Amien Rais adalah seorang cendekiawan muslim Indonesia, dikenal juga sebagai pakar politik. Ia menjadi ketua umum Muhammadiyah (1995–2000) yang terpilih dalam Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Banda Aceh (6–10 Juli 1995). Amien Rais terjun ke dunia politik dengan mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN). Ia juga ketua MPR RI (1999–2004).
Mohammad Amien Rais terpilih menjadi ketua umum Muhammadiyah untuk menggantikan KH Ahmad Azhar Basyir yang wafat pada 28 Juni 1994 sebelum sempat menyelesaikan masa kepengurusannya (1990–1995). Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta (Juli 2000), Amien Rais digantikan oleh Ahmad Syafi’i Ma’arif.
Amien Rais lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga Muhammadiyah yang menaruh perhatian besar pada pendidikan dan taat beragama. Ayahnya, Syuhud Rais, lulusan Muallimin Muhammadiyah, adalah tokoh Muhammadiyah Surakarta yang menjadi kepala Kantor Pendidikan Agama, Departemen Agama Surakarta. Ibunya, Sudalmiyah, adalah seorang guru dan alumni Hogere Inlandsche Kweekschool (HIK) Muhammadiyah, yang kemudian juga menjadi aktivis Aisyiyah dan pernah menjabat ketua Aisyiyah di Surakarta selama 20 tahun.
Sebagai anak yang tumbuh dan dibesarkan di kampung Kepatihan Kulon dalam lingkungan Muhammadiyah, Amien Rais, anak kedua dari enam bersaudara, menerima pendidikan formalnya juga di lingkungan sekolah Muhammadiyah. Ia mengawali pendidikan formalnya di Sekolah Dasar Muhammadiyah Solo dan tamat pada 1956.
Selanjutnya ia melanjutkan pendidikannya ke SMP Muhammadiyah Solo (selesai 1959) dan SMA Muhammadiyah Solo (selesai 1962). Selain mendapatkan pendidikan di sekolah, ia juga pernah mengecap pendidikan pesantren. Sambil belajar di SMP, ia masuk Pesantren *Man-ba‘ul Ulum dan Pesantren al-Islam yang keduanya terdapat di Solo.
Ketika hendak melanjutkan studi ke perguruan tinggi, kedua orangtuanya sangat mengharapkan agar ia memilih perguruan tinggi agama supaya kelak bisa melanjutkan studi ke Mesir dan menjadi kiai. Tetapi, Amien Rais memilih Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta. Dan untuk memenuhi harapan kedua orangtuanya ini, Amien Rais juga belajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, hingga meraih gelar Sarjana Muda pada 1969.
Selama kuliah, ia dikenal juga sebagai aktivis di sejumlah organisasi mahasiswa, antara lain HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Di HMI ia pernah memegang jabatan sekretaris LDMI HMI Yogyakarta (1963–1965). Pada waktu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) berdiri pada 1964, ia menggabungkan diri dan menjadi salah seorang pengurusnya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di UGM pada 1968, ia dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan pascasarjana di University of Notre Dame, Indiana, dan selesai pada 1974. Kemudian ia mengikuti program doktor di Political Science, University of Chicago, dengan mengambil spesialisasi di bidang politik Timur Tengah dan selesai pada 1984.
Disertasinya berjudul The Moslem Brotherhood in Egypt: Its Rise, Demise, and Resurgence (Organisasi Ikhwanul Muslimin di Mesir: Kelahiran, Keruntuhan, dan KebangkitannyaKembali). Untuk penulisan disertasinya ini ia harus melakukan penelitian ke Mesir dan bermukim di sana selama kurang lebih setahun. Selama berada di Mesir, Amien Rais memanfaatkan waktunya menjadi mahasiswa luar biasa di Departemen Bahasa Universitas al-Azhar, Cairo.
Amien Rais mengawali kariernya di dunia pendidikan sebagai dosen FISIP UGM sejak 1969. Untuk beberapa lama ia meninggalkan tugas sebagai dosen karena melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Sekembalinya dari Amerika Serikat (1981), ia kembali aktif member kuliah di FISIP UGM Yogyakarta. Di samping mengajar di UGM, ia juga mengajar di beberapa perguruan tinggi lain, seperti di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Kontribusinya dalam dunia pendidikan juga terlihat dari karyanya yang cukup banyak. Umumnya karya tulisnya dituangkan dalam bentuk artikel, editing, dan kata pengantar di berbagai buku. Dalam bentuk buku yang dapat dicatat antara lain: Orientalisme dan Humanisme Sekuler (Salahuddin Press, 1983); Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta (Mizan, 1987); Pak Nasir 80 Tahun (Media Dakwah, 1988); Timur Tengah dan KrisisTeluk (Amarpress, 1990); Suksesi dan Keajaiban Kekuasaan (Pustaka Pelajar, 1997); Tauhid Sosial: Formula Menggempur Kesenjangan (Mizan, 1998); dan Membangun Kekuatan di Atas Keberagaman (Pustaka SM, 1998).
Ia juga menjadi editor dan pemberi kata pengantar di berbagai buku, antara lain: Beberapa Pandangan tentang Pemerintahan Islam (1983);Krisis Ilmu-Ilmu Sosial dalam Pembangunan Dunia Ketiga (1984); Islam dan Pembaruan: Ensiklopedi Masalah-Masalah (1984); Agama dan Modernisasi Politik: Suatu Kajian Analitis (1985); Islam dan Perubahan Sosial Politik di Negara Sedang Berkembang (1985); Islam di Indonesia (1986); dan Islam: dari Konservatisme sampai Fundamentalisme (1987).
Di kalangan politisi Indonesia, Amien Rais dikenal sebagai pemikir politik yang vokal. Ia tidak segan-segan melancarkan kritik tajam terhadap pejabat tinggi sekalipun. Kritiknya terhadap berbagai ketimpangan sosial banyak ditulis dalam kolom “Resonansi” harian Republika.
Amien Rais berperan saat menggulingkan Presiden Soeharto lewat gerakan reformasi 1998. Dengan terbukanya sistem politik, Amien Rais mendeklarasikan berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN) di Jakata pada 23 Agustus 1998. Amien menjabat sebagai Ketua Umum PAN pada 1998-2000 dan 2000-2005.
Saat pemilihan presiden 1999, Amien menyatukan partai-partai berasaskan Islam untuk membentuk koalisi Poros Tengah. Koalisi ini sukses menjadikan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden dan menghentikan langkah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Padahal saat itu PDIP berstatus pemenang pemilu. Amien pun menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1999-2004.
Setahun lebih kepemimpinan Gus Dur berjalan, Amien bermanuver dan bekerja sama dengan Megawati. Pada 23 Juli 2001, Sidang Istimewa MPR yang dipimpin Amien Rais memakzulkan Gus Dur dan mengangkat Megawati sebagai presiden.
Pada Pilpres 2004, dengan didukung PAN, Amien maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Siswono Yudhohusodo. Namun ia kalah oleh duet Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla.
Dalam Pilpres 2014, Amien mendesak pimpinan PAN agar mendukung pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Namun pasangan ini kalah oleh Joko Widodo-Jusuf Kalla. Pada Pilpres 2019, PAN mendukung lagi Prabowo Subianto untuk melawan Joko Widodo, tetapi Prabowo kembali kalah. Ketika PAN kemudian bergabung dalam koalisi partai yang mendukung pemerintah, Amien Rais menolak keras.
Amien Rais mendeklarasikan berdirinya Partai Ummat di Yogyakarta pada 29 April 2021. Dengan demikian, Amien Rais secara resmi telah keluar dari PAN. Di Partai Ummat, Amien menjabat sebagai Ketua Majelis Syuro. Sedangkan sebagai Ketua Umum adalah menantu Amien Rais sendiri, Ridho Rahmadi.
Dalam kajian keislaman, pemikiran Amien Rais dipandang banyak memberikan kontribusi sehingga turut memperkaya khazanah intelektual Islam, khususnya di Indonesia. Ia berpendapat bahwa pembaruan pemikiran Islam terjadi akibat timbulnya degenerasi umat Islam hampir di segala bidang, khususnya bidang akidah.
Degenerasi akidah membawa kepada kerancuan dalam berbagai bidang kehidupan kaum muslimin yang pada gilirannya melahirkan degenerasi sosio-moral, sosio-politik, dan dekadensi etnik. Karena itu, pembaruan pemikiran Islam sangat diperlukan untuk menghentikan proses degenerasi tersebut dan untuk menutup atau setidak-tidaknya mempersempit kesenjangan antara ideal Islam dan historical Islam, yaitu antara Islam dalam teori dan Islam dalam praktik.
Mengenai sistem politik Islam, Amien Rais menulis dalam buku Pemerintahan Islam dan Islam dan Pembaruan. Menurutnya, Islam tidak pernah menentukan bentuk negara. Bagi Islam, yang lebih penting adalah substansi atau isi.
Menurut Amien, bisa saja suatu negara berbentuk demokratik, tetapi bersubstansi otoriter atau bahkan totaliter. Tambahnya lagi, tidak ditemukannya suatu perintah nas untuk mendirikan negara Islam. Jika misalnya ada perintah seperti itu, tentu Al-Qur’an atau hadis akan memberikan tuntunan terperinci tentang struktur dari institusi negara yang dimaksudkan, misalnya tentang sistem perwakilan rakyat, sistem pemilihan umum, hubungan antara badan legislatif, dan eksekutif serta judikatif. Apabila demikian halnya, pasti peraturan yang terperinci itu tidak tahan zaman dan tidak akan serasi dengan dinamika sejarah yang terus mengalami perubahan dan pertumbuhan sesuai dengan sunatullah.
Dalam kaitan antara Islam dan negara Pancasila, Amien Rais menjelaskan bahwa Islam tidak bertentangan dengan negara Pancasila selama Pancasila itu dimengerti secara wajar dan benar, karena tidak ada satu pun dari nilai Pancasila yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Tentang Islam dan sekularisme, dengan tegas dikatakannya bahwa keduanya merupakan hal yang antagonistis. Islam bangkit dari iman, sementara sekularisme berangkat dari sikap tidak peduli kepada iman dan Tuhan. Lebih lanjut, Amien Rais mengatakan bahwa Islam tidak memberikan tempat bagi sekularisme karena Islam tidak mengenal dikotomi antara dunia dan akhirat, serta antara yang profan dan sakral, atau antara yang imanensial dan transendental.
Islam juga tidak mengenal doktrin “Berikan kepada kaisar apa yang menjadi haknya dan berikan kepada Allah SWT apa yang menjadi haknya,” yang merupakan benih timbulnya sekularisme. Bahkan, ia sampai kepada kesimpulan bahwa sekularisasi dan sekularisme bukanlah pilihan yang tepat negara non-Barat, setidak-tidaknya bagi dunia Islam.
Menanggapi isu tentang fundamentalisme Islam yang banyak dikaitkan dengan aksi terorisme, Amien Rais menjelaskan bahwa istilah fundamentalisme Islam adalah istilah yang keliru dan sangat tidak tepat ditujukan kepada Islam. Menurutnya, kata “fundamentalisme” pada awalnya muncul dalam konteks sejarah Barat-Kristen dengan makna khusus, yaitu suatu gerakan yang memberikan interpretasi skripturalis atau literalis pada kitab Injil dan karena itu kelompok fundamentalis mengambil posisi religio-politik yang dianggap reaksioner dan tidak realistis.
Oleh karena itu, menamakan gerakan Islam yang mendambakan kebangunan atau kebangkitan berdasarkan Al-Qur’an dan hadis dengan metode tajdid sebagai fundamentalisme Islam merupakan suatu kekeliruan besar, karena gerakan kebangkitan Islam sangat berbeda dengan fundamentalisme Kristen dalam menghadapi modernitas.
Pada umumnya gerakan kebangkitan Islam selalu berorientasi ke depan, sadar terhadap masalah yang muncul dalam konteks modernitas dan memahami sepenuhnya tantangan akibat kemajuan ilmu dan teknologi. Adapun perujukannya pada Al-Qur’an dan hadis disertai dengan interpretasi yang kreatif dan inovatif, sehingga tidak pernah bersifat literalis skripturalis (harfiah).
Walaupun demikian, Amien juga mengakui tidak semua gerakan kebangkitan Islam bersifat future oriented seperti yang disebutkan. Ada juga yang bersifat sangat konservatif dan hanya berpegang pada pendapat satu mazhab fikih dan tidak bersedia meletakkan Islam dalam perspektif yang cukup luas, yang justru bertentangan dengan hakikat ajaran Islam itu sendiri.
Daftar Pustaka
Najib, Muhammad. Melawan Arus: Pemikiran dan Langkah Politik Amien Rais. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 1999.
–––––––, ed. Najib, Muhammad. Ijtihad Politik Poros Tengah dan Dinamika Partai Amanat Nasional. Jakarta: Serambi, 2000.
Nashir, Haedar. Perilaku Politik Elit Muhammadiyah. Yogyakarta: Tarawang, 2000.
Pardoyo. Sekularisasi dalam Polemik. Jakarta: Grafiti Press, 1993.
Rais, Mohammad Amin. Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta. Bandung: Mizan, 1987.
–––––––. Islam di Indonesia: Suatu Ikhtiar Mengaca Diri. Jakarta: Rajawali, 1989.
https://nasional.tempo.co/read/1381426/disebut-akan-bikin-partai-baru-begini-karier-politik-amien-rais, diakses pada 10 Maret 2022.
https://www.antaranews.com/berita/2129878/amien-deklarasi-partai-ummat-berikut-susunan-pengurus, diakses pada 10 Maret 2022.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200723185341-32-528315/amien-rais-klaim-dipecat-dari-pan-karena-tolak-gabung-jokowi, diakses pada 10 Maret 2021.
https://nasional.kompas.com/read/2021/09/01/08024921/setelah-gerindra-kini-giliran-pan-gabung-koalisi-pendukung-pemerintah?page=all, diakses pada 10 Maret 2022.
Musdah Mulia
Data diperbarui oleh Tim Redaksi Ensiklopediaislam.id (Maret 2022).