavia.
Untuk menghambat rencana Bosnia-Hercegovina, Serbia yang sejak dahulu menginginkan wilayah itu, pada Februari 1992 mengusulkan dibentuknya negara Yugoslavia versi baru yang meliputi Serbia, Bosnia-Hercegovina, Macedonia, dan Montenegro. Tentu saja usulan itu ditolak Bosnia-Hercegovina dan Macedonia.
Meskipun mendapat kecaman keras dari Serbia, referendum tetap dilaksanakan Bosnia-Hercegovina pada 29 Februari 1992. Referendum ini diikuti oleh 64% kelompok etnik Bosnia-Hercegovina dan 28% kelompok etnik Serbia. Hasilnya menyatakan setuju untuk merdeka, bebas dari federasi Yugoslavia. Demikianlah pada 15 April 1992 Masyarakat Eropa dan kemudian PBB secara resmi mengakui Bosnia-Hercegovina sebagai sebuah republic merdeka.
Perang Bosnia. Begitu Bosnia-Hercegovina mendapat pengakuan dunia internasional sebagai republik yang berdaulat, kaum nasionalis Serbia di Bosnia-Hercegovina segera menentang pemerintahan baru dengan melakukan pemberontakan yang didukung Republik Serbia.
Pemerintah Serbia mendukung pemberontakan kelompok etnik Serbia di Bosnia karena menganggap Alija Izetbegovic bermaksud mendirikan negara Islam fundamentalis di wilayah yang multiagama. Sementara Izetbegovic sendiri menegaskan bahwa yang diinginkannya adalah sebuah republik yang demokratis, multikelompok etnik, multikultural, dan multireligius.
Segera presiden Serbia, Slobodan Milosevic, mengirimkan panglima perangnya, Jenderal Ratko Mladic, memimpin kaum nasionalis Serbia di Bosnia-Hercegovina memerangi republik yang baru berdiri itu. Ia juga memerintahkan Radovan Karadzic, panglima angkatan perang Serbia yang masih berada di Kroasia, agar mengalihkan tentaranya untuk menyerbu Bosnia-Hercegovina.
Perang pun tidak dapat dielakkan. Peperangan antara Bosnia-Hercegovina dan Serbia yang pada mulanya hanya terjadi di sekitar Sarajevo, ibukota Bosnia-Hercegovina, segera menjalar ke berbagai wilayah.
Presiden Alija Izetbegovic meminta masyarakat internasional agar turun tangan menghentikan tindakan Serbia yang mengepung 3.000 jiwa orang Islam di kota Savurnik dan mengusir sebanyak 20.000 orang Islam dari Sarajevo. Pada pertengahan April 1992, duta besar Amerika di Beograd mengajukan protes keras terhadap presiden Serbia yang melakukan pengusiran terhadap 45.000 penduduk muslim di Kosovo.
Namun pihak Serbia menolak peringatan tersebut sehingga pada 17 April 1992 Jerman dan Amerika Serikat mengusulkan agar kursi Yugoslavia di Dewan Keamanan PBB dicabut. Pada 18 April 1992 milisi Serbia menguasai kota Fusta, setelah terjadi pertempuran sengit beberapa hari, dan pada 22 April giliran kota Sarajevo jatuh pula ke tangan mereka.
Setelah mendapat kecaman keras dari dunia internasional, pada 28 April 1992 presiden Serbia meminta pasukannya untuk menarik diri dari Bosnia-Hercegovina, tetapi komandan pasukan di lapangan menolak permintaan tersebut, bahkan menjarah berbagai kota di sekitar Sarajevo.
Presiden Izetbegovic ditangkap milisi Serbia di lapangan terbang Sarajevo. Tindakan ini mengundang berbagai kecaman keras dari masyarakat internasional. Akhirnya, Presiden Izetbegovic dibebaskan tetapi dengan imbalan pembebasan 200 orang tentara Serbia yang tertawan.
Setelah setahun terjadi peperangan, Presiden Izetbegovic mengumumkan kepada dunia internasional bahwa akibat perang tersebut wilayahnya mengalami kehancuran total, 140.000 orang tewas, 215.000 orang terluka, dan lebih dari 1.000.000 penduduknya mengungsi ke berbagai daerah di Eropa Barat.
Meskipun pada Oktober 1993 PBB mengeluarkan kecaman keras kepada Serbia dan memberlakukan embargo senjata, tidak satu pun kecaman itu dipedulikan. Serbia tetap saja menghujani masyarakat sipil Bosnia-Hercegovina dengan granat dan bom yang mematikan. Oleh karena itu, tentara pemelihara perdamaian PBB dikirim untuk mengamankan Bosnia-Hercegovina, tetapi tindakan itu tidak banyak memberikan perlindungan pada masyarakat sipil.
Januari 1993, ketua bersama Konferensi Damai di Genewa, Lord Owen dan Cyrus Vance, membujuk presiden Serbia agar meyakinkan pemimpin Serbia-Bosnia untuk menyetujui pembagian Bosnia menjadi sepuluh provinsi. Pada 22 Agustus 1993 diadakan Konferensi Damai di Genewa yang dikenal dengan Perundingan Damai Vance-Owen.
Hasilnya, Bosnia-Hercegovina dibagi menjadi sepuluh wilayah (provinsi). Muslim Bosnia, Kroasia, dan Serbia masing-masing mendapat 3 wilayah. Satu wilayah yang tersisa, yaitu Sarajevo dan sekitarnya, dinyatakan sebagai daerah netral.
Kesepuluh wilayah itu dalam konsepnya mempunyai otonomi masing-masing hingga bentuk negara Bosnia-Hercegovina menyerupai Swiss. Dengan kata lain, wilayah Bosnia-Hercegovina akan pecah menjadi tiga republik mini berdasarkan kelompok etnik, yaitu muslim 30%, Serbia 50%, dan Kroasia 20%.
Mulanya pemerintah dan parlemen Bosnia menolak karena pembagian ini dirasakan tidak adil. Jumlah muslim di Bosnia diperkirakan sekitar 44% dari seluruh penduduk, tetapi hanya diberi wilayah seluas 30%. Walaupun demikian, karena desakan perang, pihak Bosnia bersedia menerima rancangan damai ini dengan syarat penambahan wilayah 10% dan akses menuju Laut Adriatik.
Tetapi, dengan adanya syarat tambahan ini Serbia balik menolaknya sehingga peperangan di wilayah ini terus berkecamuk. Pertemuan delegasi pemerintah Bosnia-Hercegovina, Bosnia Kroasia, dan Republik Kroasia di Wina (Austria) 30 Maret 1994 menghasilkan persetujuan untuk membentuk federasi Muslim-Kroasia di Bosnia, yang dinamai Federasi Bosnia-Hercegovina. Federasi diratifikasi parlemen pada 31 Mei 1994, tetapi parlemen Serbia Bosnia tidak mendukung federasi itu, bahkan menolak segala perundingan, sampai PBB mencabut sanksi atas Serbia.
Pemerintahan gabungan antara Republik Bosnia-Hercegovina dan Federasi Bosnia-Hercegovina terbentuk akhir Juni 1994 di bawah pimpinan Haris Silajdzic. November 1994, pertama kali sejak pecah konflik, pasukan pemerintah Bosnia berhasil mengambil alih kota strategis Kupres yang dikuasai Serbia. Memasuki tahun 1995, konflik bersenjata masih berlanjut. Maka NATO pun turun tangan.
Pada Mei 1995, NATO melakukan serangan udara atas Serbia Bosnia. Pasukan Serbia Bosnia pun membalas dan menyandera sejumlah pasukan perdamaian PBB, namun berkat campur tangan presiden Yugoslavia, Milosevic, penyanderaan dapat diakhiri. Pada Juni 1995 pasukan PBB ditarik dari wilayah Serbia Bosnia. Pada 25 Juli 1995 Mahkamah Militer Internasional PBB secara resmi mendakwa pemimpin Serbia Bosnia, Radovan Karadzic, dan komandan militernya, Ratko Mladic, dengan tuduhan melakukan pembersihan etnik dan kejahatan kemanusiaan.
Pihak yang bertikai akhirnya menyepakati perjanjian damai pada November 1995 setelah mengadakan perundingan di Dayton, Ohio, AS pada Agustus. Alija Izetbegovic dari Bosnia-Hercegovina, Franjo Tudjman dari Kroasia, dan Slobodan Milosevic dari Yugoslavia menandatangani perjanjian damai tersebut pada 14 Desember 1995 di Paris.
Perjanjian itu mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari 3 tahun. Dalam perjanjian itu disepakati pembagian Bosnia atas dua bagian: 51% bagi Federasi Muslim-Kroasia, dan 49% bagi Serbia Bosnia. Pelaksanaan perjanjian tersebut diawasi pasukan internasional Implementation Force (I-For) di bawah pimpinan NATO.
Saat ini Ketua Kepresidenan Bosnia-Hercegovina bergilir di antara tiga etnik anggota (Bosnia, Serbia, Kroasia), masing-masing dipilih sebagai ketua untuk masa jabatan delapan bulan dalam masa empat tahun mereka sebagai anggota. Tiga anggota Kepresidenan dipilih langsung oleh rakyat, dengan pemilih Federasi Bosnia-Hercegovina memilih etnik Bosnia dan Kroasia dan Republika Srpska memilih etnik Serbia.
Ketua Dewan Menteri dicalonkan oleh Kepresidenan dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Ketua Dewan Menteri kemudian bertanggung jawab untuk mengangkat seorang Menteri Luar Negeri, Menteri Perdagangan Luar Negeri dan lain-lain yang sesuai.
Daftar Pustaka:
Gaban, Farid dan Zaim Uchrawi. Dor! Sarajevo, Sebuah Rekaman Jurnalistik Nestapa Muslim Bosnia. Bandung: Mizan, 1993.
Gayo, Lauqman Hakim. Saksi Mata Kekejian Paling Biadab Abad Ini. Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1992.
Mun’im, Muhammad Abdul. Jihad di Bosnia, terj. Jakarta: al-Mukmin, t.t.
https://www.worldometers.info/world-population/bosnia-and-herzegovina-population/, diakses pada 31 Maret 2022.
Musdah Mulia
Data telah diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022)