Baitulhikmah

(Ar.: bait al-hikmah)

Baitulhikmah adalah sebuah lembaga ilmu pengetahuan di Baghdad yang didirikan oleh khalifah Abbasiyah, al-Ma’mun (813–833). Lembaga ini menjadi tanda kekuatan penuh kebangkitan dunia Timur. Keberadaan Baitulhikmah ini pernah menjadikan Baghdad pusat ilmu pengetahuan, filsafat, sastra, dan syariat Islam.

Al-Ma’mun adalah khalifah yang melibatkan diri sepenuhnya dalam pemikiran teologi dan mempergunakan kedudukannya sebagai khalifah untuk mendukung aliran teologi yang liberal, yaitu aliran Muktazilah. Semangat al-Ma’mun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan sangat tinggi.

Ia menunjukkan kemauan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat tradisi Yunani. Ia menyediakan biaya dan dorongan yang kuat bagi usaha untuk mencapai kemajuan besar di bidang ilmu, yaitu gerakan menerjemahkan karya kuno dari bahasa Yunani dan Suriah ke dalam bahasa­ Arab, seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, dan filsafat alam secara umum.

Atas dasar semua itu, al-Ma’mun mendirikan lembaga Baitulhikmah. Di dalam lembaga ini terdapat sebuah perpustakaan yang sangat lengkap. Di dalamnya terdapat sebuah ruang baca yang amat baik dan tempat tinggal bagi para penerjemah.

Di samping itu, di dalam lembaga tersebut juga terdapat tempat pertemuan para ilmuwan untuk mengadakan diskusi ilmiah dan juga tempat untuk pengamatan bintang. Dengan usaha al-Ma’mun mendirikan Baitulhikmah ini, Baghdad menjadi pusat paling besar dalam bidang ilmu pengetahuan, filsafat, ilmu kesusastraan, dan syariat Islam di seluruh kerajaan Islam.

Al-Ma’mun memberikan tugas penerjemahan di Baitulhikmah kepada Yahya bin Abi Mansur dan ahli ilmu pengetahuan lain, seperti Qusta bin Luqa, Hunain bin Ishaq, dan Sabian Sabit bin Qurra. Pelaksanaan penerjemahan pertama dimulai dari buku berbahasa Suriah, yaitu sejumlah karya Yunani yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Suriah.

Setelah itu baru dilakukan penerjemahan karya tulis dari bahasa Yunani lang­sung ke bahasa Arab, terutama dalam bidang ilmu kedokteran dan ilmu astronomi yang diperlukan untuk mengetahui arah Ka’bah, kiblat bagi umat Islam dalam melaksanakan salat.

Ketika al-Ma’mun mendirikan Baitulhikmah, ia mengirimkan utusan kepada raja Roma, Leo Armenia, untuk mendapatkan karya ilmiah Yunani Kuno untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Di antara ilmu yang sangat mendapat perhatian untuk diterjemahkan adalah ilmu fisika, meteorologi, mineralogi, botani, astronomi, dan ilmu bumi.

Tahap pertama yang diterjemahkan adalah karya bidang kedokteran dan filsafat, sesudah itu karya dalam bidang ilmu matematika, astrologi, dan ilmu bumi. Prestasi lain yang menonjol dari Baitulhikmah adalah keberhasilan lembaga ini menemukan susunan peta bumi.

Akibat dari gerakan penerjemahan di Baitulhikmah, kebudayaan Yunani muncul kembali. Hal inilah yang mendorong kebangkitan Eropa, yang merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sejarah.

Selama abad ke-9 dan sebagian besar abad ke-10, Baitulhikmah melakukan kegiatan penerjemahan berbagai pengetahuan Yunani bagi kepentingan bangsa Arab. Di Baitulhikmah juga terdapat penerjemahan buku musik karangan para ilmuwan Yunani. Bahkan kemudian muncullah sarjana musik muslim yang besar, yaitu al-Kindi.

Daftar Pustaka

Hodgson, Marshal G.S. The Venture of Islam. Chicago: Chicago University Press, 1974.
Kennedy, Hugh. The Early Abbasid Caliphate: A Political History. London, 1981.
Khudary, Muhammad Beyk. Muhadarat Tarikh al-Umam al-Islamiyyah: ad-Daulah al-‘Abbasiyyah. Beirut: Dar al-Ma’rifah, t.t.
Landau, Rom. Islam and the Arabs. London: t.p., 1958.
Nicholson, Reynold A. A Literary History of the Arabs. Cambridge: Cambridge University Press, 1969.
Sharif, M.M. A History of Muslim Philosophy. Jil.2. Wiesbaden: t.p., 1966.
Watt, W. Montgomery. Muslim Intellectual. Edinburgh: Edinburgh University Press, 1971.

Miftah Adebayo Uthman